NOL!!!

92 11 6
                                    

Kelap kelip lampu memanjakan mataku.
Oh, jadi begini kehidupan di Batavia pada dini hari?!
Seru juga. Pantas Kalya suka pulang pagi-pagi.

Mataku menelanjangi jalanan lagi.
Ramai.
Pedagang kaki lima pinggir jalan seperti anti mengantuk dan lalu lalang tetap padat, tidak mencair meskipun arloji pada tangan hampir menunjukan pukul 02.00 dini hari.

"Lain kali, jangan mau jemput nih bocah, enggak berubah deh, emang kamu ibunya!"

Suara mas Arka mengomel lagi.

Seperti seperempat jam yang lalu, ketika aku menelfonnya, meminta tolong untuk sama sama menjemput Kalya.

"Aku tuh, enggak suka liat kamu keluar masuk Théquill. Gara-gara kamu ke Théquill, gagal semua rencana aku jadiin kamu pacar."

Aku tertawa, renyah. Serenyah biskuit kentang yang aku makan di dalam mobil mas Arka.

"Kamu kan teman baik aku mas, mentorku yang baik... "

Aku berkelakar, meskipun memang mas Arka ini yang membantuku mencari kerjaan selama aku di Batavia sampai menjadi referensi mencari jurnal demi riset dan tugasku. Oh... Jangan lupa skripsiku bulan depan. Aku dag dig dug mengajukan judul. Sudah terbayang makalahku dilukis indah oleh dosbing. Semoga saja bukan Ibu Natalia, beliau kan galak. Judes lagi.

"Sudahlah, putusin aja pacarmu Sid, pacaran sama aku aja. Langsung nikah kalo perlu."

"Nyetir yang bener mas" Aku mengingatkan sambil mengusap usap kepala Kalya. Biar tidur nyenyak. Kalo sudah teler begini pasti dia tidur kostku.
Mana berani pulang ke rumah.

"Ya... Ya... Ke kost kamu kan?"

Aku mengangguk, kemudian karena bosan aku mulai menggulir ponselku.

Eh, ada panggilan tak terjawab. Dari siapa ya?

Aku melotot, kok bisa bisanya aku enggak dengar.

Yudha F incoming call.

"Haiii~" bisikku pelan.

"Kamu ngapain onlen malem malem?"

Aku berpikir sejenak, melirik sedikit ke arah mas Arka.

"Uhm—"

"Pasti kangen aku."

Aku tersenyum, "Iya mas, pengin jalan-jalan lagi..."

Aku kembali menjawab dengan suara normal, namun tetap pelan.

"Yasudah tidur ya, aku masih di jalan nih. Kamu di rumah kan?"

Aku berkedip cepat, namun segera menjawab, "Iya, tapi ini ada Kalya... Biasalah. "

"Oh. Ok. C u baby~"

"C u myboy."

Klik. Telfon ditutup.

"Jahat ya kamu Sid," Mas Arka mencebik.

"Mas Arka..." Aku mengingatkan.

Dia hanya mengedikan bahu.

"Karena katamu aku adalah mentor yang baik... Saran gratis nih, jangan pernah mempertahankan lelaki yang kamu kenal dari klub. Apalagi kamu, Sidna Minara, anak lugu dari desa. Sekali lagi, ini saran gratis Sid, dipakai syukur, tidak dipakai syukur."

Aku pura pura tuli. Mas Arka tau apa?
Kalya keliaran di klub tapi baik hatinya.
Memang sih, aku tau dan kenal mas Yudha ini dari klub, tapi waktu itu mas Yudha enggak mabuk kok. Hanya kumpul after office sama teman-temannya.

Sekelas kota bernama Batavia, itu wajar sekali kan.

"Eh, udah sampai."

Aku berguman ceria. Mas Arka sudah menepikan mobilnya di pinggir dekat gerbang kostku.

Ini kost khusus mahasiswa, agak jauh dari pusat kota, tapi angkutan dan ojek sangat mudah dicarinya. Kalau jalan 20 menit sudah sampai Mall. Kalau jalan 10 menit sampai kampus tercinta.

"Ini terakhir ya, besok aku bilang Kalya jangan nyuruh kamu jemput-jemput lagi. Kamu pasti kena tegur ibu kost kan?"

Aku mengkikik.

Belum tau ya mas Arka, sejak mengenal mas Yudha, hampir tiap week end. Aku tidak pulang. Hehe.

"Udahlah mas, kan kasian Kalya," aku memberi alasan.

"Kasian? Kalo kamu yang diusir darisini gimana..."

Kita sama-sama menurunkan tubuh Kalya dari mobil, sempat-sempatnya mas Arka mewanwancaraiku lagi.

"Pacarmu tau kamu jemput Kalya sama aku?"

Dan beruntung sekali, aku sedang menaiki tangga pertama dari kostku, maka jawaban yang ku berikan hanya gumanan. Mas Arka percaya.

Tapi dibelahan dunia mana, Yudha Ferdiansyah tidak cemburu kalau aku dekat dekat pria lain. Mana boleh aku keluyuran dengan pria selain dia?

Posessif? Enggak lah, dia hanya pacar yang sangat sayang padaku.

Kecuali dengan Kalya. Dia tidak akan banyak bicara.

Tentu saja mas Yudha kenal Kalya. Siapa yang tidak kenal Kalya?

Cantik dan banyak harta.

Siapa yang tidak mau berteman dengan dia?

Rejeki nomplok kalau dia tiba-tiba nemplok sama kamu, kemudian mendekatimu terus-terusan.

Aku kejatuhan durian?

Tidak juga. Kalya lebih sering merepotkan.

Sebetulnya aku tidak terlalu mempermasalahkan siapa Kalya. Yang terpenting bagiku, dia baik. Tidak banyak mengguruiku, kecuali ketika dia sedang mabuk. Saat mabuk dia akan banyak bicara dan juga merepotkan.

Seperti sekarang.

Mana ada temannya yang sudi mengantarnya pulang.

"Udah ya Sid, aku balik. Besok kalau si Ratu ini mabuk lagi, biarin. Biar Mbak Ratu Kaya Raya ini teler disana sampai pagi. Kalo dia bangun, titip jitak kepalanya ya."

Aku tersenyum, setelah menyelimuti Kalya, mas Arka langsung pamit. Dia keluar, menutup pintu, kemudian pulang.

Kupandang lagi Kalya yang pulas. Jujur, aku ingin menjitak kepalanya juga.

Kalya... Kalya... Kamu ngerepotin aja.



SIDE TO SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang