Nginep di Kontrakan 11

212 21 1
                                    

All characters in this story are 18+ and intended for mature readers.

Seusai nonton film, Ryan dan Taufik jalan-jalan di dalam mal. Ketika mereka sampai depan Ramayana, tiba-tiba Ryan menarik Taufik masuk ke dalam, hingga beberapa orang sekitar mereka melihat dengan ingin tahu.

"Apa sih ini?" tanya Taufik bingung.

"Mas. Aku mau Mas kasih aku hadiah perpisahan. Boleh ga?" tanya Ryan.

"Ya boleh aja. Apa dong?"

"Mas sering belanja baju di Ramayana sini kan?"

"Sering."

"Ya udah. Aku mau Mas beliin aku baju satu stel."

"Kamu pilih dong. Mas sambil liat-liat juga."

"Oke," jawab Ryan dengan riang.

Taufik menggeleng-geleng sambil tersenyum. Beberapa menit kemudian, Ryan sudah membawa sekeranjang pakaian.

"Aku cobain dulu ya ukurannya," kata Ryan.

"Iya iya," kata Taufik. Memang Ryan itu kadang lucu.

Tak berapa lama, sebuah pesan WhatsApp masuk. Ternyata Ryan mengirim foto dari ruang ganti. Awalnya Taufik mengira pacarnya itu iseng mengirim foto bugil.

Tapi ternyata fotonya lebih hot lagi: Ryan berpakaian lengkap, memakai baju yang ia pilih dari Ramayana barusan, tapi Taufik baru sadar, dari ujung rambut sampai ujung kaki, baju pilihan Ryan sama persis dengan seragam Taufik sehari-hari sebagai supir. Kemeja polos lengan pendek, celana jins warna gelap, dan sepatu pantofel kulit warna hitam.

Cocok ga aku? ketik Ryan.

Cocok banget sayangku... balas Taufik.

Ryan membalas dengan emoji menjulurkan lidah. Dan beberapa saat kemudian sang pemuda itu sudah menghampiri Taufik, namun dengan pakaian normalnya.

Mereka pun pergi ke kasir untuk membayar, dan di sana Taufik sadar, kalau Ryan bahkan sampai membeli satu pak celana dalam yang persis sama dengan merek yang ia pakai.

"Kamu iseng ya, bener-bener deh," kata Taufik sambil tersenyum girang setelah mereka keluar dari Ramayana.

"Yuk, pulang," kata Ryan sambil mengedipkan mata. Dasar genit.

Namun baru saja keluar mal, ternyata hujan deras.

"Tau gini parkir di basement tadi," kata Taufik.

"Tadi penuh kan basement?"

"Iya sih. Ya udah. Saya ambil mobil, kamu tunggu di sini?"

"Gapapa lah."

"Deres banget lho," kata Taufik khawatir.

Tapi Ryan belum apa-apa langsung nyelonong ke arah parkiran mobil. Untung ada sedikit atap di atas trotoar. Tapi tetap saja baik Taufik maupun Ryan cukup basah kuyup saat sampai di mobil.

Taufik baru saja menyalakan mobil ketika ia sadar bahwa Ryan kali ini duduk di kursi belakang.

"Mending keringin baju bentar Mas, baru jalan lagi?" kata Ryan.

"Saya mah gapapa."

"Mas Fik, liat aku sekarang."

Taufik menoleh tajam. Dan di kursi belakang, Ryan ternyata sudah berganti baju, memakai baju yang barusan dibeli di Ramayana.

"Astagfirullah..." kata Taufik sambil merasakan penisnya mulai tegang.

"Sini, Mas..." kata Ryan dengan suara genit. "Ni ujan gede banget. Parkiran kosong. Temenin aku dulu di belakang sini..."

Taufik pun mengikuti perintah Ryan dan berpindah ke belakang. Mereka langsung berciuman dengan panas.

"Ngeliat kamu pake baju kayak gitu, Mas serasa ngeliat kamu pake baju Mas..." kata Taufik di antara ciuman.

Ryan tertawa. "Seakan-akan Mas abis ngelecehin aku semaleman, tapi aku ga bawa baju, jadi besok paginya pake baju Mas deh..."

"Percis kayak begitu," kata Taufik sambil tertawa.

"Inget ga Mas, di awal-awal kita ngelakuinnya di mobil?" bisik Ryan.

"Semuanya Mas ga bakal lupa..."

"Aku blowjob ya Mas?" tanya Ryan sambil berjongkok di depan Taufik dan menatap wajah pria pujaannya.

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang