Pak Narso dan Ryan: Jadi James Bond

914 29 0
                                    

Setelah pikirannya berkecamuk beberapa hari, Narso pun memutuskan untuk bercerita kepada Barkah. Sore itu, setelah guru-guru lain sudah pulang, Narso mampir di lab komputer untuk menemui Barkah.

Sang guru komputer itu pun mendengarkan cerita Narso dengan seksama. Mulai dari Ryan dan Joko yang menghilang berdua, ke pertanyaan-pertanyaan Taufik supir Ryan, hingga gelagat aneh Joko yang seperti tidak terus terang soal Ryan.

Barkah berpikir sambil mengusap-usap dagunya. "Jadi menurut Pak Narso apa ini? Apa yang terjadi?"

"Nah, yang saya takutkan itu, justru Joko dan Ryan yang ada apa-apa," kata Narso. "Saya nggak ada bukti apa-apa. Tapi buat saya yang penting Ryan aman."

"Ya, ya..." kata Barkah. "Sejujurnya, buat saya, Pak Joko itu kan pria beristri. Pria normal lah istilahnya. Mosok sih dia 'main' begitu sama cowok?"

"Ya betul... Saya juga berpikir begitu..." kata Narso. "Saya ngerasa ada yang janggal aja. Jadi minimal kalau ada bukti kan nggak usah curiga lagi, gitu."

"Iya, itu betul juga sih pak," kata Barkah. "Gini deh. Saya bisa bantuin Pak Narso untuk cari bukti secara komputer. Tapi saya bantunya segitu aja. Sisanya saya pura-pura nggak tau. Nggak enak juga sama Pak Joko."

"Iya, gapapa Pak."

"Yang Pak Narso bilang itu benar. Harus pastiin Ryan itu aman, setelah kejadian itu. Jangan sampai kenapa-kenapa."

Barkah pun mulai membuat rencana untuk mengakses HP Joko, terutama Whatsappnya, karena kalau memang benar ada sesuatu, kemungkinan bisa mencari bukti di Whatsapp. Barkah memberitahu Narso kalau aplikasi Whatsapp itu bisa dibuka di komputer. Tetapi harus menggunakan kode lewat HP Joko untuk dinyalakan.

"Jadi nanti saya nyalakan Whatsappnya di salah satu komputer di lab ini Pak," kata Barkah. "Pertanyaannya, gimana caranya ngambil HP Pak Joko tanpa pengetahuan dia Pak. Dan selain itu, Whatsappnya cuma bisa diakses selama HP Pak Joko ada di gedung sekolah ini. Kalau nggak, ya nggak bisa."

"Serasa James Bond saya," kata Narso. Barkah pun tertawa.

Narso pun mendapatkan ide. Sepertinya waktu yang tepat adalah di saat sholat Jumat. Biasanya guru-guru yang beragama Muslim meninggalkan HPnya di meja masing-masing selagi sholat. Joko pun juga. Itulah saat yang tepat bagi Narso untuk "meminjam" HP Joko. Konsekuensinya hanyalah Narso dan Barkah terlambat sedikit untuk sholat.

Hari Jumat pun tiba, dan sekitar pukul 11an Narso diam-diam keluar untuk merokok. Sekitar pukul 11:25 Barkah mengirimkan pesan lewat Whatsapp. Katanya para guru sudah mulai keluar untuk sholat.

Narso pun kembali masuk ke gedung dan berjalan ke arah ruang guru, namun dengan sengaja ia melewati koridor-koridor yang tidak sejalan dengan musholla. Akhirnya ia sampai tepat ketika beberapa guru non-Muslim telah keluar untuk makan di kantin.

Narso menghampiri meja Joko. Di atas meja kosong melompong. Narso mencoba membuka laci. Ternyata dikunci.

Bajingan... umpat Narso dalam hati.

Tapi Narso melihat ada tas kerja Joko di kolong meja. Ia pun mengambilnya dan membuka kantong paling depan.

Dan yak! Ada satu ring kunci milik Joko.

Narso pun mencari kunci laci, dan setelah beberapa kali mencoba, akhirnya ia berhasil membuka. Dan benar saja, HP Joko ada di dalam laci.

Narso langsung mengambil HP tersebut dan memasukannya ke dalam kantong sambil buru-buru keluar ruang guru dan ke arah lab komputer. Di dalam sana, Barkah sudah menunggu di sebuah komputer.

"Yes!!!" seru Barkah ketika melihat Narso menggenggam sebuah HP.

Barkah menggunakan HP Joko untuk mengunggah kode QR untuk Whatsapp di komputer, dan beberapa detik kemudian, Whatsappnya tersambung. Semua pesan-pesan Whatsapp Joko terpampang jelas di monitor.

"Ada USB Pak Nar?" tanya Barkah.

"Ada," kata Narso sambil mengambil USB dari kantong celananya.

"Saya ke musholla dulu Pak kalo gitu," ujar Barkah setelah menancapkan USB di CPU komputer. "Nanti kalo sudah komputernya dimatikan aja."

"Baik, makasih ya Pak Bar," jawab Narso.

Barkah menepuk pundak Narso sebelum bergegas keluar lab komputer. Narso langsung melihat-lihat pesan Joko. Ada dari istrinya, anaknya, saudaranya... Sampai akhirnya ia menemukan sebuah chat dari kontak bernama R.W.

Inisial Ryan.

Narso pun buru-buru membuka chatnya, namun bukannya dibaca, ia langsung memilih untuk menyimpan arsip chat tersebut di komputer. Setelah tersimpan, ia langsung mengopi file itu ke dalam USBnya, sebelum buru-buru mematikan komputer dan balik ke ruang guru.

Hanya semenit setelah ia berhasil mengunci laci Pak Joko, beberapa orang guru telah balik ke ruangan.

Narso pun bernafas lega.

Sukses bro, tulisnya kepada Barkah lewat Whatsapp.

Juara!!! balas Barkah.

Tak lama Joko kembali juga ke ruang guru. Narso menghela nafas, takut ketahuan untuk alasan apapun, tapi Joko sepertinya tidak menyadari ada apapun yang aneh.

Narso kembali melanjutkan menilai ujian-ujian para muridnya, namun beberapa lama sekali, ia memikirkan isi USB yang ada di kantong celananya.

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang