Rizal Sang Duda Cerai 3

1.9K 67 0
                                    

Kejadian hari Sabtu malam terus terngiang-ngiang di pikiran Rizal.

Sensasi penis Rizal dilingkupi mulut Ryan yang hangat dan basah masih diingat. Mungkin karena Rizal sudah cukup lama tidak berhubungan intim dengan Dini, bahkan sebelum mereka bercerai. Tapi kemampuan Ryan juga tidak bisa dipungkiri. Anak itu memang sangat jago memberikan seks oral. Sepertinya sangat berpengalaman, pikir Rizal. Berkali-kali ia masturbasi sambil membayangkan blowjob Ryan.

Tapi perasaan Rizal campur aduk. Ia belum pernah tertarik pada laki-laki lain secara seksual. Apalagi Ryan juga sepertinya ada hubungan dengan Dondi, sahabatnya. Yang paling penting, jangan sampai ada orang lain yang tahu bahwa Rizal dan Ryan pernah berbuat hal maksiat itu. Memang ia baru saja bercerai, dan belum punya pacar lagi, tapi Rizal tetaplah seorang laki-laki normal.

Meski begitu, tetap saja Rizal tidak bisa berhenti memikirkan Ryan. Yang ia sesali, ia tidak punya kontak Ryan sama sekali. Nomor HP tidak punya, mau mencari di media sosial juga tidak bisa, karena ia tidak tahu nama lengkap Ryan. Mau minta kepada Dondi, pasti akan dianggap aneh. Dondi pun sepertinya tidak berteman dengan Ryan di media sosial, minimal di Instagram Dondi tidak ada yang bernama Ryan.

Tapi memang cara kerja alam semesta itu misterius. Suatu hari Rizal baru saja menjemput putrinya, Dilla, dari sekolah, dan mereka pergi ke sebuah mal untuk makan siang. Setelah makan, mereka mampir sebentar di lantai dasar untuk melihat pameran sepatu olahraga diskon.

Rizal sedang memperiksa sebuah sepatu lari merek Nike ketika ia mendengar Dilla mengobrol dengan seseorang. Ia menengok dan langsung sport jantung. Meskipun baru bertemu sekali, ia langsung mengenali sosok pemuda Tionghoa yang tampan itu, yang sedang berjongkok mengobrol dengan putrinya.

Rizal pun bergegas menghampiri Dilla dan Ryan, dan ia mendengar Ryan berkata, "Aku temen papa kamu."

"Dil," panggil Rizal. "Coba diambil dulu sepatu yang kamu mau."

"Beneran Pa?" tanya Dilla senang.

Rizal mengangguk, dan putrinya langsung pergi mengambil sepatu yang dia idamkan. Ryan berdiri sambil tersenyum, namun senyumnya pelan-pelan menghilang setelah melihat raut wajah Rizal.

"Kamu jangan ngajak anak saya ngomong dong," kata Rizal agak kasar. "Kan kita udah deal kemaren, jangan bilang siapa-siapa."

"Oh, iya Om, aku inget, tapi aku kan ga bilang apa-apa," jawab Ryan.

"Tetep aja, kan aneh kalo ada yang liat kamu kenal sama saya," balas Rizal. "Udah lah, intinya kalo ketemu begini, kita pura-pura ga kenal aja."

Rizal pun langsung berbalik meninggalkan Ryan dan menghampiri Dilla yang sedang memegang kotak sepatu. Lalu ia melirik ke belakang dan melihat Ryan pergi menjauhi pameran sepatu itu.

"Tadi temen Papa?" tanya Dilla.

"Bukan Dil. Salah orang kayanya. Papa ga kenal sama dia."

"Oh gitu."

Setelah itu Dilla pun sibuk dengan sepatu barunya. Tak lama setelahnya, Rizal pun mengantar anaknya pulang ke mantan istrinya. Setelah berbasa-basi sebentar bersama Dini, Rizal pun bergegas pulang ke apartemen sewaannya.

Sesampainya di sana, ia menghela nafas. Rasanya tadi terlalu kasar dengan Ryan. Sebenarnya memang Ryan tidak bersalah. Hanya Rizal tadi merasa panik melihat Ryan mengobrol dengan Dilla, seakan-akan rahasianya akan terkuak.

Sekarang Rizal merasa tidak enak. Harusnya Ryan tidak diperlakukan seperti itu. Tapi perasaan itu juga tercampur aduk dengan sensasi bertemu Ryan lagi. Memang anak itu ganteng, selalu rapi dan modis, dan wangi parfum mahal. Kalau saja Rizal tidak kenal Ryan, mungkin bisa dikira fotomodel. Bisa-bisanya seseorang seperti Ryan bisa menyukai seorang duda hampir paruh baya seperti Rizal, sampai-sampai seks oral.

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang