Om Rizal x Ko Alung 7: Tak Tahan

669 43 0
                                    

"Buka baju loe."

Ryan terperanjat, dan insting pertamanya adalah untuk mematuhi perintah Ko Alung. Lalu ia teringat wajah Rizal.

"Sori Ko. Aku gak bisa..." jawab Ryan pelan, sambil berbalik dan berjalan ke pintu.

Ia menyangka Ko Alung akan mencoba membujuknya, tapi ternyata tidak. Pria itu hanya mengamatinya pergi keluar ruko.

Setelah masuk mobil, Ryan memejamkan mata sambil menghela nafas. Lalu terdengar HPnya bunyi. WhatsApp dari Ko Alung.

Gua tau loe nanti juga balik.

Ryan menghela nafas sekali lagi sebelum menyalakan mesin mobil.

Perasaan Ryan berkecamuk. Sejujurnya, sejak pertama kali bertemu, ia sangat penasaran, ingin merasakan entotan Ko Alung. Biasanya kalau berkenalan sama seseorang, tanpa menunggu terlalu lama Ryan pasti sudah dientot. Ko Alung adalah pengecualian. Sudah beberapa bulan, mereka hanya melakukan seks oral. Rasanya sudah seperti awal masa pacaran dengan Taufik, ketika Ryan masih perjaka.

Namun di sisi lain, ia dan Rizal baru saja jadian. Masa baru beberapa hari saja sudah selingkuh? Ryan teringat saat berpacaran dengan Taufik saat kelas 3 SMA dan berselingkuh dengan gurunya, Pak Joko. Memang ada kenikmatan tersendiri, tapi Ryan tahu di saat itu ia menyakiti perasaan Taufik.

Kali ini, Ryan sebenarnya belum tahu seberapa cintanya dirinya terhadap Rizal. Tapi yang pasti ia tahu, ia tak mau menyakiti hati Rizal seperti ia menyakiti Taufik.

* * *

Pagi-pagi ketika Ryan bangun, sudah ada pesan WhatsApp dari Rizal.

Rizal: Good morning my sunshine...

Ryan: Good morning boyfriend :*

Rizal: Lagi mau berangkat kerja nih

Ryan: Aku masih di kasurrr

Rizal: Nikmatnya...

Ryan: Ketemu dong mas hari ini...

Rizal: Mau banget sayang... Tapi Dilla malam ini sama mas. Mamanya ada acara.

Ryan: Ohhh gituuu...

Rizal: Besok mau nginep di tempat Mas?

Ryan: Oke. Besok ya mas

Rizal: Iyaa sayang

Ryan menghela nafas. Ia merasa sangat horny. Memang baru saja ia kembali dari camping bersama Rizal. Tapi di awal pacaran seperti ini, Ryan bisa dibilang butuh seks setiap hari. Dan kalau ia tidak berhati-hati, ia bisa tergoda untuk mencari seks dengan pria yang bukan pacarnya. Seperti Ko Alung. Atau Om Dondi. Atau seseorang dari Grindr.

Untuk mengalihkan perhatiannya, Ryan pun mencari sahabatnya, Luke, yang untungnya hari ini juga tidak ada kerjaan. Jadilah mereka pergi nonton ke bioskop, dilanjut ngafe dan akhirnya makan malam sambil berputar-putar mall tanpa arah. Sekitar pukul 9 malam mereka memutuskan pulang, tapi setelah masuk mobil, Ryan tergoda untuk pergi ke apartemen Rizal.

Pukul setengah 11 Ryan pun tiba di apartemen Rizal. Ia membuka HPnya.

Ryan: Mas?

Rizal: Heyy sayang. Sori Mas seharian blm sempet WA kamu

Ryan: Gpp mas... Udah pulang nih?

Rizal: Udah sayang... Mau telfonan? Barusan Dilla udah tidur... Mas bentar mau mandi

Ryan: Ehm... Aku di apartemen Mas sekarang...

Rizal: Lah? Dimananya?

Ryan: Aku parkir di bawah

Rizal: Oke Mas ke sana

Beberapa menit kemudian Ryan melihat sosok gempal Rizal berjalan ke arahnya, masih memakai pakaian kantor, tersenyum lebar sambil geleng-geleng kepala. Sebelum Ryan bisa spontan menciumnya, Rizal langsung memberikan tangannya untuk bersalaman.

"Takut diliat satpam," ujar Rizal. "Bisa aja kamu ke sini malem-malem..."

"Kangen banget Mas..." kata Ryan pelan.

"Mas juga kangen... Ayok..." ajak Rizal.

Mereka pun masuk ke lobby apartemen dan masuk lift. Tapi bukannya naik ke lantai apartemen Rizal, sang duda cerai itu malah memencet lantai 3.

"Mas belum berani bawa kamu ke atas kalo ada Dilla," kata Rizal. "Tapi jam segini daerah kolam renang udah kosong melompong."

"Oohh, oke Mas..." kata Ryan merasa agak tidak enak. "Sori ya Mas aku spontan ke sini ga ngabar-ngabarin..."

"Gapapa, Mas seneng ketemu kamu... Cuma Mas ga bisa lama-lama juga ngobrolnya, takut dicariin Dilla..."

Betul kata Rizal, daerah kolam renang sudah kosong dan cukup gelap. Rizal mengajak Ryan ke sebuah balkon di ujung, di mana mereka bisa melihat jalanan depan apartemen. Sang pria paruh baya itu mengambil sebatang rokok dari kantongnya dan mulai menyalakannya.

"Kamu mau?" tanya Rizal. "Mas jarang ngerokok sih. Cuma tadi di kantor kebetulan beli."

"Nanti aja deh Mas," jawab Ryan. Melihat Rizal merokok mengingatkan Ryan akan Alung. "Mas, aku-"

"Hmm?" tanya Rizal.

Tanpa aba-aba Ryan langsung berlutut di depan Rizal dan mulai membuka sabuk dan kancing celana pacarnya itu.

"Hei, hei, hei..." bisik Rizal panik sambil menahan tangan Ryan. "Kamu udah gila?"

Ryan menengadah dan menatap Rizal dengan pandangan putus asa di wajahnya yang tampan. "Please Mas... Aku butuh banget untuk ngelayanin Mas Ijal..."

Rizal pun luluh. Ia membiarkan Ryan membuka celananya, hingga penisnya yang sudah ereksi muncul. Sang duda ini pun hanya bisa mendesah ketika ia merasakan Ryan mencium kepala kontolnya... Menjilat batangnya... Dan akhirnya mengisap penisnya dengan mahir... Hidung mancung Ryan pun bersarang di bulu jembut Rizal yang lebat. Rizal sempat khawatir, karena seharian setelah pulang kerja ia belum mandi, jadi mungkin bau keringatnya cukup kuat, tapi Ryan sendiri tidak berkomentar apa-apa.

Ryan itu bisa dibilang seseorang yang sudah sangat jago dalam melakukan blowjob, tapi Rizal pun merasa hari ini blowjobnya ekstra nikmat. Seakan-akan Ryan sangat antusias ingin melayani nafsu pacarnya... Terutama ketika Ryan tiba-tiba berhenti mengisap batang Rizal, dan melumat kedua buah peler Rizal... Membuat Rizal menutup mata keenakan...

"Mas sebentar lagi keluar..." ujar Rizal pelan sambil mengamati sang pacar menjilati skrotumnya.

"Keluar di mulutku Mas..." balas Ryan.

Rizal pun menuruti keinginan Ryan, dan menembakkan cairan pejuhnya berkali-kali hingga membanjiri rongga mulut Ryan. Pacarnya itu pun langsung refleks menelan semua cairan sperma Rizal.

"Wow..." kata Rizal kehabisan kata-kata.

Ryan tertawa kecil sambil berdiri, lalu mencium pipi Rizal. "Makasih, Mas..."

"Aku yang makasih, dong..." kata Rizal sambil melirik jam tangan. "Mas udah harus naik..."

"Iya, gapapa Mas..." kata Ryan.

"Besok nginep ya? Janji..."

"Janji," kata Ryan sambil tersenyum lebar.

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang