Hari ini kami check out pukul 05.30, karena jadwal keberangkatan kereta ke Pisa pukul 06.15. Kami nggak menginap di Pisa, hanya mampir sebentar ke menara Pisa lalu akan langsung bertolak ke Milan.
Sudah satu jam berlalu sejak kereta lokal Italia yang kami tumpangi meninggalkan kota Roma. Butuh waktu dua jam lagi untuk sampai di Pisa. Padahal kami berangkat terlalu pagi, tapi aku nggak mengantuk sama sekali. Jadi daritadi kegiatanku hanya melihat keluar jendela, sembari mengobrol dengan Mas David.
"Yiyi, saya ngerjain kerjaan dulu ya, sebentar aja kok." Aku baru sadar, sejak kapan Mas David laporan untuk mengerjakan sesuatu padaku? Aku jadi tertawa geli.
"Kerjain mah kerjain aja Mas. Ngapain laporan segala, emangnya aku petugas RT."
"Ya siapa tahu kamu mau ngobrol, atau bete saya tinggal. Mau pake ipad nggak? Saya punya ebook terbaru loh."
"Boleh deh Mas, minjem dong. Aku mau buka IG aja. Lagi mager baca." Akhir-akhir ini aku lebih sering menelusuri media sosial dengan ipad Mas David, mungkin karena layarnya lebih lebar. Sampai akun instagramku selalu ter-log in di ipadnya.
Saat gabut seperti ini, aku biasanya membuang waktu dengan kegiatan nggak berfaedah, yaitu membuka instagram. Melihat dunia fana nan semu, dimana semua orang berlomba-lomba menunjukkan sisi hal terbaiknya untuk diposting di aplikasi tersebut. Entah untuk pamer, apresiasi diri, atau hanya sekedar dokumentasi. Aku nggak menampik, akupun seperti itu. Aku hanya mau mengunggah foto yang (menurutku) paling bagus dan cantik. Walau sering juga aku posting video-video lucu dan random di instastory.
Aku langsung mencari username idolaku, Maura Ayuka. Dia salah satu manusia yang paling sempurna. Artis, jago menyanyi, berbakat akting, cantik sekali, dan sangat jenius. Paket lengkap. Dia lulusan S1 di Oxford lalu melanjutkan program double degree di Stanford. Aku nggak bisa membayangkan seencer apa otaknya.
Empat bulan yang lalu dia baru saja berlibur ke Italia, salah satunya ke menara Pisa. Aku harus kembali melihat fotonya, agar memastikan aku bisa berpose yang serupa dengan background yang sama persis dengan foto milik Maura. Sebuah usaha demi bisa terlihat seperti Maura KW.
"MasyaAllah, cantik banget sihhhhh." Aku kembali memuji wajah Maura.
"Siapa?" Mas David melongokkan kepalanya untuk melihat layar ipad.
"Ini loh Mas. Maura Ayuka. Eh, kamu tau nggak ya artis Indonesia?" Aku mengulurkan ipad untuk menunjukkan foto Maura.
"Momo?" Mas David menyebut nama panggilan Maura.
"Lah, kok kamu tau dia biasa dipanggil Momo? Kamu up to date juga yaa sama artis yang cantik banget."
"I think she's not that beautiful." Mas David bisa nyinyir juga.
"What? Manusia seperfect ini aja kamu bilang nggak secantik itu. Selera Mas Dave pasti tinggi banget." Kok aku merasa jiper ya. Manusia serupawan ini saja dia bilang kurang cantik, lah bagaimana aku yang bagaikan upik abu jika disandingkan dengan Maura.
Dia hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Aku kembali mengganggu Mas David. "Mas, pokoknya nanti tolong fotoin aku kayak Maura ya."
"Hmmm."
"Liat dulu fotonya." Aku menggoyang-goyangkan lengan Mas David yang sedang menari di atas keyboard laptopnya.
"Iya bocil." Tanpa menoleh ke layar ipad yang aku sodorkan ke hadapannya.
"Bagus banget nih fotonya. Kamu harus sebagus ini ya. Eh tapi kayaknya dia pake jasa fotografer pribadi deh." Aku masih memperhatikan fotonya. Jernih, tajam, dan hidup sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Get Lost With You [COMPLETED]
RomanceDua minggu sebelum kepulangannya ke Indonesia, Lily tiba-tiba diputuskan pacarnya secara sepihak. Saking galau dan frustasinya, alih-alih pulang, tanpa pikir panjang dia malah memutuskan untuk menghabiskan liburan musim panasnya dengan jalan-jalan k...