Bab 24 : Pernikahan AnggaOliv

313 53 14
                                    

Thanks ya, yang kemarin mau tolongin vote dipostingnya aku. Lovyu sekebon.

Author minta tolong!

Bagian yang menurut kalian menarik tolong screenshoot, dong. Terus kalian share di sosial media kalian (WhatsApp, Instagram, Twitter, Facebook, dll)

H a p p y R e a d i n g .
———————————————

Farel sudah siap dengan pakaian untuk kondangan. Baju batik berwarna coklat tua. Kenapa tidak memakai jas? Karena takut dikira sebagai mempelai pria. Ia menatap dirinya di depan cermin sembari memuji ketampanannya sendiri.

Setelah memastikan sudah perfect, ia melangkah keluar kamarnya. Rumahnya sudah sepi, karena kedua orang tuanya sudah berangkat ke nikahannya AnggaOliv. Najwa pun sama, gadis itu datang bersama Mario, pacarnya.

Farel menaiki mobil dan melanjutkannya menuju rumah Dania. Tak butuh waktu lama, hanya dua menit untuk sampai di rumah Dania. Karena mereka tetangga komplek, hanya beda blok saja.

Pemuda itu membunyikan klakson mobilnya agar Dania tahu ia sudah datang. Baru saja ia ingin turun, tetapi Dania sudah keluar dari rumahnya dengan pakaian kutu baru brokat berwarna coklat muda.

"Lo ngikutin gue, ya, warna bajunya," tuduh Farel ketika Dania sudah duduk di sampingnya.

"Nggak. Mana gue tau lo pake warna coklat."

"Ngaku aja, deh. Biar kelihatan couple, kan, sama gue."

"Nggak, kampret!"

"Masa, sih? Pasti lo tanya sama Mamih, kan, gue pake baju warna apa?" keukeh Farel dengan tuduhannya.

Dania memutar bola matanya malas. "Sumpah, ya, nggak penting banget. Oke, fine, gue ganti baju! Puas lo?"

Ketika Dania ingin turun dari mobil, Farel mencegahnya. "Bercanda, Dann," ujarnya dengan cengiran-nya.

Dania menatap Farel datar. "Dih, cakep lo?," balasnya sinis.

Farel melepas cekalan tangannya di lengan kanan Dania. Lalu ia merapikan rambut Dania yang sedikit berantakan. "Sisiran nggak, sih?"

Dania menghempas tangan Farel yang berada di kepalanya karena kesal. "Halaman rumah gue luas, loh."

"Terus?"

"Yuk, kita gelut." Gadis itu berujar dengan tersenyum geram.

Farel terkekeh pelan. "Nggak mau, nanti lo kalah, nangess," balasnya. "Oh, ya, sejak kapan lo rambutnya jadi pendek?" tanyanya.

"Sejak kuliah semester lima, deh, kayaknya. Emang kenapa?"

Farel menggeleng. "Lebih cantik aja."

Seketika wajah Dania panas, padahal AC mobil menyala. Kenapa juga ia jadi deg-degan? Tidak biasanya ia seperti ini. Jangan lupakan salah satu organnya, jantung, berdetak lebih cepat.

Farel menahan tawa melihat wajah Dania yang merah. Rasanya senang bisa membuat Dania blushing. Padahal dulu, Dania itu tidak pernah bawa perasaan seperti ini. "Blush on lo letebelan."

"Gak jelas lo. Jalan cepet, nanti kita telat lagi." Dania mengalihkan pembicaraan, karena tidak mau ketahuan salah tingkah.

Di sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka percakapan. Hingga lima belas menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi sampai di gedung tempat acara pernikahan sahabatnya berlangsung.

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang