Om Rizal x Ko Alung 17: Henshin

364 11 2
                                    

Beberapa hari setelah itu sebuah pesan WhatsApp dari Rizal masuk ke HP Ryan. Mengajak keluar hari Jumat malam. Dengan pakaian rapi.

Ryan penasaran mereka mau kemana. Tapi kata Rizal, mau jadi kejutan.

Jam 6 sore hari Jumat Ryan keluar dari rumah dengan pakaian rapi dan modis, seperti yang ia pakai kalau mau clubbing dengan teman-teman. Hatinya berdebar-debar, seakan-akan lagi mau kencan pertama dengan pria baru.

Mobil Suzuki APV Rizal sudah menunggu di depan, dan di dalamnya, sang pemilik mobil terlihat rapi juga dengan jas dan jins warna hitam. Untuk Ryan, di saat itu Rizal terlihat seperti a new man.

Mereka pun melaju ke tengah kota Jakarta sambil mengobrol santai ngalor ngidul. Akhirnya mobil pun masuk ke pekarangan hotel Westin di Kuningan. Ryan terkejut. Belum pernah sama sekali ia dan Rizal pergi ke tempat seperti (dan semahal) ini.

Rizal melihat ekspresi Ryan dan langsung panik.

"Mas bawa kamu ke hotel bukan maksudnya mau check-in lho ya," katanya buru-buru. "Cuma mau bawa kamu makan dan minum di tempat yang mungkin kamu suka."

"Oh, aku ga mikir ampe sejauh itu sih Mas," kata Ryan sambil tertawa kecil. "Cuma kaget aja, kita gak pernah ke tempat kayak begini kan."

Setelah parkir, mereka naik ke atas dan ternyata Rizal sudah ada reservasi atas namanya. Mereka mendapat meja untuk 4 orang di samping jendela. Restoran sudah cukup ramai, namun tidak ada orang yang Ryan kenal, dan meja mereka cukup punya privasi untuk ngobrol.

"Kamu pesen apapun yang kamu mau ya," kata Rizal sambil membaca menu.

"Mahal lho Mas makan di sini," kata Ryan pelan.

"Gak apa-apa. Biarlah Mas sekali ini bawa kamu ke tempat seperti ini," jawab Rizal sambil senyum.

Mereka pun makan sambil mengobrol santai. Setelahnya, mereka memesan alkohol - martini untuk Ryan dan bir untuk Rizal - dan obrolan pun pelan-pelan menjadi diam.

"Mungkin kita bisa lanjut obrolan kita kemarin ya, Ry," ujar Rizal pelan.

"Iya Mas," kata Ryan pasrah.

"Mas pokoknya terus terang aja ya sama kamu. Setelah dipikir, Mas ngerasa kamu berhak pacaran seperti yang kamu mau. Tapi Mas ngerasa, mungkin Mas belum siap untuk bisa blak-blakan, buka-bukaan pacaran sama kamu... Sejujurnya, Mas ngerasa memang Mas dan kamu ada di fase hidup yang berbeda aja ya. Mas sebagai seorang ayah usia 40an, ujung-ujungnya pasti harus prioritas Dilla. Apapun hubungan romantis saya, harus 'serius' gitu ya. Sementara kamu masih anak muda, baru umur 19, masih kuliah..."

"Hmm..."

"Gimana menurut kamu?"

"Betul sih Mas. Aku kira-kira mikirin hal yang sama," jawab Ryan sambil menengadah menatap Rizal.

Di saat itu mereka berdua mengerti, kalau jalan pikir mereka sama. Rizal tersenyum sedih.

"Yah, masih ada waktu sedikit sebelum aku balik ke Amrik," kata Ryan. "Itung-itung perpisahan."

"Iya, Ry," kata Rizal pendek. "Yuk, kita keluar liat pemandangan?"

Kedua sejoli ini terdiam sambil menonton pemandangan malam gedung kelap kelip Jakarta.

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang