Rizal Sang Duda Cerai 5

1.7K 64 1
                                    

Setelah mengantar Dondi ke stasiun kereta api, Rizal dan Ryan pun memutuskan untuk mengeksplor Bandung. Mereka pergi ke salah satu factory outlet, di mana Ryan berbelanja pakaian, sebelum makan siang di sebuah restoran/kafe kekinian (di mana Rizal bersikeras mentraktir Ryan). Selanjutnya, mereka pergi minum kopi di sebuah kafe baru yang banyak digandrungi para Instagrammer.

Rizal tak bisa menahan diri, rasanya ia dan Ryan sedang pergi kencan pertama. Dan Ryan membawanya ke tempat-tempat yang populer di kalangan anak muda. Pengalaman yang seru untuk Rizal. Rasanya seperti ikut menjadi muda lagi, bukan duda cerai di usia 40 tahunan.

Sambil minum kopi susu, Rizal dan Ryan pun mengobrol, dan lambat laun obrolan mereka menjadi serius.

"Pesan Om Rizal sih, pokoknya kamu nikmatin masa muda kamu," kata Rizal. "Tapi, ya, kamu juga perlu take care diri kamu."

Ryan mengangguk penuh perhatian.

"Kamu udah pernah punya pacar?" tanya Rizal.

"Pernah Om," jawab Ryan. "Kira-kira di jaman aku mau lulus SMA."

"Temen sekolah ya?"

"Bukan Om. Lebih tua. Gak lama-lama banget sih. Tapi akunya baper. Biasa, cinta pertama."

"Pasti lah," kata Rizal. "Kenapa putus?"

"Pas aku ke luar negeri buat kuliah, terus sebenernya dia juga aslinya cowok straight Om. Ga ada masa depan juga."

"Di sana kamu belum ada pacar?"

"Belum nih," kata Ryan tertawa. "Main-main dulu kayanya masih gapapa. Sama lah kayak aku sama Om Dondi. Fling aja buat fun."

"Iya betul," kata Rizal. "Icip icip ya."

"Iya," kata Ryan terbahak. "Kalo Om gimana? Mau cari pacar?"

"Om sih pelan-pelan lah," jawab Rizal. "Kayaknya jangan buru-buru juga. Pelan-pelan adaptasi lagi jadi bujangan."

Ryan mengangguk sambil meneguk kopinya.

"Om sih ga nyangka sebenernya umur segini bakal single lagi," lanjut Rizal. "Tapi ya mau gimana. Ga ada yang tau juga kan. Waktu dulu married juga mikirnya bakal ampe mati. Inilah hidup."

"Bener Om," kata Ryan. "Aku sejujurnya juga pengen lah nantinya bisa ketemu temen hidup ya. Aku sih ngerti mau sama Om Dondi, atau sama siapa, ya emang ga permanen."

"Betul itu..."

"Sejak sama mantanku itu aku belum pernah pacaran lagi sih. Kangen juga rasanya punya pacar. Tapi aku mungkin juga masih umur segini, rasanya belum mau settle down."

"Apalagi yang ganteng kayak kamu, pasti banyak yang mau," kata Rizal jahil.

"Bisa aja Om," kata Ryan sambil tertawa.

Rizal meneguk kopinya sampai habis. "Mau balik villa?"

"Boleh Om. Pengen berenang lagi rasanya."

"Iya. Hari ini agak panas ya."

Rizal dan Ryan pun meluncur naik mobil Dondi kembali ke villa. Sesampainya di sana, Ryan pun langsung ganti baju, memakai celana renang thongnya lagi, untuk masuk ke dalam kolam.

"Si Dondi pasti suka ya sama celana kamu ini," kata Rizal sambil terkekeh.

"Suka lah Om. Orang Om Dondi yang beliin aku."

"Emang sahabat gue itu mesum."

Ryan tertawa. "Dari dulu udah kayak gitu Om?"

"Dondi itu kan bisa dibilang yang paling ganteng di angkatan Om," kata Rizal sambil menyebur ke kolam. "Jadilah dari dulu udah jadi playboy. Dapet pacar sana sini paling gampang dia."

"Ngerti banget," kata Ryan sambil berkecipak-kecipuk. "Udah gitu orangnya charming Om."

"Emang. Tapi emang dia temen yang baik. Paling setiakawan."

"Kalo Om Rizal dulu gimana? Pacarnya banyak juga ga?"

Rizal tertawa. "Gue mah dikit. Banyakan belajar kayaknya. Atau tiap kali ada yang suka keburu direbut Dondi."

"Masa sih?" tanya Ryan bercanda. "Om Rizal juga ganteng and charming kok."

"Wah, makasih," kata Rizal. "Sama lah kamu juga."

Lalu Rizal memercikkan air ke muka Ryan. Ryan pun membalas, dan mereka pun main air di kolam sambil tertawa-tawa. Ryan iseng memeloroti celana Rizal hingga celana dalamnya kelihatan, dan Rizal langsung membalas dengan mengangkat dan memiting Ryan. Sepanjang mereka di kolam renang, penis Rizal terus tegang, dan ketika mereka bergulat, sudah pasti Ryan sadar. Mungkin ia pura-pura tidak tahu.

Tiba-tiba langit mulai mendung. Memang sepertinya tadi hawa panas karena mau hujan. Ryan dan Rizal pun keluar dari kolam.

"Enak buat tidur nih cuacanya," kata Ryan.

"Bener juga. Mandi air panas terus tidur siang."

"Setuju Om," jawab Ryan.

Mereka pun masuk ke kamar masing-masing untuk mandi dan tidur.

Tapi Rizal tidak bisa tidur. Ia tidak bisa berhenti memikirkan Ryan. Memikirkan pertemuan mereka yang pertama kali, dan perbuatan maksiat Ryan. Memikirkan kejadian siang ini, mencurahkan isi hati di kafe. Dan memikirkan saat mereka bermain-main di kolam renang.

Rizal sudah tidak tahan lagi. Ia menginginkan Ryan. Ia ingin menjadi pengganti Dondi bagi Ryan, meskipun cuma untuk hari ini saja. Ia ingin merasakan semua yang Dondi rasakan ketika ia sedang bersama dengan Ryan.

Waktu menunjukkan pukul lima sore. Waktu Rizal berduaan dengan Ryan sebentar lagi habis. Inilah saatnya. Kalau tidak sekarang, mungkin tidak ada kesempatan lagi untuk Rizal.

Tekad Rizal sudah mantap. Ia berjalan keluar kamar dan menuju kamar Dondi dan Ryan. Pintu ia ketuk. Tidak ada jawaban. Akhirnya pintunya ia buka. Kamarnya gelap.

Tapi samar-samar Rizal bisa melihat Ryan, berbaring bertelungkup di tempat tidur. Tidak ada sehelai benang pun di badannya. Pantatnya yang mulus dan montok mencuri perhatian Rizal.

Pelan-pelan sang duda ini menutup pintu kamar dan menghampiri tempat tidur. Ia pun membuka pakaiannya satu per satu, hingga telanjang bulat seperti Ryan. Penisnya sudah tegak, dan mulai basah. Rizal pun naik ke tempat tidur dan berbaring di sebelah Ryan, di tempat Dondi biasa tidur. Dan pelan-pelan ia mengelus punggung telanjang Ryan.

Sang pemuda 19 tahun itu pun terbangun. "Ngg? Om Dondi?"

Rizal diam saja dan terus mengelus-elus kulit yang lembut itu. Ryan berbalik badan dan menatap muka Rizal.

"Om Rizal..." bisiknya.

Rizal mendekap punggung Ryan sambil mendekatkan badannya. Ia bisa melihat jelas setiap jengkal wajah Ryan yang tampan. Mereka saling menatap satu sama lain, sementara tangan Ryan pelan-pelan menyentuh dada Rizal, mengelus putingnya. Rizal pun menghela nafas.

"Om butuh kamu..." bisik Rizal.

Bukannya membalas, Ryan langsung mengecup bibir Rizal. Rizal pun membalas ciuman Ryan. Pelan-pelan mulut mereka terbuka dan mulailah bercumbu, bersilat lidah.

Sudah lama sekali Rizal tidak merasakan gairah seperti sekarang, bersama Ryan.

"Selain mantan istri Om, Om cuma pernah sama kamu," bisik Rizal. "Ga ada orang lain..."

Ryan pun berbaring dan menarik Rizal hingga pria duda itu menindih badannya. Mereka lanjut bercumbu.

"Pastiin Om Dondi belum mau pulang, Om..." bisik Ryan.

Rizal pun berhenti menciumi Ryan dan mengambil HP di saku celananya. Ternyata ada pesan dari Dondi.

Jam 6 gue sampe stasiun Bandung lagi bro. Jemput ya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6.

bersambung

Ryan dan Taufik, Supirnya (REDUX)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang