You are my home, my home for all seasons (Sia - Snowman).
Setelah setengah tahun berkutat dengan penelitian, akhirnya risetku selesai juga. Penulisan tesis pun hampir rampung 100%. Aku menulisnya bersamaan dengan jurnal ilmiah yang harus disubmit.
"Jangan terlalu diforsir, Yi," Mas David mengingatkan.
Mas David duduk di sebelahku yang asyik tengkurap di atas karpet sembari mencari jurnal referensi. Perubahan terbesar pada semester terakhir adalah Mas David lebih sering mengunjungi rumahku dan Uwi yang sempit.
Karena berkat otak encernya, dia berhasil lulus PhD sebelum empat tahun. Saat ini kesibukan dia hanya fokus bekerja. Sedangkan aku pontang panting mengerjakan penelitian. Ada saja masalahnya, dari mulai sampel yang nggak layak sampai hasil eksperimen yang gagal berkali-kali.
Untunglah masa sulit itu sudah dilalui. Kini tugasku hanya tinggal fokus bersemedi. Oh, ditambah menghibur roommateku yang sedang galau.
"Harus dipaksa kelar, Mas. Biar kita jadi berangkat liburan. Beb, lo jadi ikut ke Paris kan? Tiketnya udah gue beli loh." Aku dan Mas David berencana merayakan ulang tahunku di Paris tanggal 14 Juli nanti, sekaligus melihat acara Bastille Day. Aku pun membelikan Uwi dan Aga tiket kereta ke sana.
"Nggak tau Ly. Gue galau. Aga ikut juga ya?" Matanya masih sembab. Sisa menangis semalam.
"Kalau kamu nggak mau ada Aga, saya bisa bilang ke dia supaya nggak usah ikut, Wi," tukas Mas David.
Kemudian tangisan Uwi pecah kembali. Aku dan Mas David saling berpandangan, merasa serba salah dan kebingungan.
Awal tahun ini Uwi dan Aga mencoba menjalin hubungan tanpa status, semacam komitmen saja. Tapi, menjelang liburan summer tiba-tiba mereka menjauh. Hubungan mereka nggak punya masa depan katanya. Memang sejak awal sudah complicated.
Aku bangkit berdiri dan menghampiri Uwi yang terbaring di atas ranjang. Sambil menepuk punggungnya aku menimpali,
"Mas Dave, Aga nggak usah ikut deh. Uwi aja berarti yang ikut.""Tapi nanti gue jadi obat nyamuuuuk," Uwi mengerang.
"Engga kok, Beb. Kita kan sering bertiga kayak gini di rumah. Coba, lo ngerasa jadi obat nyamuk nggak? Lagian nanti kan ada Kak Rachel."
Aku dan Mas David kompak sepakat mengurangi kontak fisik dan kadar kemesraan kalau nggak sedang berduaan. Terutama saat bertiga dengan Uwi atau Aga. Kamipun selalu berusaha mengikutsertakan Uwi di dalam percakapan, agar dia nggak merasa tersisihkan.
"Kak Rachel kan sama suaminya. Engga ah," ucap Uwi masih sesenggukan.
"Ini tahun terakhir kita di Munich. Yakin lo nggak mau jalan-jalan? Tahun lalu kan lo balik ke Indo, Beb." Aku terus merayu.
"Gue ikut gengnya Feby aja deh. Mau ke Spanyol sama Portugal katanya." Ide Uwi sangat mendadak.
"Emang udah pesen tiket?"
Uwi menggeleng lemas.
Menghela napas, aku menyerah. "Yaudah, tiket ke Parisnya gue cancel ya? Ganti tujuan ke Spanyol. Yakin nggak nih?"
"Gue telpon Feby dulu deh."
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya keputusan Uwi bulat. Dia nggak jadi pergi ke Paris, tapi berubah haluan menjadi Spanyol.
"Yi, Aga bilang dia cancel juga ke Paris. Uang refundnya buat kamu aja." Mas David mengabari.
"Oh gitu, Mas? Yah nggak jadi rame-rame dong." Semangatku semakin menurun. Padahal aku sudah membeli tiket sebagai pengganti uang traktiran. Mas Davidpun sudah booking penginapan di sana. Bayangan akan menonton kembang api berenam lenyap sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Get Lost With You [COMPLETED]
RomanceDua minggu sebelum kepulangannya ke Indonesia, Lily tiba-tiba diputuskan pacarnya secara sepihak. Saking galau dan frustasinya, alih-alih pulang, tanpa pikir panjang dia malah memutuskan untuk menghabiskan liburan musim panasnya dengan jalan-jalan k...