Cium Gue, Mas Taufik...

870 48 1
                                    

Setelah first kiss gue dengan supir gue, Taufik, gue tau hidup gue udah berubah selamanya. Dan gue ngerasa Taufik pun tau. Di hari pertama kita ketemu lagi sejak kejadian itu, dia langsung memberikan penjelasan panjang lebar. Kalo itu cuma kejadian sekali, hadiah untuk gue, dan dia tetep suka cewek.

Iya deh. Gue manggut manggut aja. Bukan berarti gue gak akan berusaha.

Dan usaha gue adalah, setiap hari di saat pulang sekolah, gue akan minta dicium.

Dan respons Taufik selalu sama. "Ets... Ry... Gimana sih... Kan kita udah ngomongin?"

Atau, "Masa di sekolah gak ada yang suka sama kamu?"

Atau, "Mendingan cium cewek, Ry, dijamin lebih enak daripada cium saya..."

Atau kalo lagi kesel sama gue, dia cuma geleng-geleng aja tanpa suara.

Sampe akhirnya gue nantangin dia. Dengan download Grindr dan buka appnya depan dia.

"Aplikasi apa itu Ry?" tanyanya kepo melihat gue mengutak atik HP gue.

"Buat cari cowok," kata gue singkat.

"Weleh, beneran tuh? Mana sini saya liat."

Gue pun ngasih liat.

"Wah, gak bohong kamu," jawab Taufik.

"Iya lah, masa bohong," kata gue. "Semoga ada deh yang mau cium aku di sini."

"Kamu beneran mau cari gituan Ry?"

"Iya. Emang kenapa?"

"Ya gimana ya. Kamu kan ngga tau ini orang-orang siapa."

"Gapapa lah," ujar gue ngasal. "Yang penting ada yang mau sama aku."

"Nanti kamu ketemu, malah beda sama di foto. Atau lebih parah, mereka orang jahat."

"Emang orang sejahat apa sih?"

"Ya kan bisa aja, dia mau perkosa kamu."

Gue diem aja sambil terus ngescroll.

"Ry. Saya serius ini," kata Taufik sambil memandang gue prihatin.

"Ya, kan daripada aku gangguin Mas Taufik terus, padahal Mas Taufik gak mau ciuman sama aku."

Taufik menghela nafas, frustasi. "Kamu jangan gitu lah. Saya ini juga ga mau kamu diapa-apain sama orang."

"Kalo gitu, cium aku aja Mas. Kalo Mas Taufik bisa kasih itu, aku gak bakal nyari dari orang ga jelas."

Taufik diem aja ngedenger kata-kata gue, dan gue pun juga diem. Sampe akhirnya kita masuk kompleks rumah gue. Setelah mobil masuk garasi, gue pun beranjak ngebuka pintu, tapi Taufik malah nahan gue.

"Ry. Janji sama saya kamu gak bakal ketemu orang aneh dari aplikasi kaya begitu. Kalo kamu janji, kamu boleh cium saya."

"Beneran, Mas?"

"Saya gak mau kamu kena bahaya, Ry. Dan kalo kamu cium saya berarti kamu aman, ya gak apa-apa. Tapi jangan kasih tau siapa-siapa, Ry. Bapakmu langsung pancung saya kalo sampe ketahuan," kata Taufik setengah bercanda.

Sementara itu hati gue berbunga-bunga.

"Janji Mas."

Bibir gue dan bibir Taufik pun bertemu untuk kedua kalinya.

* * *

Sejak saat itu, gue selalu minta ciuman di setiap saat. Tentunya setelah ngecek kalo ga ada orang di sekitar. Pagi-pagi ketika berangkat ke sekolah. Lalu saat masuk garasi setelah pulang sekolah.

Hingga satu hari gue memberanikan diri dan mulai mencoba memakai lidah gue.

Awalnya Taufik menolak. Tapi gue terus mencoba, dan akhirnya dia luluh. Ciuman kita pun berubah menjadi percumbuan yang lebih seksual, dengan mulut terbuka dan lidah yang bersilat. Air liur kita bercampur.

Cumbuan ini kebanyakan terjadi setelah pulang sekolah. Melipir ke sebuah gedung parkir yang gelap, atau jalanan sepi. Make out di dalam mobil selama beberapa menit. Lidah Taufik yang lebih dominan menggerayangi rongga mulut gue.

Dan gue pun menyadari. Beberapa kali setelah kita make out, Taufik diem-diem membetulkan celananya.

Seakan-akan mengubah posisi kontolnya yang mengeras.

Dan mimpi gue, untuk memberikan keperawanan gue ke Taufik, bisa jadi kenyataan.

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang