Happy Reading.
———————————————
Suasana di pagi ini begitu cerah, sangat mendukung makhluk hidup untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Seorang gadis tengah duduk di depan meja rias, menatap dirinya di pantulan cermin. "Gue emang cantik, hihi," ujarnya terkekeh sendiri.
Gadis itu adalah Dania Rahma Calista. "Hari ini terakhir gue disini, gue ke mall aja kali ya? Sekalian beli oleh-oleh dari luar negeri buat orang rumah. Bahasanya 'luar negeri', ckckck."
Setelah mengenakan pakaian simpel serta sandal jepit nya, ia berjalan ke luar apartemen lalu mencari taxi.
Sesampainya di mall, "Mamah dress, Papah jam tangan, Ara sepatu, Bang Rizki ... eumm, gantungan kuci aja deh."
Sungguh tega kau Dania, kakaknya sendiri hanya diberikan gantungan kunci.
"Kasian deh, mending gue bel—"
Bruukk
"Aww, hati-hati dong jalannya, buta ya?!" sarkas perempuan yang terjatuh karena bertabrakan dengan Dania.
Perempuan itu dibantu oleh pasangannya untuk berdiri. "LO?!" pekiknya. "Lo liat, hah?! Minuman gue jatuh, dan baju gue kotor. Gue nggak mau tau, lo harus ganti!" tuntutnya.
Dania masih diam melihat perempuan itu berbicara tanpa henti, apalagi yang bersamanya itu Farel.
Perempuan itu Citra. "GANTI RUGI, MALAH NGLIATIN COWOK GUE!" bentaknya.
Dania mengeluarkan uang berwarna biru, dan berkata, "Satu cup kopi harganya lima ribu, dan baju itu di Tanah Abang harganya tiga puluh ribu. Nih, saya kasih lima puluh ribu, sisanya buat beli jus," terang Dania, membuat orang di sekitarnya tertawa.
Walah orang yang lihat itu tidak tahu Tanah Abang dimana, tapi mereka tertawa karena Dania santai menghadapi orang seperti Citra.
Citra menggeram marah. "Dasar cewek gila," umpatnya.
Dania tertawa mengejek, "Dih, gila teriak gila," balasnya tenang.
Emosi Citra sedikit mereda, ketika Farel mengusap bahunya menenangkan. "Kenapa lo liatin kita? Cemburu? Gue peringatin ke lo ya, Farel is mine. Lo nggak usah berharap atau cari perhatian sama cowok gue," sinisnya.
Dania masih tenang, "Karungin aja your mine, biar nggak kabur. Oh ya, jangan lupa dia bekas saya. Ya walaupun cuma cium di kening, sih, dulu," ungkapnya menyeringai.
"Di kening lah, kan di bagian lain sama orang lain."
Perkataan Farel membuat Dania melunturkan senyum seringainya dan mengernyit tak paham. "Hah, maksudnya gima—"
Farel dan Citra langsung pergi sebelum Dania menyelesaikan ucapannya. "Gue masih nggak paham," gumam Dania lirih.
* * *
Selesai belanja dari mall, Dania masih memikirkan perkataan Farel. Rasanya sulit sekali untuk memahami satu kalimat saja.
Menghela nafas pelan, lalu menggeleng kepalanya. Ia memilih menghubungi Rizki. "Assalamualaikum, Bang."
Terdengar Rizki di seberang sana menguap, "Waalaikumsalam, kenapa? Jalan-jalannya udah?" tanyanya.
"Udah, ini mau packing terus ke bandara. Nanti sampai rumah kira-kira jam empat sore. Jemput ya, Bang, di bandara."
"Iya, nanti Abang jemput. Oleh-oleh bawa nggak?"
Dania mendengus, "Kalo oleh-oleh aja nggak pernah lupa. Udah aku beliin kok," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Baperan 2 [END]
General Fiction[COMPLETED] Hancurnya sebuah hubungan bukan hanya karena orang ketiga. Tetapi sudah hilangnya rasa percaya. Itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan penyebab kandasnya hubungan mereka. Rank #2 rekankerja (17-06-2021) Rank #3 dania (29-09-20...