Pak Narso dan Ryan: Ada yang Aneh...

1K 37 0
                                    

Foto telanjang Ryan memang menghebohkan Narso, Joko, dan Barkah. Beberapa kali Narso melihat muridnya itu di koridor, tapi tidak pernah berpapasan. Narso bersyukur. Rasanya ia akan salah tingkah.

Tapi kejadian itu terjadi tepat di waktu ujian, jadi Narso pun mencoba fokus ke kesibukannya.

Akhirnya hari terakhir ujian tiba. Rasanya melegakan bagi Narso dan guru-guru lainnya. Siswa pun diliburkan selama seminggu, agar para guru bisa fokus menilai hasil ujian.

Namun, di saat itu, Narso justru mulai terpikir lagi tentang Ryan, karena ada beberapa hal aneh yang ia sadari.

PERTAMA: Sedang apa mereka di dalam gudang?

Tepat di hari terakhir ujian, para siswa seakan-akan langsung buru-buru meninggalkan sekolah. Begitu juga dengan para guru.

Tapi Narso memilih untuk bersantai saja, dan menggunakan waktunya untuk berberes-beres di ruangan kelasnya.

Ruangan kelas Narso terletak di lantai teratas, dan dari jendela ia bisa melihat lapangan olahraga tanpa tertutup pohon. Siang itu, ia melihat seseorang yang ia kenal: Ryan, latihan sendirian di lapangan tenis.

Tapi muridnya itu tidak sendirian. Seorang pria duduk di kursi di samping lapangan, mengamatinya latihan. Setelah beberapa lama, Narso bisa melihat Ryan duduk di sebelah pria tersebut.

Narso tidak bisa melihat jelas pria itu, sampai akhirnya ia membantu Ryan mengambil bola-bola tenis yang berserakan di lapangan.

Ternyata Joko.

Mungkin lagi ngobrol tentang yang waktu itu, pikir Narso. Ryan dan Joko pun kemudian terlihat membawa keranjang bola ke dalam gudang perlengkapan olahraga, di sebelah lapangan. Tapi selang beberapa menit, mereka tidak kunjung keluar.

Narso bingung. Sedang apa mereka di dalam gudang?

Saking ingin tahunya, Narso pun memutuskan untuk mengecek keadaan gudang. Tapi baru saja ia keluar dari gedung sekolah, ia melihat Joko naik motornya dan pergi meninggalkan sekolah.

Tak lama setelah itu, Ryan pun muncul di lapangan parkir. Ia terlihat sedang berjalan ke arah mobilnya yang diparkir di sana, ketika seorang pria tiba-tiba menggaetnya dari belakang. Narso terkejut dan sudah siap membantu Ryan, tapi lalu Ryan dan pria itu mengobrol sambil tertawa-tawa.

Berarti mereka sudah saling kenal, pikir Narso. Tapi siapakah pria ini? Tidak mungkin ia kakak atau saudara Ryan. Terlihat pria ini ada di usia 30an, dengan kulit sawo matang agak gelap. Pastinya pria pribumi, bukan Tionghoa seperti Ryan. Dan pria ini terlihat seperti kaum pekerja, bukan seperti Ryan.

Mungkinkah pria ini pasangan Ryan di foto-foto porno itu?

Tapi lalu Narso melihat Ryan berjalan ke arah WC di dekat lapangan olahraga, dan Narso pun memutuskan untuk kembali ke kelasnya dan lanjut berberes.

KEDUA: Siapa pria misterius itu?

Hari Senin berikutnya, Narso datang ke sekolah dari pagi untuk mulai menilai ujian. Sekitar jam 10 ia pun keluar untuk istirahat sebentar dan merokok di samping lapangan parkir. Tak berapa lama ada seseorang yang berjalan ke dekatnya. Narso menengadah dan langsung terkejut.

Ternyata pria misterius yang kemarin itu menemui Ryan.

Awalnya Narso diam saja. Tapi pria itu ternyata tidak punya korek api, jadi ia pun meminjamnya kepada Narso.

"Makasih pak," kata pria itu sambil mengembalikan korek Narso.

"Iyo, sama-sama."

"Guru ya pak di sini?"

"Betul pak," kata Narso hati-hati.

"Guru SMA, atau?"

"Betul, di SMA."

"Oh kalo gitu, berarti bapak mungkin gurunya Ryan ya?" tanya pria itu. "Ryan W., yang anak tim tenis."

"Oh iya, betul," jawab Narso. "Bapak siapa ya?"

"Oh, saya supir keluarganya," katanya. "Saya Taufik."

Mendengar itu, Narso pun menarik nafas lega. Pantas Ryan dan Taufik ini sudah kenal dekat.

"Anu, mau tanya pak," lanjut Taufik. "Hari ini bapak liat Ryan gak ya di sekolah?"

Narso bingung. "Di sekolah? Nggak sih pak. Anak-anak kan lagi libur."

"Oh gitu ya. Saya disuruh papanya Ryan untuk cari dia, karena tadi HPnya ditelpon ga diangkat," kata Taufik.

"Oh begitu..." kata Narso. "Harusnya sih gak di sekolah dia pak."

"Oh, baik," kata Taufik. "Mungkin sama temennya kali ya."

"Mungkin aja pak..."

"Apa mungkin ada guru yang deket sama Ryan pak? Atau mungkin satpam, atau cleaning service?" tanya Taufik.

Narso langsung terpikir Joko, tapi ia memilih untuk pura-pura bodoh. "Kurang tau saya pak kalo itu. Setau saya sih sama guru-guru semua anaknya ramah-ramah aja."

"Oh gitu ya pak. Baik deh pak kalo gitu," kata Taufik. "Makasih koreknya."

KETIGA: Ada apa dengan gelagat Joko?

Siang itu, Narso dan guru-guru lain sedang makan siang di kantin. Narso sendiri datangnya agak terlambat, jadi guru-guru lain pun selesai makan duluan. Satu per satu mereka berdiri untuk kembali bekerja menilai ujian. Hingga yang tersisa hanyalah Joko.

Awalnya mereka berdua mengobrol ngalor ngidul tentang pekerjaan. Tapi Narso akhirnya tidak tahan untuk bertanya tentang Ryan.

"Eh, Jo, waktu itu gimana jadinya si Ryan?" tanya Narso setengah berbisik. "Udah aman?"

"Aman, cuk, aman..." jawab Joko seadanya.

"Terus? Udah gitu aja?"

"Ya, gimana..." kata Joko, terlihat agak tidak nyaman.

"Saya prihatin aja Jo, terus terang," lanjut Narso. "Dia remaja usia labil begini, jangan sampe dimanfaatin. Apalagi sama laki-laki dewasa."

Joko terbatuk-batuk sebentar. "Nggih..."

"Laki hidung belang, maunya cuma yang mesum."

"Sampeyan tenang aja," kata Joko. "Kemarin dah ditanyain kabarnya gimana. Katanya ora popo. Aman bro."

Narso baru saja mau bertanya apa yang Joko dan Ryan lakukan kemarin itu, tapi belum sempat ia bertanya, Joko pun pamit untuk lanjut bekerja.

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang