Nginep di Kontrakan 16 - Epilog

283 27 0
                                    

All characters in this story are 18+ and intended for mature readers.

Keesokan paginya, Ryan terbangun saat matahari sudah tinggi. Kepalanya nyut-nyutan. Tapi ia ternyata sedang tidur di ranjang Taufik, telanjang bulat. Ryan melihat bercak-bercak sperma kering di badannya.

Sudah jam 10 pagi.

Pelan-pelan Ryan berdiri. Di saat itu ia langsung berasa cairan dingin mengalir di kakinya. Sperma Taufik dari tadi malam.

Meskipun tadi malam mabuk, Ryan tidak hilang ingatan. Ia ingat semua yang ia perbuat. Ia hanya berharap Taufik tidak merasa aneh.

Ryan pun keluar dari kamar Taufik. Tanpa memakai baju. Tapi Ryan cuek. Toh ketiga teman Taufik sudah melakukan dengan Ryan. Meskipun belum sampai hubungan seks sebenarnya.

Namun ruang tengah kosong. Terdengar suara di dapur. Ketika ia menengok, ternyata Taufik, sedang membuat kopi.

"Buat kamu," kata Taufik sambil menatap Ryan.

"Makasih Mas," kata Ryan sambil duduk di meja makan.

"Kamu oke?" tanya Taufik.

"Oke. Mas oke?"

"Oke."

* * *

Orangtua Ryan akan tiba dari Taiwan di malam yang sama, jadi siang itu Ryan sudah harus pulang. Taufik bahkan membantunya membereskan baju dan barang-barangnya dari kontrakan.

Sesampainya di rumah, Taufik langsung berangkat lagi ke arah bandara. Sementara Ryan langsung mandi - ia berhati-hati sekali tidak mau berpapasan dengan ARTnya - dan setelah merasa bersih, ia pun tertidur.

Ia bangun ketika jam menunjukkan pukul 6 sore. Terdengar suara-suara di bawah. Sepertinya orangtuanya sudah pulang.

"Nah ini dia," kata papinya Ryan melihat putra bungsunya turun dari tangga.

"Kesepian ga kamu ga ada mami papi?" tanya maminya.

"Biasa aja," kata Ryan sambil membuka tas oleh-oleh.

"Kamu kurang tidur ya?" tanya papi. "Tidur lagi aja."

"Iya," kata Ryan. "Ehm, Taufik ada?"

"Dah mami suruh pulang tadi," kata maminya sambil menenggak teh. "Kenapa?"

"Oh, gak apa-apa. Ya udah, aku tidur lagi ya."

Sesampainya di kamar, Ryan berpikir mau menelepon Taufik. Tapi begitu ia masuk di ranjang, kantuk tiba-tiba datang, dan ia pun langsung tertidur.

* * *

Besok paginya, Ryan sengaja bangun lebih pagi. Ia tak tahu baju-baju yang ia pakai di kontrakan kondisinya seperti apa. Jangan-jangan semuanya bau sperma. Jadi ia berencana mau mencuci bajunya sendiri, baru meminta si mbak untuk menyetrika.

Ternyata di antara baju-bajunya, ada sebuah amplop. Berisi surat. Hati Ryan terhenyak ketika melihat tulisan tangan Taufik.

* * *

R,

Kalau kamu baca ini, saya udah pulang kampung. Maaf ya ga pamit. Mungkin lebih gampang seperti ini.

Saya cuma mau bilang, semoga sukses terus di Amerika. Belajar yang bener. Jangan lupa telepon papi mami. Jadi anak yang baik. Jaga kelakuan.

Saya bersyukur selama ini bisa berteman sama kamu. Jalani hidupmu dengan baik. Ceritamu masih panjang...

Kamu akan selalu ada di doa-doa saya, meskipun dari jauh.

Sampai kita bertemu lagi.

-T

* * *

Muka Ryan basah oleh air mata. Ia mengambil HPnya. Mengirim pesan WhatsApp. Centang 1. Mencoba menelepon. Tidak tersambung.

Ryan terus mencoba. Tapi terus gagal. Hatinya perih. Air matanya sampai kering.

Suratnya ia masukkan kembali ke dalam amplop. Lalu ia taruh di dalam kopernya. Di sebelah satu bungkusan baju dengan logo Ramayana.

Mas Taufik, kenangan kita bakal aku bawa ke manapun aku pergi, kata Ryan dalam hati.

* * *

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang