Zaenal Satpam Apartemen 2

1.7K 65 0
                                    

Lift sampai di lantai 12, dan Zaenal pun keluar menenteng pesanan GoFood Ryan. Ia berjalan ke arah unit apartemen di ujung - seperti yang telah ia lakukan berkali-kali.

Sejak malam di mana Zaenal memberikan nomor HPnya ke Ryan, bisa-bisa dua kali seminggu ia "bertamu" ke apartemen Ryan. Pemuda itu sudah hafal jadwal kerja Zaenal. Jadi setiap kali Zaenal shift malam, Ryan akan memesan makanan lewat GoFood, dekat jam Zaenal pergi ronda. Zaenal pun mengantar makanan itu langsung ke apartemen Ryan (dan Ryan pun selalu memesan makanan cukup untuk dua orang, bagi dirinya sendiri dan sang satpam).

Tapi, bukannya langsung makan, Zaenal dan Ryan melakukan hal lain terlebih dulu: seks oral. Ya, betul, Ryan akan memuaskan nafsu satpamnya dengan sebuah blowjob di sofa apartemennya, hingga Zaenal memuncratkan cairan spermanya di mulut Ryan. Barulah setelah itu mereka makan berdua.

Mungkin sudah sebulan ini Zaenal menikmati hisapan Ryan. Ia pun mulai ingin membawa hubungan mereka ke level selanjutnya, yaitu dengan menyodok lubang pantat Ryan yang terlihat masih ketat. Kadang ketika sedang onani di rumah, Zaenal membayangkan dirinya sedang mengentot Ryan. Membuat pemuda Tionghoa itu mendesah-desah dengan hentakan penisnya. Pasti rasanya nikmat.

Tapi Zaenal sebenarnya merasa segan, karena ujung-ujungnya, Ryan adalah penghuni apartemen, dan Zaenal hanyalah seorang satpam yang bekerja di sana. Kalau salah langkah, bisa-bisa Zaenal dipecat. Ia memutuskan untuk terus menikmati servis oral Ryan. Siapa tahu nanti Ryan sendiri yang akan meminta Zaenal untuk seks anal.

Zaenal pun sampai di pintu unit apartemen Ryan, dan mengetuknya.

Anehnya, tidak ada jawaban.

Zaenal mulai merasa ada yang janggal. Setelah dipikir, shift Zaenal hari ini sebenarnya bukan shiftnya yang biasa, dan ia pun tidak memberitahu Ryan. Tahu darimanakah Ryan?

Daripada mengetuk lagi, Zaenal pun mencoba membuka pintu apartemen, dan ternyata tidak dikunci. Pelan-pelan Zaenal masuk ke dalam apartemen dan menutup pintu. Ruang tengahnya gelap, hanya ada cahaya lampu dari balkon, dan ternyata secercah cahaya dari kamar tidur Ryan. Mungkin Ryan ada di sana.

Namun baru saja Zaenal melangkah masuk, ia menginjak sepasang sepatu. Sepasang sepatu olahraga berwarna hitam. Zaenal tidak pernah melihat Ryan memakai sepatu seperti ini, dan ternyata, ukurannya pun lebih besar dari sepatu-sepatu Ryan yang lain.

Naluri satpam Zaenal pun langsung bangun. Dengan waspada ia mengendap-endap ke arah kamar tidur Ryan, dan mengintip lewat celah pintu yang terbuka.

Matanya pun terbelalak. Seorang pria gempal botak berkulit hitam sedang berlutut di tempat tidur Ryan, telanjang bulat. Menurut tebakan Zaenal, pria itu merupakan orang Afrika, dan berusia sekitar 40an tahun.

Tepat di depannya, di posisi tengkurap, adalah badan Ryan yang juga telanjang bulat. Dari sudut pandang Zaenal, ia bisa melihat penis pria Afrika itu yang terlihat besar sekali, pelan-pelan menggenjot pantat Ryan. Zaenal seakan-akan terhipnotis menonton kontrasnya kulit hitam Afrika itu dengan kulit Ryan yang putih cerah - kontras yang lebih besar dibanding kulit Zaenal yang sawo matang.

Zaenal bisa mendengar rintihan Ryan ketika sang pria Afrika mulai mempercepat hentakannya. Sang satpam langsung sadar diri. Waktu ia memergoki Ryan dengan supir taksi itu, mereka sedang berbuat tak senonoh di bagian umum apartemen. Tapi sekarang ini Zaenal lah yang ada di unit apartemen Ryan tanpa izin. Jadi ia pun pelan-pelan beringsut keluar dari unit apartemen Ryan, lalu masuk ke ruangan kecil tempat lift karyawan dan tong sampah, masih menenteng makanan pesanan Ryan. Ternyata makanan ini bukan untuk Zaenal, tapi untuk pria Afrika itu. Kencan Ryan malam ini.

Perasaan Zaenal campur aduk. Rasanya nafsu melihat Ryan dientot penis Afrika yang terlihat sangat besar itu. Tapi juga cemburu. Sudah hampir 10 kali Zaenal dan Ryan melakukan seks oral. Bahkan pemuda itu sudah familiar dengan rasa cairan pejuh Zaenal. Tapi sang satpam belum pernah sekalipun merasakan ketatnya pantat Ryan. Sementara pria asing ini mungkin baru berkenalan dengan Ryan, tapi sudah boleh menyetubuhi Ryan. Tidak adil.

Zaenal pun menenangkan diri sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang. Apakah ia pura-pura tidak tahu dan kembali ke lobby saja?

Tapi belum saja ia memutuskan, ia mendengar suara langkah kaki di koridor.

Ternyata Ryan. Sudah berpakaian, dengan kaus putih, celana basket, dan topi bisbol. Jalannya agak aneh.

"Ryan?" bisik Zaenal.

"Bang Zaenal?" tanya Ryan kaget. Pemuda itu pun masuk ke ruangan lift karyawan tempat Zaenal berada. "Kok ada di sini? Emang hari ini masuk?"

"Tukeran shift," jawab Zaenal. "Ini pesenan kamu."

Muka Ryan memerah, dan ia mulai salah tingkah. Kantung plastik itu ia gantung di gagang pintu. "Oh, erm, iya bang, makasih ya. Aku lagi ada...temen...main ke sini."

Bukannya menjawab, Zaenal malah mengelus pipi Ryan sambil menatap matanya dengan intens. Ryan masih salah tingkah, tapi tanpa pikir panjang, Zaenal pun mencium bibir pemuda itu.

Mereka belum pernah berciuman sebelum ini.

Ketika Zaenal melepas ciuman itu, Ryan malah merangkul leher Zaenal dan kembali mencium bibirnya. Mereka pun berciuman, dan Zaenal merasa lidah Ryan meminta masuk ke mulutnya, dan mereka pun bersilat lidah.

Merasa berani dan percaya diri, Zaenal pun memberanikan diri untuk meremas-remas pantat Ryan. Sang pemuda Tionghoa itu tidak bergeming, malah cumbuannya semakin panas. Zaenal pun makin berani, dan ia menyelipkan tangannya ke dalam celana Ryan.

Anak ini ternyata tidak memakai celana dalam. Zaenal meremas-remas pantat telanjang Ryan lagi, merasakan kulitnya yang lembut, sebelum pelan-pelan menyentuh lubangnya.

"Uff..." erang Ryan. Akhirnya ada suatu reaksi.

"Gak apa-apa?"

"Pelan-pelan bang..."

Mereka pun berciuman lagi sementara Zaenal menyentuh lubang Ryan.

"Sakit ya?" tanya Zaenal.

"Sedikit bang..."

"Gara-gara temen kamu ya?"

"Ehm... Iya..."

"Lubangmu agak basah..." bisik Zaenal. "Ini pejuhnya temen kamu?"

"Ngga bang... Tadi pake kondom... Yang basah kayaknya sisa cairan pelumas..."

"Banyak juga ini cairan pelumasnya," kata Zaenal. "Punya dia gede ya?"

"Iya bang..."

"Orang mana emang?"

"Nigeria bang... Tadi ngeliat ya?"

"Iya tadi sekilas di bawah," kata Zaenal bohong.

"Kok aku malah gak liat Bang Zaenal ya?" balas Ryan. "Gimana bang rasanya ciuman sama cowok?"

"Lumayan juga..." kata Zaenal. "Temen kamu gak nungguin?"

"Gak apa-apa... Aku lagi seru ciuman sama abang..."

"Dah, kita jangan di sini..." tutur Zaenal. "Bahaya nanti ada yang mergokin."

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang