Nginep di Kontrakan 12

208 22 0
                                    

All characters in this story are 18+ and intended for mature readers.

Hujan masih deras di sekeliling mobil ketika Taufik menembakkan cairan spermanya di dalam mulut Ryan.

"Makin dikit nih pejuhnya," kata Ryan.

"Ya begimana, kamu udah giniin Mas berapa kali dari tadi malem?"

"Masih nagih tapi," kata Ryan usil. "Rasa khas pejuh Mas masih ada."

"Kamu ini..." kata Taufik tersenyum sambil mengusap kepala Ryan yang masih jongkok.

"I love you Mas..." bisik Ryan sambil menatap Taufik.

"I love you too..." balas Taufik. "Dah yuk, sebelum ketauan."

* * *

Ryan dan Taufik mampir di Pizza Hut untuk makan malam bersama teman-teman Taufik nanti. Mereka tiba di rumah sekitar jam 6.

Baru ada Hidayat dan Darno, yang sedang menonton ulangan pertandingan bola di TV. Tak lama kemudian, Iwan pun tiba. Mereka berlima duduk melingkar di lantai depan TV sambil makan pizza yang dibeli Ryan. Hidayat dan Darno keduanya memaksa Ryan untuk duduk di atas kasur tempat mereka tidur, yang disusun di sebelah dinding, jadilah ia dan Taufik duduk di sana.

"Sebentar lagi Koko Ryan udah harus siap-siap terbang dong?" tanya Darno.

"Iya Mas Darno," jawab Ryan. "Udah mulai beresin beberapa barang sih."

"Itu naik pesawatnya lama banget yak?" tanya Hidayat.

"Lumayan Mas Dayat. Ada 20an jam kira-kira," kata Ryan.

"Apa nama kotanya?" tanya Iwan.

"Los Enjels," jawab Taufik. "Lo pada kepo bener."

Ryan tergelak. "Gapapa Mas. Tanya aja."

"Tiketnya mahal banget juga yak?" kata Iwan. "Saya denger bos saya dulu bisa puluhan juta."

"Ya segituan lah, Mas," kata Ryan. Ketiga lelaki itu pun bersiul kagum.

"Gaji saya berapa bulan itu," kata Darno sambil tertawa.

"Koko Ryan jangan lupain kita-kita ya kalo nanti udah sukses," kata Hidayat. "Siapa tau nanti nyari satpam."

"Iya Mas Dayat, ga mungkin lupa deh," kata Ryan sambil tertawa.

* * *

Setelah selesai makan, mereka lanjut ngalor ngidul sambil menonton pertandingan. Lalu Ryan tiba-tiba teringat kalau botol miras masih ada di kamar Taufik.

"Apa ini, Ko?" tanya Iwan ketika Ryan kembali dengan kedua botol di tangannya.

"Ya itu miras lah, pe'a," kata Darno.

"Ya maksudnya miras ape?" kata Iwan sambil mendorong Darno.

"Yang ini whiskey," kata Ryan. "Kalo yang ini tequila. Minuman khas Meksiko."

"Wiski mah saya udah, tapi yang satu lagi itu belum," kata Hidayat.

"Ayok dicoba," kata Ryan sambil menuang tequila. "Harusnya pake lemon tapi tadi lupa beli."

Darno yang pertama meminum slokinya. "Wuih. Keras juga nih. Enak rasanya."

Yang lain-lain pun ikut minum sloki masing-masing. Ternyata semuanya suka tequila, dan juga whiskey yang menurut mereka jauh lebih berkualitas dari yang mereka pernah minum.

Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 10 malam. Tequila sudah habis, dan botol whiskey tinggal sisa 1/4. Mereka sudah terlihat lumayan mabuk. Terutama Ryan yang selalu paling mudah tipsy kalau minum tequila.

"Wah, dah lumayan naik nih," kata Hidayat.

"Gua minumnya paling dikit," kata Taufik sambil tertawa. "Dari tadi Ko Ryan ngambil minuman gua."

"Boleh dong, kan aku yang bawa," kata Ryan sambil terkekeh.

"Maap nih mau tanya," kata Darno yang terlihat agak teler. "Koko Ryan kalo nanti pindah ke Amrik, bakal kangenin apa nih di Indo?"

"Gua mah bakal kangen nasi goreng tek tek," kata Hidayat.

"Ya itu kan elu, siapa yang nanya elu?" jawab Darno.

"Kangenin keluarga lah di mana-mana juga," kata Iwan.

Ryan tertawa. "Kayaknya sih aku bakal paling kangen sama Mas Taufik..." katanya pelan sambil menatap muka Taufik.

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang