Kalya Mode On

107 20 12
                                        

Duduk dan berdebat dengan seseorang memang bukan keahlian Kalya.

Menampung keluhan sama sekali bukan dirinya.

Apalagi menerima kritikan.

Kalya hanya pernah menerima sanjungan.

Lihat saja mata bulatnya.

"Kalo gw enggak mau tanda tangan, perusahaan lo hancur."

Kalimat itu diujarkan dengan datar.

Di apartment kalangan menengah yang dulu sekali milik Ferdiansyah.

Unit nomor 17. Nomor kesukaan Sidna.

Dua manusia yang tau dirinya sedang tercekik masalah, menjadi pias.

"Tunggu dulu Ibu Kalya, apa maksud—"

"Sshhh!!! Emang lo boleh bicara? Diem!"

Satu-satunya pria yang ada disini dibentak.

Ini salah satu ketakutannya. Berurusan dengan Klan Watadirjo.

"Dan Lo, sinting ya Lo. Dimana hati Lo sebagai seorang perempuan. Ngatain hamil di luar nikah seenak jidat! Lo mau di luar rumah lo, kantor lo, salon langganan lo sekalian, gw pasangin billboard tulisannya : ANNABELLA MAHESWARA MANDUL. Mau Lo?"

Kalya berteriak. Sudah tau kan teriakan Kalya ini memuakkan?

"Gw minta maaf soal gw yang mabuk, tapi lo enggak perlu sampai gagalin kontrak kerja sama perusahaan bokap gw dong." Annabella untuk pertama kalinya nyolot.

Tidak habis pikir, hanya menampar Sidna saja perusahaannya mendadak bangkrut. Mandul juga dibawa-bawa. Sebelum kesini apa Kalya tidak ngaca dulu?

"Enggak perlu kata Lo? Perlu banget lah. Tinggal merengek ke Papa sama Suami gw abis lo semua. Oh ya, tambahan lagi, kalo Arka sampai ikut campur, buat napas aja kayaknya kalian sangat butuh perjuangan."

"Gw perlu sujud ke kaki lo hanya karena enggak sengaja nampar Sidna?"

Annabella masih mampu menjawab sementara pria di sebelahnya berpura-pura tenang.

Mimpi apa dia sampai hidupnya bak diujung tanduk seperti ini.

Kalya masih sibuk menata emosi, dia bahkan memijit pangkal hidungnya.

Tanda kecil kalau dia sedang kebingungan berat.

Dulu setiap dia mulai menyentuh pangkal hidungnya, Sidna dengan sigap menawarinya minum, lalu memijat ringan kepalanya.

Ah, Sidna yang sangat menyayanginya itu kini sudah pergi.

Kesedihan yang tiba-tiba datang berganti dengan amarah yang penuh saat menatap Ferdi.

"Ceraikan Ferdi. Maka perusahaan Papamu baik baik saja. Lo masih bisa hidup enak, yah meskipun mandul, tapi kamu punya uang." Ujar Kalya akhirnya.

"Bu Kalya—"

"Stop! Jangan bicara. Gw benar-benar muak. Sebenarnya apa sih hebatnya lo sampai Sidna jatuh hati dan enggan pergi?"

Kini mata Kalya menatap Ferdi dengan sempurna membiarkan Annabella yang menganga diujung mejanya.

Skak mat! Ferdi sudah menggali kuburannya sendiri.

"Kamu selingkuh?!"

Pertanyaan entah Pernyataan yang keluar dari mulut Annabella.

Kalya melihat pasutri itu mulai berseteru. Untung saja tidak ada perkakas pecah belah disini, kalau ada mungkin sudah dilempar Annabella. Lihat saja muka padamnya.

Kalau diruntut memang Sidna selalu menghindari dirinya dan tiba-tiba hilang saat suaminya datang.

Pertanyaan demi pertanyaan datang silih berganti, berloncatan di kepala Annabella.

Sejak kapan?

Sejauh apa?

Sedalam apa?

Kenapa bisa?

Apa kurangnya dia?

Annabella mulai menangis, sedangkan Ferdi sudah siap-siap pergi.

Untuk apa dia meladeni Kalya. Menyiapkan kuburannya sendiri?

"Lo mau pergi? Bodyguard gw siap tuh diluar. Minta kaki lo patah apa kepala lo bocor?"

Kalya berdiri, berkacak pinggang.

Dia pikirannya hanya satu.

Yudha Ferdiansyah harus mati.

HARUS MATI!!!

"Lo! Berhenti nangis deh, lo kurang cantik buat jadi istri sempurna. Memang lebih kaya dari Ferdi sih. Tapi lo cuman onggokan sampah di mata gw. Enggak usah sok paling menderita."

"Anda keterlaluan Bu Kalya..."

Pffft!!! Kalya tertawa... Terbahak.

"Ferdi... Ferdi... Keterlaluan kata lo? Lebih keterlaluan mana dari lo nelantarin Sidna yang hamil? Waktu Sidna pontang panting nyari duit demi beli susu, makan, dan bayar kost an, lo kemana? Oh jangan lupa. Waktu lo masih asyik bulan madu entah part keberapa sama bini lo, Sidna Minara dimeja operasi, nyaris meregang nyawa!"

Semua mata mendadak menatap Kalya.

Tangis Anna yang tadi mulai mereda berganti menjadi kebingungan yang tak berhenti.

"Udah berapa lama sih, kamu dan Sidna selingkuh mas? Sampai punya anak? Kenapa yang hamil harus selingkuhan kamu dan bukan istri sah kamu?!"

Plak!!!

Satu tamparan melayang untuk Annabella.

"Heh boneka santet! Lo yang selama ini jadi selingkuhan! Demi menjilat Bokap Lo si Ferdi ini tanpa pikir panjang ninggalin Sidna. Lo itu, cuman dituker sama uang. Cinta itu enggak ada didalam kehidupan lelaki mata duitan ini. Mau bukti? 100 cewek di Thèquill bisa nih jadi saksi, diajak ngamar, diajak makan, diajak jalan-jalan, dibelanjain ini itu.
Lo tau, sementara bokap lo pusing muterin duit perusahaan, laki lo ini gonta ganti gundik kayak orang kaya ganti celana dalam!"

Tamat sudah.

Ferdi terdiam, Annabella menangis lagi, sementara Kalya menyobek kertas kontrak yang sedari tadi anteng di meja, kemudian melenggang. Pergi.

SIDE TO SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang