Memiliki mata yang bengkak adalah hal yang wajar ketika kamu habis menangis berjam-jam, dikombinasikan dengan tidur jam 2 pagi lalu harus bangun pukul 5.
Karena Camilla mengotori bajuku jam satu pagi, aku harus melaundry pakaianku saat itu juga di laundry room. Camilla tentu melupakan kekacauan semalam. Tapi Isabela mengetahuinya, karena dia tiba di kamar pukul setengah dua pagi. Mas David ikut mengompori menambahkan kejadian pria asing semalam.
Jadilah sepanjang pagi tadi aku diganggu oleh Camilla yang terus merengek meminta maaf. Dia memaksa untuk mentraktir sarapan. Yah rejeki nggak kemana.
Kami harus mengejar bus menuju Roma di Tronchetto jam 8.40 pagi ini. Jadi jam 7 kami sudah checkout, lalu take away pizza untuk sarapan di jalan. Of course Camilla yang membayar pizzaku.
Karena bus dari Jolly Camping ke Tronchetto baru tersedia pukul 9 pagi, maka kami harus berjalan kaki hingga halte bus terdekat, lalu naik bis umum menuju Tronchetto.
Sepanjang jalan aku dan Mas David belum mengeluarkan sepatah suara, sejak kami keluar dari kamar lalu berjalan menuju halte hingga bokongku menyentuh bangku bis. Sebenarnya aku sudah nggak kesal lagi. Aku juga memaklumi semalam hanya reflek dari Mas David yang panik. Tapi kepalaku terasa berat, makanya aku nggak mood berbicara. Lebih baik aku memejamkan mata dan membiarkan Mas David bekerja.
Kami tiba di Tronchetto pukul 8 tepat. Bis kami belum datang. Akhirnya aku duduk mengampar sambil memeluk lutut di tepi kanal. Lumayan kepalaku bisa disandarkan di atas lutut. Mas David masih saja serius dengan ipadnya, seperti fokus membaca sesuatu entah apa. Dia duduk bersila di sebelahku.
Ada beberapa bis yang mulai berdatangan, seperti Flixbus dan Euroline. Tapi Megabus belum terlihat tiba, atau mungkin sudah tiba tapi terhalang dua bus di depan kami. Mas David bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah ujung, sepertinya mengecek keberadaan Megabus. Dia meninggalkan seluruh harta bendanya di sebelahku.
Lalu ada seorang pria yang memintaku bergeser, akhirnya aku mengambil ipad dan tas Mas David yang tergeletak begitu saja dan memindahkannya ke hadapanku.
Cukup lama waktu berlalu tapi Mas David nggak kunjung tiba. Jam berapa sih ini? Aku ingin mengecek waktu namun jam tangan dan handphoneku masih berada di dalam tas. Akhirnya kubuka layar ipad Mas David yang berada di pangkuanku. Pukul 8.30. Karena mati gaya, aku mainkan saja ipad Mas David. Aku sudah bilang kan, semua barang Mas David seakan hak milik bersama.
Lumayan ada dua bis parkir di hadapanku, jadi aku bisa numpang wifi gratis. Aku ingin membuka situs informasi wisata dan kuliner di Roma, karena kami memang belum ngubek-ngubek info mengenai Roma. Aku membuka browser pencarian sejuta umat, apalagi kalau bukan Google. Ternyata Mas David belum menutup situs pencarian terakhirnya. Seketika aku ingin tertawa terbahak-bahak. Ternyata barusan dia membaca artikel mengenai cara merayu perempuan yang sedang marah. How cute.
---
Karena membaca artikel tadi, moodku jauh membaik. Kepalaku juga lebih ringan karena sudah tidur di dalam bis. Perjalanan kami menempuh waktu 8 jam perjalanan. Prediksi kami akan tiba di Roma pukul 16.20. Namun pukul 12 saja aku sudah kenyang tidur.
Aku gatal sekali ingin mengobrol dengan Mas David. Tapi karena artikel tadi, aku ingin sedikit mengerjainya. Siapa tahu dia melakukan salah satu tips dari artikel itu.
Tapi dia pun hanya berbicara seadanya. Memanggilku ketika ingin membagi bekal pizza yang tadi pagi kami beli. Setelah itu dia kembali berkutat dengan laptopnya. Aku jadi kesal sendiri. Jangan-jangan aku hanya keGRan, sebenarnya "perempuan" yang sedang marah itu bukan aku, tapi mungkin gebetannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Get Lost With You [COMPLETED]
RomanceDua minggu sebelum kepulangannya ke Indonesia, Lily tiba-tiba diputuskan pacarnya secara sepihak. Saking galau dan frustasinya, alih-alih pulang, tanpa pikir panjang dia malah memutuskan untuk menghabiskan liburan musim panasnya dengan jalan-jalan k...