15. Camping in Venice

19.4K 2.5K 208
                                    

Kebayang nggak sih ekspektasiku akan penginapan di Camping Jolly tuh sudah cukup tinggi? Aku membayangkan menginap di sebuah mini cabin house. Tapi setelah kami mendapatkan kunci dan berjalan sesuai arahan resepsionis, aku kaget juga. Ternyata kamar kami terbuat dari ... tenda pleton. Nggak berdinding kayu ataupun tembok.

Aku nggak kecewa sih, cuma kaget aja. Dulu aku sering membayangkan bagaimana rasanya menginap di tenda. Nggak kusangka, khayalanku terkabul juga. Walau bukan tenda kemah yang sering dipakai pendaki gunung, tapi tenda pleton ini cukup merepresentasikan suasana berkemah yang nyata.

Sisi-sisi dindingnya terbuat dari kain tebal berwarna krem. Aku yakin ruangan ini nggak kedap suara. Kamar mandinya pun nggak ada. Jadi kita memakai toilet & shower umum di luar, sama seperti yang tadi pagi kita pakai untuk mandi. Tapi untungnya, tenda ini berpintu kayu. Jadi masih tergolong aman jika pintu dikunci.

 Jadi masih tergolong aman jika pintu dikunci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh My ... Saya nggak nyangka kita bakal kena apes dapet kamar yang nggak sesuai sama foto." Mas Davidpun sangat terkejut.

"Nggakpapa kali Mas. It's okay."

"Really? Is it okay if we stay here tonight?"

"It's okay kok. This room is ... amazing?"

"Saya tahu kamu sarkas. Saya upgrade kamar aja ya?" Mas David hendak keluar kamar.

"Hey, nggak usah. Beneran bagus kok kamarnya. Aku dari dulu pengen ngerasain bobo di tenda." Selain mau merasakan sensasi tidur di dalam tenda, aku juga memikirkan budgetku yang sangat mepet. Budget 20€ saja sudah terbuang untuk penginapan sekelas ini, nggak terbayang deh sekelas mini cabin house akan merogoh kocek berapa.

"Really? I still can't believe that I don't need to treat you like a princess as I think before, Dek." Dia melengkungkan kedua jarinya seperti membentuk tanda petik ketika menekankan kata princess.

"Jadi kamu pikir aku kudu banget ditreatment kayak princess gitu?"

"Kelihatannya sih iya. Awalnya," ungkap Mas David.

"Mana ada princess mau tidur nginep di bis, mending sewa hotel sama naik pesawat deh. Atau mana mau jalan kaki berkilo-kilo kalau ada taksi sih Mas."

Dia hanya tertawa.

"Aku tau sih emang mukaku secantik princess, tapi sayang dompetku enggak," ucapku percaya diri.

Dia semakin terbahak-bahak. Padahal ucapanku serius. Banyak kok yang bilang aku cantik. Seperti Mama, Papa, Teh Kikan, dan A Adit. Banyak kan?

---

Sore ini kami habiskan dengan berleha-leha di atas kasur. Aku dan Mas David hanya berdua saja, roommate kami sedang pergi entah kemana. Kali ini roommate kami berasal dari Meksiko, keduanya perempuan.

Hidupku masih terasa indah, hingga sebuah notifikasi chat WhatsApp mampir ke ponselku. Heran sekali, darimana dia mendapatkan nomor pribadiku?

I Wanna Get Lost With You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang