Nginep di Kontrakan 14

214 22 0
                                    

All characters in this story are 18+ and intended for mature readers.

"Jangan tanya gua," jawab Taufik kepada Darno sambil menatap Ryan dengan pandangan bertanya.

Ryan mendekat ke muka Taufik. "Aku mau kasih pegang. Tapi cuma pegang aja Mas... Boleh ya?"

"Terserah kamu. Mas cuma pengen kamu puas."

"Pokoknya, kalo ngelakuin, cuma sama Mas aja kok," kata Ryan merayu.

"Ya udah."

Ryan mengecup bibir Taufik sebelum berbalik badan. Ketiga teman Taufik menatap tubuh telanjangnya dengan nanar sambil Ryan menghampiri mereka.

Ryan lalu duduk bersila di tengah-tengah Darno, Iwan, dan Hidayat. Ketiga pria pribumi itu, meski masih berpakaian lengkap, terlihat sudah mulai ganas dan bernafsu. Ryan terlihat seperti seekor binatang lemah dikelilingi tiga singa jantan, siap dimangsa.

"Mas Darno," kata sang calon anak kuliahan Chindo itu. "Boleh gak aku dipangku Mas?"

"Anjing..." kata Darno pelan. "Sini, Koko Ryan, saya pangku..."

Ryan pun duduk di pangkuan Darno. Ketiga teman Darno bahkan tidak bisa berkata-kata, hanya melihat dengan tatapan pedas.

Lalu Ryan pun bersandar di pundak sang pekerja bengkel itu sambil menghela nafas puas. Ia bisa merasakan tonjolan keras di selangkangan Darno, tepat di bawah pantatnya. Sementara itu Darno seakan-akan mematung di tempat, menatap tubuh telanjang Ryan yang bersandar di badannya dengan tidak percaya.

"Katanya mau pegang?" bisik Ryan sambil menatap wajah Darno yang terlihat sangat bernafsu.

"Boleh saya pegang?" kata Darno serak.

"Kalo ga boleh ngapain aku kayak gini?" jawab Ryan sambil tertawa.

Tangan Darno yang berwarna gelap kontras dengan kulit putih bersih Ryan pun mulai bergerilya. Ia meraba dada Ryan, lalu turun melewati puting dan perut, hingga sampai di selangkangan Ryan. Ia memegang kontol Ryan yang sudah tegang juga.

"Boleh kasih liat pantatnya gak?" tanya Darno canggung.

Bukannya menjawab, Ryan malah tertawa sebelum mengambil posisi bersila tepat di depan Darno, di antara kedua kaki pria itu. Pantatnya yang putih montok pun terpampang jelas bagi mata Darno yang jelalatan.

Langsung saja Darno meremas bongkahan pantat Ryan dengan kedua tangannya.

"Montok banget, astagfirullah..." bisiknya nafsu. "Udah montok putih banget..."

Sementara itu Ryan merintih-rintih pelan dengan mata merem melek. Memang beda rasanya dipegang oleh seorang laki-laki baru...

"Ga gantian nih?" tanya Iwan sambil melirik ke arah Taufik, yang cuma mengangkat bahu.

Ryan tertawa. "Ya udah. Jadi sekarang sama Mas Iwan nih?"

"Ayo sini Koko Ryan..." kata Iwan dengan penuh nafsu.

Ryan pun melepas dirinya dari pelukan Darno dan merangkak ke arah Iwan. Sang kurir itu langsung meraih badan Ryan dan memeluknya dari belakang sambil menggrepe setiap inci badan telanjang Ryan.

Ryan pun merintih-rintih ketika Iwan mulai mencium leher dan pundaknya sambil menggerak-gerakkan badannya. Si pemuda Chindo itu bisa merasakan tonjolan keras juga di selangkangan Iwan. Tiba-tiba Iwan berhenti, dan Ryan merasakan celana Iwan tiba-tiba menjadi basah.

"Wey, ngecrot si anjing," kata Darno.

Ryan ikut tertawa. Lalu ia menengok ke arah Taufik yang menatapnya dengan prihatin, dan mengangguk. Meyakinkan pacarnya kalau ia masih baik-baik saja.

Taufik balas mengangguk, lalu Ryan merangkak ke arah Hidayat. Wajah sang satpam benar-benar sudah terlihat ganas. Badannya basah berkeringat. Baru saja Ryan tiba di depan Hidayat, tiba-tiba Hidayat langsung mencium bibir Ryan. Langsung saja lidahnya meminta masuk ke dalam mulut Ryan untuk mencari lidah anak Tionghoa itu.

"Woy woy woy, emang boleh?" seru Darno protes.

Tetapi Ryan membalas ciuman Hidayat dengan sama nafsunya sambil ia merasa tangan sang satpam yang besar meremas kedua belahan bokongnya. Bahkan ia bisa merasakan jari Hidayat lewat di dekat lubang pantatnya.

Tiba-tiba terdengar suara Taufik. "Udah, udah, cukup..."

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang