Entah keajaiban dari mana, Mas David berhasil booking tiket kereta Vienna-Venice dengan harga yang sangat murah, hanya 29€ dengan waktu tempuh 6 jam. Rute Wina ke Venisia memiliki jarak tempuh terjauh dibanding rute lain, jadi memang tiketnya tergolong mahal. Tapi, itu adalah harga tiket sebelum direschedule. Aku nggak yakin harganya tetap sama setelah dimundurkan satu hari.
Kami akan menaiki kereta malam, dengan jadwal keberangkatan pukul 12 malam. Ini salah satu cara penghematan akomodasi penginapan, karena kita menghabiskan malam di kereta.
Aku sangat excited menaiki kereta malam ini. Karena susunan bangku kereta ini mirip seperti latar syuting film terkenal. Dimana tiga bangku saling berhadapan yang berada di dalam kompartemen berpintu. Dalam satu gerbong terdapat beberapa kompartemen atau suatu ruangan kecil berbilik. Jadi privasi lebih terjaga.
Tiket yang kami beli adalah yang termurah, dengan fasilitas normal seat compartment. Di kompartemen lain ada yang terisi dengan 4 beds-couchette, tentunya dengan harga yang berbeda. Yang lebih mewah adalah deluxe sleeper, dengan fasilitas bed sleeper, kursi, serta toilet dan shower khusus di dalam satu kompartemen.
Aku beberapa kali mondar mandir ke toilet. Melalui pintu kaca kulihat seluruh bangku di setiap kompartemen sudah penuh. Aku mulai bertanya-tanya, mengapa kompartemen kami belum terisi oleh orang lain selain Aku dan Mas David. Apa kebetulan kami beruntung? Nggak mungkin kan Mas David membeli 6 tiket sekaligus demi nggak ada orang asing di kompartemen kami.
"Udah tiduran aja, Dek. Hand restnya kamu naikin biar bisa terlentang di tiga kursi sekaligus."
"Engga ah Mas. Nanti kalo ada yang dateng gimana?"
"Kita udah melewati stasiun-stasiun besar tapi nggak ada yang naik, mungkin memang kursinya kosong. Nanti saya bangunin kalau ada yang dateng." Rayu Mas David.
"Bener ya?" Mataku sudah berat sekali. Kursi ini memang seolah memanggil untuk kutiduri. Aku perlahan merebahkan diri di atas kursi
"Iya, janji." Mas David kembali membuka laptopnya.
Sambil terkantuk-kantuk aku bertanya, "Kamu nggak tidur?"
"Nanti Dek. Nanggung nih translateannya sisa dikit. Mau nyicil revisi jurnal juga."
Mas David memang cocok dinobatkan menjadi manusia terproduktif sedunia.
Aku terjaga beberapa jam kemudian. Cahaya hangat menyirami tubuhku. Aku terlalu malas membuka mata. Tubuhku terasa hangat, tapi entah mengapa wajah dan kakiku terasa dingin karena bersentuhan dengan udara pagi. Aku semakin mengerutkan badan seperti janin. Samar kuhirup wangi familiar dari parfum pria yang mewah. Kuhenduskan hidung sambil tetap memejamkan mata, berkonsentrasi mendeteksi wangi apa ini. Seperti Giorgio Armani. Aroma citrus yang berpadu dengan aroma sage, dengan sedikit sentuhan rempah rosemary. Hmmm wangi yang lembut tapi nggak menusuk. Mengingatkan aku akan ... Mas David?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Get Lost With You [COMPLETED]
RomanceDua minggu sebelum kepulangannya ke Indonesia, Lily tiba-tiba diputuskan pacarnya secara sepihak. Saking galau dan frustasinya, alih-alih pulang, tanpa pikir panjang dia malah memutuskan untuk menghabiskan liburan musim panasnya dengan jalan-jalan k...