Mine

79 11 0
                                    

Aku dengan gelisah memandang jalan demi jalan.

Rendra hilang!!!

Teman-temannya bilang kalau tante yang tinggi dan cantik menjemputnya.

Siapa? Kalya?

Tapi kenapa sampai sekarang dia tidak ke rumah juga.

"Kalya sedang kesini."

Suara Abram sama sekali tidak memberikan solusi.

Air mataku mulai mengalir. Jangan-jangan? Ferdi sialan!!!

"Bilang Mas Arka. Bilang kalau Rendra dibawa kabur Annabella..."

Aku semakin kalut. Langit sudah hitam. Tanda malam sudah datang.

Haruskah aku Menelfon Annabella? Atau Ferdi?

Lapor Polisi? Nanti ketahuan Rendra anak siapa. Kalau sampai terproses hukum dan hak asuh jatuh ke Ferdi?!

Aku bisa mati.

"Mas Arka... Mas.... Rendra ilang mas? Gimana nih?"

Aku masih terus merajuk via telfon karena Mas Arka sedang di Batavia dan melakukan sebisanya untuk mencari Rendra.

"Sid... Tenang... Coba berikan telfon ke Abram."

Aku menurut, ku berikan telfon pada pria yang juga kelimpungan membantuku dari tadi.

"Ya?"

"Kalian pulang aja. Gw udah tau Rendra dimana. Jangan sampai Sidna kenapa-napa."

Abram mengangguk. Lalu mematikan telfon.

Dia memandangku, seperti kasihan.
Tapi peduli setan. Rendra lebih penting dari segalanya. Dari harga diriku sekalipun.

"Mas Arka bilang mau bantu kan?"
Aku bertanya sengau.

Pasti. Mas Arka pasti bisa bantu. Dia kan bisa segalanya.

"Sid, ayo kita pulang dulu, Arka bilang Rendra sudah ketemu, nanti mereka kesini ya..."

Bohong.

Mereka berdua tidak tahu dimana Rendra. Bahkan petunjuk pun mereka tidak punya.

"Bohong... Kalo kalian tahu Rendra dimana pasti kalian bilang, iyakan?"

Abram tampak tak terpengaruh dengan racauanku. 

"Kita ke Batavia sekarang. Rendra lagi bobok, tadi Naraka yang jemput, mungkin temen-temen Rendra salah ngenalin Naraka." 

"Bohong"

"Sid, tidur dulu ya, kita balik ke Batavia sekarang." 

***

"Enggak waras!!!"

"Kal, pelan-pelan dong, Sidna bisa bangun nanti," Abram berujar gusar.

"Jadi lo bangkrutin perusahaan Annabelle?"

"Menurut lo aja, Rendra disekap gw gak bisa gegabah lah!"

"Kata lo Rendra kan anak haram!"

"Arka! Gw kan udah bilang maaf. Gw enggak bermaksud gitu kok! Lo jangan memperkeruh suasana. Sidna juga masih belum maafin gw,"

Abram menoleh, terkejut, tapi dia diam saja. Dia mulai mengerti alur hidup Sidna Minara.

"Kalo bukan karena lo tahu dimana Villa tempat Annabelle nyulik Rendra gw udah ogah ketemu lo,"

"Gw juga ogah ketemu lo kali, fokus deh. Ini demi Rendra. Anak kita semua. Anak kesayangannya Sidna. Tutup mulut lo, nyetir yang bener!"

Abram yang masih diam saja mengipasi wajah Sidna yang berkeringat.

SIDE TO SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang