Om Rizal x Ko Alung 9: Ngebar

549 40 2
                                    

Malam itu Rizal bermimpi.

Mimpi jorok. Tentang Ryan.

Di mimpinya, ia berada di rumah tempat ia tinggal dahulu bersama mantan istri dan putrinya. Namun ketika ia masuk ke dapur, bukan Dini yang sedang memasak. Tetapi Ryan.

Ia masuk ke dalam kamar tidur, dan bukan Dini yang sedang berbaring di tempat tidur, tetapi Ryan. Telanjang bulat sambil membuka kedua pahanya dengan senyuman nakal namun tidak berdosa.

"Aku siap diperawani Mas Ijal..." kata Ryan di mimpi, dan dalam sekejap Rizal pun melihat dirinya sedang menyoblos lubang pantat Ryan dengan penisnya.

Awalnya Rizal mengamati wajah Ryan yang mendesah keenakan sambil dientot. Namun tiba-tiba mimpinya berubah. Memang Rizal masih mengentot Ryan, tapi Ryan tidak lagi bersuara, karena ia sedang memberikan blowjob ke seorang laki-laki lain.

Tak lama setelah itu, mimpi Rizal berubah lagi. Kali ini ia duduk di sebuah kursi di samping tempat tidur. Namun Ryan masih terbaring di kasur, masih memberikan blowjob ke laki-laki itu, namun sekarang ada pria kedua yang menggantikan posisi Rizal, mengentoti Ryan.

Dan tak lama setelah itu, Rizal pun terbangun sambil mendengar suara alarm dari HP Yanto.

Sambil menunggu rekan kerjanya itu mandi, Rizal pun memikirkan mimpinya itu. Sepertinya Rizal di alam bawah sadarnya memikirkan hubungan-hubungan masa lalu Ryan. Rizal cuma pernah berhubungan seks dengan dua orang seumur hidupnya. Waktu mereka di Bogor, Ryan berkata bahwa ia sudah pernah bercinta dengan 50 pria. Rizal sebenarnya tidak terlalu percaya. Mungkin Ryan hanya bercanda.

Tapi setelah dipikir-pikir, mungkin saja angka itu benar. Yang pasti Rizal tahu bahwa temannya, Dondi, memang partner seks Ryan, dan bahwa Ryan dulu pernah mempunyai pacar yang cukup serius. Selain itu, Rizal juga teringat saat pertama kalinya ia merasakan blowjob Ryan. Waktu itu, sang pemuda itu menawarkan seks oral dengan santainya, seakan-akan ia sudah terbiasa mengisap penis laki-laki manapun, meskipun baru saja kenal.

Apalagi sekarang untuk pemuda seperti itu, sudah biasa menggunakan app seperti Grindr atau Tinder. Tambah lagi tempat kuliahnya di Amerika Serikat, di mana seks bebas sudah jadi norma, pikir Rizal.

Sang duda itu pun sadar betapa benarnya catatan-catatan Ryan di foto yang ia selipkan di koper Rizal. Sudah sebulan mereka berpacaran, tapi masih banyak yang belum Rizal ketahui tentang sang pemuda Tionghoa itu. Memang, sebulan terakhir Rizal rasa masih masa bulan madu mereka, satu-satunya hal yang dipikirkan kedua sejoli ini adalah seks.

Mungkin habis ia pulang ke Jakarta, mereka bisa berusaha lebih kuat untuk lebih mengenal satu sama lain, pikir Rizal.

* * *

Akhirnya hari Rabu pun tiba dan Rizal kembali ke Jakarta. Tapi di saat itu lah Ryan disibukkan kedatangan orangtuanya. Masih beberapa hari lagi hingga mereka bisa bersatu kembali.

Namun orang pertama yang mengontak Rizal adalah teman baiknya, Dondi.

"Ngebar yuk bro besok pulang kantor," kata Dondi di telepon. "Linda sama anak-anak besok keluar kota. Bosen gue."

"Besok ya?" jawab Rizal. "Gua cek dulu deh, takutnya banyak kerjaan di kantor."

"Ayolah..." bujuk Dondi. "Elo udah sebulan terakhir kaga keliatan bro. Kemana aja sih?"

Rizal pun salah tingkah. Memang sebulan terakhir ia seperti menjauhi Dondi, tapi itu hanya karena berpacaran dengan Ryan. "Iya, sibuk gua. Tapi harusnya besok gua bisa."

"Mantap. Bener ya bro. Ampe besok kalo gitu," kata Dondi senang.

Mereka berdua pun bertemu di salah satu bar langganan Dondi di daerah Senayan. Kali ini tempatnya lebih kasual dibanding langganannya yang lain. Konsepnya lebih ke Irish pub dengan pilihan bir, ruangan remang-remang, dan live music.

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang