Cerita Lepas: Ko Alung, Bos Martabak

1.6K 56 1
                                    

Alung mematikan mesin Toyota Innovanya dan menghela nafas. Rasanya lelah. Seharian tidak bisa istirahat benar-benar karena ketiga anaknya sedang libur sekolah. Tapi sebentar lagi sudah jam buka toko martabak miliknya. Untung di kantornya, di lantai dua ruko, ada sofa. Mungkin kalau ada agak sepi bisa tidur sebentar, pikirnya sambil memilin kalung rantai emas di lehernya.

Tapi malam itu, seperti biasa, tempatnya ramai. Banyak orang yang memesan terutama lewat GoFood. Ketiga pegawainya pun terus sibuk. Akhirnya pukul 11:30 malam tiba, waktunya tutup.

"Ron, buatin gua martabak keju coklat dua, buat bawa pulang," katanya kepada Roni, satu anak buahnya yang tersisa.

"Siap bos."

Baru saja Roni selesai berberes, sebuah mobil Audi parkir di sebelah Toyota milik Alung. Seorang pemuda Tionghoa, tapi usianya mungkin awal 20an, lebih muda dari Alung yang sudah berusia 35 tahun, turun dari mobil. Pakaiannya santai, tapi rapi dan modis.

"Udah tutup ya Ko?" tanya pemuda itu.

Alung menoleh ke arah Roni. "Udah gapapa Ron. Ini gua aja yang atur. Loe pulang aja."

Roni pun berpamitan ke bosnya dan bergegas meninggalkan ruko. Alung balik menatap sang pemuda itu.

"Mau duluan ke atas?" tanyanya pelan. "Gua tutup dulu."

Sang pemuda tersenyum sambil mengangguk, dan berjalan ke arah tangga di bagian belakang. Alung mengamati pemuda itu naik tangga sebelum mematikan lampu dan menutup folding gate ruko.

Lantai 2 gelap, hanya ada cahaya lampu jalan dari luar yang masuk. Alung masuk ke kantornya sambil menghisap rokoknya. Sang pemuda itu duduk di sofa sambil bermain HP, tapi menoleh ketika Alung masuk.

"Gua rokok gapapa?" tanya Alung sambil duduk di sebelah pemuda itu di sofa.

"Gapapa."

"Kirain loe ga dateng, WA ga dibales," ujar Alung. "Tapi gua udah siapin tuh coklat keju."

"Thanks."

Alung merasakan jemari pemuda itu meraba-raba selangkangannya. Batangnya pun bangun. Alung pun memejamkan mata ketika pemuda itu pelan-pelan membuka kancing celananya, menurunkan retsleting, dan akhirnya mengeluarkan penisnya dari balik celana dalam.

"Nggggghhh..." erang sang bos martabak pelan, sambil merasakan kehangatan dan kebasahan mulut pemuda itu melalui penisnya.

* * *

"Di WC ada obat kumur kalo loe mau," ujar Alung sambil merapikan celananya. Baru saja ia menembakkan cairan pejuhnya di mulut pemuda itu.

Pemuda itu pun berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Terdengar suara berkumur. Alung menyalakan televisi.

"Uda mau pulang?" tanya Alung ketika pemuda itu kembali.

"Bentar lagi kali. Koko belom?"

"Belom. Capek tapi lagi susah tidur gua. Mau nonton bentar."

"Ga dicariin bini?"

"Lagi kena pilek dia. Jadi gua tidur di kamar tengah," kata Alung. "Temenin gua lah."

Pemuda itu pun balik duduk di sebelah Alung di sofa sambil menonton sebuah film action. Beberapa menit kemudian Alung menengok dan menatap sang pemuda itu dari samping.

Pemuda itu pun sadar sedang ditatap Alung. "Kenapa?" tanyanya geli.

"Gapapa," jawab Alung. "Gua boleh nanya loe ga?"

"Tanya aja."

"Loe biasanya kalo kencan gini ngapain aja?"

"Menurut elo aja," jawab sang pemuda sambil tertawa.

"Pake kondom?"

"Pake lah."

"Tadi gua pikir, apa gua beli kondom juga," kata Alung. "Tapi loe sih ga bales. Jadinya gua ga jadi beli."

"Mau beli sekarang?" tanya pemuda itu sambil menatap muka Alung.

"Gak usah. Kalo kita ketemu lagi aja."

"Oke bos."

"Loe ga mau ngocok?" tanya Alung blak-blakan.

"Hah? Oh. Kenapa? Mau nonton?" tanya pemuda itu.

"Mau aja. Loe buka baju dong."

Sambil tersenyum, pemuda itu pun berdiri dari sofa dan melepas pakaiannya satu per satu, hingga telanjang bulat di depan Alung. Pria Tionghoa itu merasakan penisnya mengeras. Pemuda itu balik duduk di sofa dan mulai masturbasi. Alung pun merangkulnya.

"Mau gua bantuin?" tanya Alung pelan.

"Hmm... Boleh..." jawab sang pemuda dengan mata tertutup.

"Yok, jongkok."

Sang pemuda itu lalu merasakan sebatang jari yang basah oleh ludah, menggesek-gesek lubang pantatnya, dan pelan-pelan, blessss... Jari tersebut masuk.

"Mmm..." erang pemuda itu.

Alung mengamati wajah pemuda sementara jarinya terus keluar masuk dari lubang pantatnya.

"Mau tambah satu lagi jarinya?" tanya Alung.

"Iya... Boleh..."

* * *

Alung merasa segar setelah mandi air panas sesampainya di rumah. Sudah waktunya tidur. Ia pun berbaring di sofa depan televisi di ruang tengah.

Ada sebuah pesan WhatsApp. Thank you martabaknya. See you again soon.

Alung tersenyum. Ia pun membalas. Thank you juga Ryan.

Tak lama setelah itu, Alung pun tertidur.

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang