20. Milan Half-day Tours

19.1K 2.3K 124
                                    

Setelah melalui perjalanan tiga jam dari Pisa menuju Milan dengan pura-pura tidur, akhirnya kami tiba juga di Milano Centrale Station.

"Hostelnya jauh nggak Mas?"

"Lumayan. 7kiloan. Tapi kita langsung naik metro dari sini. Tadi saya cek, kita akan melewati 8 stops aja kok. Ayo lewat sini, Yiyi."

"Sini kopernya saya bawa aja. Liftnya penuh, kita naik turun tangga. Masih lemes ya baru bangun? Tadi nyenyak nggak?"

Aku hanya menggelengkan kepala. Andai dia tahu, boro-boro nyenyak, tidur saja engga.

Mas David menuntunku menuruni tangga menuju peron metro nomor M2. Dia menggandeng tanganku dengan tangan kirinya sambil menggotong koperku dengan tangan kanannya. Badannya yang tinggi dan besar membuatnya nggak terlihat kesusahan sama sekali. Padahal berat koperku mencapai puluhan kilo.

"Sini mas aku bantu."

"Nggak usah."

"At least aku bawain ransel kamu."

"Berat, Adek. Kamu bisa terjengkang kalau bawa ransel saya."

"Maaf ya ngerepotin mulu."

"Heyyy, kamu nggak pernah ngerepotin sama sekali." Mas David tersenyum tipis. Terlihat sungguh tulus.

Ternyata berat juga ya menahan perasaan. Coba, bagaimana caranya supaya nggak baper? Terus mengingat dia mantannya Maura Ayuka pun rasanya masih sulit untuk menghalau kebaperan.

Kami berdiri di pinggir peron menunggu metro M2 arah Assago Milanofiori Forum tiba. Mas David mengecek sekilas arlojinya.

"Nggak terasa ya udah jam 3 aja. Kamu udah lelah belum, Yi?"

"Engga kok Mas." Sebetulnya bokongku hanya pegal-pegal saja karena telah menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kereta.

"Let me know ya if you're tired, or hungry."

Kereta bawah tanah sudah tiba. Kami langsung menaikinya. Isi kereta cukup lengang, aku dan Mas David segera menduduki kursi yang kosong.

"Aku beneran nggak capek kok. I'm fine, ok? Don't worry, Mas Dave."

"You never said that you were tired. Do you realize that? It's okay to say that you're not okay."

"Masa sih? Perasaan kamu aja."

"Iya. Sepadat-padatnya schedule kita, kamu nggak pernah mengeluh apapun. Kayak sekarang, kamu bilang nggak capek tapi mukamu lesu banget."

"Mungkin aku ngantuk, Mas."

"3 hours of sleep is not enough, right? Yaudah, sini." Dia menepuk-nepuk pundak kirinya. Aku mengerutkan dahi mendakan kebingunganku.

"Kamu kalau tidur tuh kepalanya goyang-goyang, Yi. Sini senderan di bahu saya aja, daripada kepala kamu terbentur ke orang asing di sebelah kamu. Nanti saya bangunin kok kalau udah mau sampai."

Tiba-tiba saja aku kaget terbangun setelah tanganku digoyang-goyangkan oleh Mas David.

"Bentar lagi sampai. Ayo bangun, Yi." Aku menyipitkan mata berusaha beradaptasi dengan cahaya. Rasanya jiwaku masih mengambang saat Mas David menarikku keluar dari metro. Padahal tadi aku berkeras menolak pundaknya, tapi dia terus memaksaku. Lalu berakhir nggak tahu malu karena ternyata aku ketiduran dalam waktu singkat. Bahunya senyaman itu.

Tidur yang singkat tadi ternyata sangat berkualitas. Aku kembali segar. Aku menapaki Kota Milan dengan mood yang lebih baik.

"Nggak ada bedanya ya, Mas?" Komentarku mengarah pada bangunan di tengah Kota. Rasanya nggak terlihat ciri khas dengan Kota lain.

I Wanna Get Lost With You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang