Om Rizal x Ko Alung 1

1K 50 1
                                    

"Wuihhh... Senyum-senyum aja bos..."

Rizal "bangun" dari lamunannya. Di hadapannya ada Fritz, salah satu anak buahnya, yang sedang nyengir.

"Halah... Jangan kepo lo!" jawab Rizal bercanda. "Kerja!"

"Nanggung kali bos, udah mau jam 6," jawab Fritz.

"Emang kenapa nih senyum-senyum," sahut Velda, anak buahnya yang lain. "Mau ngedate ya bos?"

"Prikitiwww~~" ujar Ajie, anak buahnya yang lain. "Dapet cewek baru nih si bos."

Rizal tersenyum. Memang ia dan anak-anak buahnya cukup dekat. Mereka semua pun tahu cerita perceraiannya, dan sejak itu mereka suka iseng ingin menjodohkan Rizal dengan kenalan mereka. Tapi Rizal tidak pernah menganggap serius. Selalu ia bilang bahwa sekarang ingin sendiri aja.

"Apa sih, orang abis ini mau nonton sama anak gua," kata Rizal.

"Jiahhhh... Penonton kecewa..." kata Velda.

"Lo pada urusin diri sendiri lah... Orang jomblo semua," ledek Rizal.

"Dih, ga usah gitu juga kali bos... Bikin orang sedih Jumat malem," sungut Fritz.

"Dah, pulang, pulang!" kata Rizal. "Gua aja yang matiin lampu."

Satu per satu anak buah Rizal pun keluar dari ruangan kerja mereka. Waktu menunjukkan pukul 6. Rizal pun mengemasi barang-barangnya dan keluar setelah mematikan lampu. Ia masuk ke Suzuki APV miliknya di parkiran, lalu mengecek HP.

Ada satu pesan WhatsApp, dari Ryan.

Ryan: Aku udah otw bassura

Rizal: Siappp om otw juga dari kantor. jadi mau ngapain nih?

Ryan: Karaoke aja yuk

Rizal: Ya boleh. tapi makan dulu gimana?

Ryan: Bolehhh

Rizal: Solaria?

Ryan: Okayyy

Rizal tersenyum simpul sambil mengemudikan mobilnya keluar dari parkiran. Tidak bisa dipungkiri, seks adalah bagian yang penting dari hubungan Rizal dan Ryan. Tapi sejak perceraiannya, Rizal merasa kehidupan sosialnya pun jadi sepi. Teman-temannya sudah berkeluarga semua, sementara saudara-saudaranya tinggal di luar kota. Bisa dibilang yang menemaninya hanyalah putrinya, Dilla, itupun kalau memang sedang terjadwal bersama Rizal.

Ryan pun bisa menjadi teman beraktivitas bagi Rizal, baik itu karaoke, atau nonton di bioskop, atau nongkrong di kafe. Rizal pun merasa dirinya diperlukan oleh Ryan. Meskipun Rizal mengerti sekaya apa keluarga Ryan, Rizal tetap saja memilih untuk membayar ketika mereka nonton, makan, atau minum kopi, seperti dulu ketika ia masih menjadi suami orang.

Rizal tahu seseorang seperti Ryan mungkin biasanya tidak makan Solaria atau minum kopi di J.CO. Tapi itulah pilihan yang sesuai kocek Rizal, dan ia bersyukur Ryan selama ini cincai saja.

Cuma mungkin kalau ada yang melihat mereka jalan berdua, pasti akan dianggap aneh. Yang paling penting, mereka akan pergi ke tempat-tempat yang agak jauh dari tempat mereka tinggal, seperti contohnya Mall Bassura ini di Cipinang. Jakarta Timur sepertinya cukup aman bagi Rizal dan Ryan.

Teman-teman dan keluarga mereka hampir tidak ada yang pergi ke Jakarta Timur, meskipun kadang Ryan terutama terlihat agak aneh, dengan gaya koko SCBD yang mungkin cocok di Plaza Indonesia atau Pacific Place tapi malah pergi ke sebuah mal di Jatinegara.

Tapi yang penting tidak ada yang kenal. Terutama Dondi, yang sampai sekarang masih tidak tahu kalau Rizal dan Ryan menjalani hubungan diam-diam.

Sesampainya di Mal Bassura Rizal pun langsung menuju ke Solaria, dan matanya langsung menemukan Ryan yang duduk sendiri di meja ujung. Seakan-akan telepati, Ryan pun juga langsung menengok ketika Rizal masuk, dan melambai dengan senyum lebar. Hati Rizal pun berbunga-bunga, seakan-akan kembali ke jaman cinta monyet waktu SMA.

Betapa beruntungnya saya, pikir Rizal, bisa punya kekasih seperti ini.

"Sori Om macet tadi," kata Rizal sambil duduk. "Kamu udah lama?"

"Santai Om, belom lama juga kok aku," ujar Ryan.

Mereka pun memesan makanan. Nasi bistik ayam untuk Rizal, nasi cap cay untuk Ryan. Plus dua gelas es teh. Kedua sejoli ini pun mengobrol tentang hari mereka masing-masing, yang masih berlanjut setelah Rizal membayar bon makanan dan mereka berdua beranjak ke tempat karaoke. Di saat itu ingin sekali Rizal meraih tangan Ryan untuk berpegangan tangan layaknya dua orang berpacaran.

Masuk ke tempat karaoke baru bisa berpegangan tangan. Tapi tidak bisa yang aneh-aneh, karena tempat karaoke keluarga. Ya sudah, bernyanyi saja. Selera musik Rizal dan Ryan sebenarnya tidak terlalu mirip gara-gara usia yang terpaut cukup jauh, tapi mereka akhirnya menemukan kesamaan: lagu cinta dari musikus pop Indonesia. Sheila on 7, Kerispatih, Dewa 19...

Dan akhirnya, lagu penutup, yang disajikan Ryan:

Kurasa ku t'lah jatuh cinta~
Pada pandangan yang pertama...
Sulit bagiku untuk bisa
Berhenti mengagumi dirinya...

Mata Ryan selama bernyanyi tidak lepas dari wajah Rizal. Setelah lagu selesai pelan-pelan kedua wajah mereka mendekat dan Ryan dan Rizal pun berciuman. Bibir Ryan yang lembut dilumat oleh lidah Rizal yang lebih agresif.

"Mau balik ke rumah?" tanya Rizal setelah cumbuan mereka berhenti, dan Ryan mengangguk sambil tersenyum.

* * *

Rizal tahu Ryan itu bukan pacarnya. Minimal bukan pacar resmi. Tetapi tetap saja, Ryan membuatnya ingin menjadi pria yang lebih baik. Mulai makan lebih sehat, berolahraga lebih sering, memperhatikan penampilan. Dan tentunya perasaan "kejantanan" Rizal, seperti yang ia rasakan sebagai seorang suami dan ayah yang menafkahi keluarga kecilnya, sudah muncul lagi.

Memang kebanyakan hal kecil, seperti mentraktir makan Ryan setiap kali mereka keluar, tapi ada perasaan kebapakan yang muncul ketika ia bersama dengan Ryan. Mungkin karena usia mereka berbeda cukup jauh. Tapi kadang ia melihat Ryan dan memiliki hasrat melindungi pemuda itu dari hal-hal buruk yang bisa terjadi.

Tapi memang, setiap kali mereka jalan berdua, semua perasaan ini akhirnya bisa diekspresikan di malam harinya. Semua hari kencan Rizal dan Ryan sama. Minum kopi atau makan, berbelanja atau nonton bioskop atau ke karaoke, dan setelah itu mengakhiri hari dengan pulang ke apartemen Rizal untuk bercinta.

Hari ini juga sama saja. Hanya satu jam setelah Ryan menyanyikan lagu RAN untuk Rizal di tempat karaoke, sekarang ia "bernyanyi" di ranjang sang duda. Telanjang bulat dengan paha terbuka lebar bagaikan pelacur, sambil merasakan hentakan penis Rizal yang bersarang di lubang pantatnya.

Di tengah-tengah Ryan meminta ganti posisi. Dari misionaris ke sebuah posisi duduk yang baru kemarin ini mereka coba. Rizal duduk di tengah-tengah kasurnya, dengan batang penis yang tegak ke atas, sementara Ryan pelan-pelan berjongkok di atas penis Rizal sambil menghadap sang duda. Di situ lah Ryan menaik turunkan bokongnya di batang Rizal sambil mereka berciuman tanpa henti.

Ketika mendekati klimaks, Rizal pun menghentikan ciuman mereka dan malah menatap mata Ryan sambil berbisik: "Aku... Aku sayang kamu... Aku sayang KAMUUUU!!! OOOOHHHHHH..."

Senjata Rizal pun menembakkan cairan pejuhnya di dalam lubang Ryan. Sejak mereka pertama kali berhubungan seks, tidak pernah sekalipun mereka memakai kondom. Sejak perceraiannya, Rizal tidak pernah "main" dengan siapapun kecuali Ryan.

Namun, masalahnya mungkin adalah Rizal mengira Ryan juga hanya eksklusif dengan dirinya. Tanpa pernah bertanya.

Setelah klimaks mereka berdua pun ambruk ke kasur dan mulai berangkulan sambil berciuman sebentar. Mengobrol ngalor ngidul hingga akhirnya Ryan berbisik, "Aku juga sayang Om Rizal..."

Mereka berciuman lagi dan pelan-pelan Rizal pun tertidur...

* * *

Ketika Rizal mulai mendengkur, Ryan pun pelan-pelan beranjak dari tempat tidur. Ia pelan-pelan memakai pakaiannya lagi dan mengambil HPnya yang sejak tadi, tanpa disadari Rizal, ada di meja depan tempat tidur. Ryan lalu keluar sambil membawa kartu akses apartemen Rizal dan turun lift ke lantai dasar.

Ia keluar gerbang apartemen ke pinggir jalan yang sudah sepi di pukul 12 malam. Ada sebuah mobil hitam menunggu tepat di sebelah portal. Ryan membuka pintu mobil itu dan tersenyum melihat pengemudinya.

"Hai, Ko Alung..."

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang