32. More than Amsterdam

19.9K 2.5K 263
                                    

Cung yang weekendnya nggak kemana-mana! 🙌🤚👋🖐️✋. Diajakin jalan-jalan tuh sama Lily & Mas David 🤗.

Jadwal keberangkatan bus kami pukul 7 malam, butuh waktu 2 jam 45 menit untuk mencapai Amsterdam. Kami menaiki flixbus dari Gare du Nord. Aku dan Mas David harus mengambil koper dan ransel yang disimpan di Bruxelle Midi, lalu bertolak ke Gare du Nord dengan tram. Lumayan sekalian melihat-lihat kota Brussel dari sisi lain.

Sepertinya akibat kekenyangan dan seharian jalan berkilo-kilo meter, aku jadi pulas sekali tidur di bus. Terlelap dari bus mulai jalan hingga hampir sampai. Kalau Mas David? Tentu saja sibuk dengan pekerjaannya.

"Hey, udah bangun Yi? Nyenyak?" Dia menutup laptopnya, lalu melepas kacamata dan memijat pelan hidungnya.

"Banget. Aku laper lagi kayaknya." Aku mengusap pelan perutku.

"Bukannya kita masih punya satu Liège Waffle ya?"

"Oh iyaaaa. Untung kamu ngingetin. Kamu laper juga kan Mas?"

Pas sekali. Gigitan terakhir waffle berhasil kami makan saat bus berhenti. Kami turun di Piarcoplein, pangkalan flixbus yang terletak di depan Amsterdam Stoterdijk Station.

Penginapan kami di dekat Amsterdam Centraal, stasiun di jantung kota Amsterdam. Jadi kami harus naik kereta lokal dari sini. Karena membutuhkan waktu satu jam jika berjalan kaki. Kalau pagi hari dan tanpa membawa koper mungkin aku lebih memilih jalan.

"Mau dinner di restaurant atau fast food?"

"Walau kata orang nggak sehat, tapi aku lebih milih fast food. Lebih murah pasti." Aku sambil menguap dan menutup mulut. Rasanya nyawaku masih belum terkumpul semua. Padahal kereta kami sudah mau sampai di stasiun Amsterdam Centraal.

Mas David membawa koperku sejak turun dari bis. Jadi tanganku betul-betul kosong. Tubuhku hanya membawa beban tas ransel dari Kak Rachel.

Begitu keluar dari kereta, Mas David menggandeng tanganku dengan tangan kirinya. Tangan kanannya menggenggam koperku. Untung nggak harus naik turun tangga. Jadi nggak ada acara angkat-angkat koper segala.

Sesampainya di tepi jalan, Mas David melepas genggaman tangan kami. Karena tangannya sibuk melihat maps offline di layar ponselnya. Sibuk zoom in dan zoom out beberapa titik.

"Kebetulan tempat makan fast food searah dengan hostel kita. Tadi udah saya cek, buka sampai dini hari. Sebentar ya Yi, saya mau hapalin jalannya dulu. Tadi nggak sempat."

Nggak sempatnya Mas David itu ya begini. Dia pasti sudah survey beberapa tempat makan via google. Kalau aku, pasti nggak akan kepikiran.

Kami berjalan kembali mengikuti trotoar. Mas David sibuk mengantongi ponselnya ke dalam saku celana. Sehingga lupa menggandeng tanganku lagi. Secara impulsif dan penuh inisiatif tangan kananku bergerak melingkari lengan Mas David. Hehe. Aku genit juga. Nggak apa deh sesekali. Anggap aja khilaf.

Tapi baru juga beberapa meter berjalan, otakku langsung terpenuhi dengan pertanyaan Mas David ilfeel nggak ya sama cewek genit?

Refleks aku lepaskan belitan pada lengan Mas David.

Dia malah menarik tanganku kembali. "Jangan dilepas. Sudah hampir tengah malam."

"Jam 11 juga belum Mas."

"Tetap aja jalanan lebih sepi, hari sudah gelap. Pokoknya kamu tanggung jawab saya."

Sambil menundukkan kepala, aku menggigit bibir menahan lolosnya senyuman.

Lengan kiri Mas David kembali dilingkari oleh tanganku. Kami berjalan beriringan menuju tempat makan.

Mas David memesan beberapa kroket isi rogut, chicken wings dan french fries. Kami menghabiskannya dalam waktu singkat. Betul-betul ingin segera rebahan di kasur.

I Wanna Get Lost With You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang