Baikan

2K 90 1
                                    

All characters in this story are 18+ and intended for mature readers.

DM untuk join grup Telegram kami

"Saya ngomong dulu ya," kata Taufik sembari duduk di sebelah gue di ranjang. "Terus terang, saya sakit hati, Ry. Mau siapa juga diselingkuhin pasti sakit. Padahal kita kan ada perasaan Ry, buat satu sama lain."

"Iya mas, aku ngerti," kata gue.

"Saya gak mau tau, kamu ngelakuin itu sama siapa, sama temen sekolah lah atau siapa," lanjutnya. "Tapi saya perlu tau, kamu itu masih ada perasaan sama saya apa nggak?"

"Pasti masih lah mas. Mas Fik itu kan cinta pertamaku. Gak ada yang ngerubah itu, dan aku juga gak mau sama orang lain selain Mas. Aku cuma lagi khilaf aja..."

"Ini semua kan dunia baru buat saya. Saya kan belum pernah sama cowok sampe saya sama kamu," kata Taufik sambil menatap gue. "Dan menurut saya yang kamu paling salah, kamu biarin itu orang ngewein kamu ga pake kondom. Sampe crot di dalem. Itu kan gegabah."

"Iya mas, aku ngerti," kata gue, dengan mata berkaca-kaca. "Aku beneran khilaf mas hari itu. Maafin Ryan ya mas... Aku gak bermaksud mengkhianati Mas Fik. Beneran kebawa suasana..."

"Ya sudah lah. Udah lewat juga. Yang penting kamu cuma sekali ngelakuin kayak gitu," katanya.

Gue ngangguk diem. Mendingan gak usah kasih tau kalo itu sebenernya udah dua kali deh.

"Mas ngerti juga. Semua cowok sama, meskipun gay sekalipun. Emang suka mikir pake kontol," kata Taufik. "Dan kalo misalnya kamu memang mau bertualang gitu ya. Mas pastinya bisa ngerti. Tapi harus ada aturan dong."

"Aturan gimana mas?"

"Ya, misalnya, kalo kamu suka sama cowok lain, Mas Fik harus tau juga," katanya. "Dan Mas Fik harus setuju juga. Jangan main belakang."

"Iya mas, aku setuju," kata gue. "Aku gak akan ngulangin lagi."

"Nah, gitu dong," kata Taufik sambil menepuk tangan gue.

Gue tersenyum. "Jadi kita baikan?"

"Baikan."

Gue dan Taufik saling tersenyum sambil menatap satu sama lain.

"Tapi dengan satu syarat," kata Taufik. "Nanti kalo mas ada permintaan, kamu mesti penuhin ya."

"Permintaan apa? Maksudnya mas mau minta dibeliin mobil gitu?!"

Taufik ketawa. "Ya kaga. Buat di ranjang gitu. Tapi belum kepikiran juga apa. Intinya biar kita impas."

"Ya udah mas, setuju lah aku," kata gue. "Pokoknya, aku pengen mas tau, Ryan bener-bener sayang banget sama Mas Fik."

"Mas juga sayang sama kamu..." bisik Taufik.

Taufik pun memeluk gue dan kita mulai berciuman. Gue rasanya udah mau meleleh di pelukannya. Setelah sekian lama bisa dipeluk badan Taufik lagi, cium bibirnya, bersilat lidah, dan pastinya aroma laki-lakinya...

Tanpa perlu ngomong apa-apa, gue dan Taufik pun langsung otomatis ngelepas baju kita sampe telanjang bulat. Dan kita balik berciuman. Taufik pelan-pelan membaringkan gue di ranjangnya, yang semerbak bau keringatnya, dan kita pun lanjut berciuman, dengan badan Taufik menindih badan gue.

"Pelumasnya ada di bawah ranjang..." bisik Taufik di sela-sela ciuman.

Gue pun merogoh lantai dan mengambil botol pelumas. Gue mengolesi lubang pantat gue dan juga batang Taufik yang udah mengeras. Dan kontol Taufik pun mulai pelan-pelan memasuki lubang pantat gue.

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang