Kami akhirnya tiba di Praha pukul 6 pagi. Badanku seolah melupakan betapa pegal dan remuknya duduk tegak di dalam bis selama berjam-jam. Aku terlalu excited menginjakkan kaki di Praha.
Perasaan ini adalah perasaan yang sama saat pertama kali aku menginjakkan kaki di Bandara Munich. Siapa yang sangka, aku Lily si bungsu super manja yang sejak lahir hingga kuliah nggak pernah keluar Bandung, bisa ke luar negeri, sendirian tanpa keluarga. Bahkan aku perlu merayu Mama Papa selama bertahun-tahun demi turunnya restu.
Aku anak bungsu, hanya dua bersaudara dengan kakakku yang berbeda 15 tahun di atasku. Mama pernah tiga kali kehilangan janinnya, dua kali keguguran karena kandungan lemah dan satu kali IUFD (bayi usia lebih dari 20minggu yang meninggal di dalam kandungan). Keluargaku selalu menganggap sebuah keajaiban ketika mama akhirnya berhasil melahirkanku dengan sehat dan selamat.
Maka jangan heran, aku begitu dijaga amat sangat protektif oleh Mama, Papa, dan Teh Kikan kakakku. Jangankan ke luar negeri, ke luar Bandung saja nggak akan boleh. Lupakan karya wisata ke Jogja dan Bali, ekskul (yang dianggap) berbahaya seperti pecinta alam, apalagi kegiatan kemah sabtu minggu. Aku nggak pernah mengalaminya.
Kebetulan keluarga orangtua dari Papa tinggal di Cimahi, keluarga orangtua Mama tinggal di Lembang. Jadi setiap lebaranpun aku nggak akan keluar dari area Bandung. Mentok-mentok jarak terjauh ya ke rumah saudara di daerah Pengalengan di Kabupaten Bandung.
Saat remaja, jiwa pemberontakku semakin meronta. Aku keukeuh ingin kuliah di luar Bandung, tapi takdir tetap menyeretku berakhir terdampar kuliah di ITB, Bandung (lagi). Padahal ITB adalah pilihan keduaku, hanya untuk menyenangkan Papa Mama.
Jadi, jangankan ke Munich apalagi Praha, mungkin keluar Jawa Baratpun aku sudah cukup bahagia. Wajarlah ya aku tanpa sadar lompat-lompat kegirangan sambil teriak di pinggir jalan macam orang udik.
"Aaaaaaaak!!!! Mas, ini beneran Praha kan ya Mas?"
"Ly, please, jangan teriak-teriak gitu, kamu norak banget. Saya malu nih," bisik Mas David tanpa menatapku. Dia sibuk dengan handphonenya, sedang dalam mode sumpah-gue-nggak-kenal-cewe-di-sebelah-gue. Mas David sesekali melirik bule-bule yang menatap keheranan pada kami.
"Mas, kamu harus tau Mas. Aku seneng banget akhirnya bisa jalan-jalan keluar Munich, setelah satu tahun kuliah kayak di neraka." Ucapku sambil sibuk memotret setiap sudut jalan di sekitar Prague UAN Florenc, terminal bis utama di Praha.
Jujur, aku bahkan baru sadar Praha itu salah satu kota di Eropa. Aku tahu nama Praha berkat lipmatte Nyx kesayanganku, yang shade warnanya dinamakan kota-kota terkenal di dunia. Pagi ini bahkan sengaja kupoleskan lipmatte Nyx shade Prague, supaya sesuai dengan tempat yang kukunjungi saat ini.
"Iya, saya tahu kamu senang, keliatan banget dari noraknya kamu, Ly." Mas David terkekeh, terlihat geli tanpa merendahkanku.
"Mas, tolong fotoin aku." Aku menyerahkan mirrorlessku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Get Lost With You [COMPLETED]
RomanceDua minggu sebelum kepulangannya ke Indonesia, Lily tiba-tiba diputuskan pacarnya secara sepihak. Saking galau dan frustasinya, alih-alih pulang, tanpa pikir panjang dia malah memutuskan untuk menghabiskan liburan musim panasnya dengan jalan-jalan k...