Selamat Hari Ibu...
Buat Mama saya.
Buat Ibuk saya.
Dan buat... Mbak Sidna... 😜😜😜¶¶¶
"Sid..."
Ku dengar suara pintu kostku digebrak kencang.
Hah! Pasti Kalya, apalagi sih?!
Bukankah sudah cukup aku kirim pesan singkat melalui wassap, aku tidak bisa menemaninya belanja, aku sakit.
"Sid!!! "
Argh... Suaranya makin kencang, gebrakannya juga demikian. Bisa copot pintu kostku ini.
Suasana kembali tenang, setelah dia masuk. Tentu saja dengan sekuat tenaga aku berdiri membukakan pintu.
Aku tidak mau ambil risiko diusir dari sini karena kegaduhan Kalya. Apalagi pintu yang renta, ibu kost bisa menuntut kompensasi kalo engselnya copot. Lagipula, teriakan Kalya itu memuakan. Siapa yang mau dengar?
"Udah makan? Gw bawain nasi goreng kesukaan lo nih, yang depan kampus kan."
Aku tak acuh, kembali ke kasurku kemudian bergelung lagi dengan selimutku. Aku tidak ingin apa apa, hanya tidur. Aku hanya ingin tidur. Tanpa diganggu siapapun.
Tidur sampai besok, atau lusa. Atau... Mati. Ya, aku ingin mati. Memangnya buat apa lagi hidupku. Semua hilang. Semua hancur. Mimpiku, impianku.
Hidupku.
Hm. Sampah. Bajingan.
"Ke dokter aja yuk."
Suara Kalya terdengar cemas, dia memang habis mengelus kepalaku. Tangannya otomatis mengentuh dahi.
Apa aku demam?
Memang rasanya kepalaku berat, hidungku pengar, dan badanku tidak nyaman. Gerah. Ingin lepas dan masuk ke kulkas saja.
Tapi--
Ah, sudahlah. Aku tidak ingin apapun. Nasi goreng depan kampus, periksa ke dokter juga tidak.
Aku tidak mau. Bernapas juga tidak.
Hah...
"Siapa sih, Sid?"
Aku masih diam. Tenggorokanku gersang, mulutku kering.
"Arka?"
Yang disebutkan Kalya itu kakak tingkatku, dia sudah lulus S2.
"Kalo bener yang mutusin lo itu Arka—"
Aku menggeleng, lalu bergelung ke selimut lagi
Hhh—
Kalya ini...Aku menangis lagi dibalik selimut. Air mataku terus bercucur deras. Rasanya panas, sesak, menyedihkan.
Ah... Aku kangen dia. Aku benar-benar merindukannya.
Kapan terakhir aku dengar suaranya?
Ditelfon kah? No! Kita terakhir bertemu di sana.Aku membuang napas kasar. Karbondioksida yang ku embuskan panas.
Ku lanjutkan acara kelabuku dengan memeluk diriku.
Hah! Mas!!! Kapan?! Kapan terakhir kamu memelukku begini?
Kapan lagi aku bisa membau parfummu lagi?
Berlindung di dada bidangmu lagi?
Bermanja manja lagi?
Kapan?!!!
"Sidna..."
Ah, Kalya... Andai saja kamu tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDE TO SIDE
RomanceAku, Sidna Minara. Bukan Janda, karena aku tidak pernah menikah. Bukan Nona, karena aku sudah punya anak. Semua baik-baik saja, kalau hari itu, anakku, tidak bertemu dengam boneka kutukan bernama Annabella!