Kepalaku masih sedikit berdentum, saat ku cium bau obat-obatan, aku merasa ada yang tidak beres.
Waduh, ini dimana?
"Hai Sid, are u okay?"
Suara lembut kepunyaan mas Arka membelai telingaku.
Aku menoleh, lalu tersenyum.
"Okay mas, tapi ini ngapain sampai di rumah sakit ya? Pulang yuk, Kalya pasti nunggu."
Dia tersenyum? Atau memaksakan senyum? Kenapa sih? Aku jadi lumpuh? Mana mungkin kan? Wong aku cuman pingsan sebentar, paling aku lapar belum sarapan dengan benar.
Wait, wajahnya terlihat sedih dan terpukul?
Apa sih?
"Sidna, would you want to be my wife?"
Aku tertawa terbahak-bahak. Mas Arka ini pandai sekali melucu. Padahal aku tidak sedang sedih.
"Aku serius Sidna Minara,"
Nada suaranya terdengar menolak diremehkan.
Aku diam, ku tatap matanya lurus.
"Mas, aku mencintai oranglain dan kamu tau dia siapa."
"Ferdi sialan itu enggak akan kembali ke kamu."
Sial, jawabannya tepat menusuk hatiku.
"Ferdi kebanggaanmu itu ya, Sid, selalu dan selalu bergonta ganti perempuan. Kamu diselingkuhi berkali-kali juga enggak akan tahu. Kamu berani menjamin, selama pacaran kamu itu pacar apa selingkuhan?"
Aku diam, yang dikatakan masuk akal. Tapi tidak mungkin mas Ferdi sejahat itu kan? Dia saja posesif terhadapku.
"Sidna, besok pukul 10.00 tepat di Balai Natara dia akan menikahi oranglain, dan itu bukan kamu."
Aku tersenyum.
Aku tau.
Tidak usah diberi tau, karena aku sudah tau.
Bahkan mas Ferdi selingkuhpun aku juga tau, tapi bagiku, asal dia kembali denganku, semua usai. Dia hanya melepas lelahnya, itu saja.
"Apa besok kita juga akan menikah? Buat apa mas? Balas dendam? Enggak lucu ah. Udah, ayo pulang dulu, Kalya, sahabatku, nanti murka. Bahaya kan mas?"
Aku ingin pulang. Tiba-tiba dadaku sesak.
"Kamu mau besok menikah? Ok. Jangan kabur ya."
"Mas Arka," aku menegur, lelah.
"Memangnya kamu mau apa lagi Sid? Aku bisa dan akan membahagiakan kamu jauh lebih bahagia daripada saat kamu dengan Ferdi."
"Mas. Kamu bukan orang yang aku cintai."
"So what? Yang aku butuhkan sekarang cuman kamu mau. Selanjutnya aku akan bertanggung jawab atas semuanya, Sid."
Untung saja, aku pingsan dan ditemukan oleh mas Arka.
Dia ini tajir, belum lupa kan?
Jadi, sekarang, aku yang cuma kurang makan ini diinfus dan dirawat di paviliun terbaik di rumah sakit ini. Kamar VVIP. Jadi, suaraku dan mas Arka tidak mengganggu pasien lain.
"Mas. Pulang aja ya, aku capek. Bener deh."
"Enggak bisa Sid, kamu harus bedrest."
Aku enggan berdebat lagi. Jadi sekarang aku diam tidak menjawab dan mas Arka menarik kursi kemudian duduk didekatku.
"Walinya siapa Sid, kamu masih punya bapak?"
Masih saja ya? Siapa yang mau menikah sih?
"Kamu mau pernikahan model gimana? Aku telfon temanku, biar dia ke sini ya?"
Aku baru saja hendak mengambil posisi duduk, tapi mas Arka segera melompat dan melarang.
"Plis, jangan Sid. Baring aja, ya."
Dia memohon. Memelas. Raut mukanya amat sangat khawatir.
Aku menggerak-gerakkan kakiku. Ada kok. Aku enggak tiba-tiba lumpuh.
"Kalau mas Arka lanjut ngomongin omong kosong ini, aku loncat dari kasur."
Aku mengancam dan dia segera mengangguk, menurut.
"Tapi Sid, ingat ya. Aku mau kamu jadi istri aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
SIDE TO SIDE
RomanceAku, Sidna Minara. Bukan Janda, karena aku tidak pernah menikah. Bukan Nona, karena aku sudah punya anak. Semua baik-baik saja, kalau hari itu, anakku, tidak bertemu dengam boneka kutukan bernama Annabella!