Kang Dadang, Fandi, dan Ryan 3

369 23 1
                                    

Besok pagi sudah hari libur. Tapi Fandi sudah bangun pagi-pagi. Mandi. Sikat gigi. Pake pomade. Pake parfum. Kemejanya yang paling rapi, celana hitam, dan sepatu pantofel. Lalu naik motornya ke perumahan elit yang baru ia datangi kemarin sore.

Strateginya apa, Fandi gak tau. Ryan ada di rumah apa nggak, Fandi gak tau. Apakah Ryan bakal suka penampilan Fandi yang kayak gini, Fandi gak tau. Dan ketika nanti berhadapan sama Ryan, Fandi juga gak tau bakal ngomong apa.

Yang Fandi tau cuma perasaannya yang sangat kuat kalo ia harus bertemu Ryan hari ini. Sebelum percikan itu padam.

Hampir 1 jam kemudian, Fandi memarkir motornya di depan rumah Ryan. Mobilnya sepertinya ada di garasi. Ia memberanikan diri mengetuk pintu depan, yang tak berapa lama terbuka.

"Ya?" seorang wanita paruh baya membuka pintu. Sepertinya pembantu rumah tangga.

"Oh, erm, Ko Ryan ada?" tanya Fandi kikuk.

"Ada, tunggu ya," jawab wanita itu dengan logat medok.

Tak berapa lama terdengar suara langkah kaki di balik pintu. Ryan pun keluar. Masih memakai singlet yang kemarin, tapi dengan celana pendek yang jauh lebih sopan. Rambutnya masih jabrig. Sepertinya baru bangun tidur.

Ryan menatap Fandi bingung. Tapi beberapa detik kemudian ia tersadar. "Yang kemaren dateng benerin TV ya?" tanyanya.

"I-iya, betul."

"Siapa namanya?"

"Fandi."

"Oh, iya. Ada apa ni? Ada yang ketinggalan?"

"Erm, ehmm..." Fandi panik dan tidak bisa berkata-kata.

Awalnya Ryan bingung. Tapi lalu ia menutup pintu rumahnya setelah memastikan pembantunya tidak ada di ruangan depan. "Kenapa? Mau ngajak ngedate?"

Muka Fandi merah padam sementara Ryan nyengir.

"Beneran?" kata pemuda Chinese itu setengah berbisik. "Kalo iya, tanya aja kali."

Fandi memberanikan diri dalam hati. "Iya, mau tanya, kalo misalnya mau, kapan nonton bioskop atau apa gitu."

Ryan tertawa kecil. "Sekarang?"

"Oh, saya sih hari ini off."

"Ntar sore gimana? Jam 4 gitu."

"Oh. B-boleh."

"Lo pilih aja mau nonton apa. Tapi naik mobil dong."

Fandi tertegun. Dia gak punya mobil. Tapi Ryan gak nungguin jawaban. Dengan senyum lebar ia langsung masuk lagi ke rumahnya.

Ya. Tanpa disangka, sore ini Fandi kencan dengan Ryan, si pemuda Tionghoa yang baru kemarin TV kabelnya ia betuli.

Masalahnya cuma mobil. Berarti harus booking Grabcar? Blue Bird?

Apa pinjem Kang Dadang? Pria itu memang punya sebuah Daihatsu Xenia lama. Fandi gak pernah pinjem, tapi udah seringkali Kang Dadang

Fandi langsung menelpon rekannya itu setelah ia keluar dari kompleks perumahan Ryan.

"Kang? Mobil nanti sore dipake?"

"Lah, si Fandi. Henteu. Kumaha?"

"Boleh pinjem?"

"Oh. Boleh aja. Buat naon?"

"Buat ngedate Kang."

Kang Dadang tertawa puas. "Ngedate sama saha? Jangan bilang cowok yang kemaren."

"I-iya Kang..."

"Ya udah, sok atuh. Tapi ada satu aturannya ya. Jangan ngapa-ngapain dalem mobil. Ni mobil keluarga."

"Iya janji Kang..."

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang