Bab 22 : Samsudin

327 49 9
                                    

Happy Reading!

———————————————

Sesampainya di store Dania, Farel berlari kecil ke dalam. Bertanya kepada salah satu pegawai letak ruangan Dania.

Brak brak brak

Dania yang sedang melihat contoh produk di laptopnya pun tersentak kaget. "Siapa, sih, mau dobrak pintu apa gimana?" gumamnya.

Terdengar suara ketukan pintu lagi. "Iya-iya, masuk!" sahut Dania.

"Dann, lo tau vidio itu dari siapa?" tanya Farel langsung.

"Ouh ... dari Azka sama Bagas. Lo nggak liat di vidio itu ada mereka? Lo pasti mau marahin gue karena buat Citra nangis, kan? Dia ngadu apa sama lo? Sorry, ya, kalau bikin tunangan lo sedih," sahut Dania.

Farel mendudukkan dirinya di kursi depan meja Dania tanpa disuruh. "Gue mau jelasin sesuatu. Gue sama Citra sebenernya nggak ada hubungan apa-apa. Gue terpaksa ngikutin drama Citra, karena Citra didesak untuk menikah. Nyokapnya lagi sakit, dan dia minta gue buat akting di depan nyokapnya. Lo pasti bertanya, kan, kenapa gue mau aja disuruh sama Citra?"

Dania mengangguk tanpa suara.

"Karena Citra pernah nyelamatin gue waktu mau kecelakaan di Malaysia, dan sebagai balasannya dia minta akting itu ke gue. Tapi gue beneran nggak tau itu cuma akal-akalan keluarga mereka aja," sambung Farel.

"Ouh gitu ...."

Farel menggenggam tangan Dania yang berada di meja, membuat gadis itu tersentak kaget. "Jadi ... gue minta sama lo untuk izinin gue perjuangin lo lagi, Dania Rahma Calista."

Dania tidak tahu harus merespon apa. Ia hanya diam menatap Farel yang juga sedang menatapnya.

"Gimana? Mau?"

"Gue nggak tau, Rel. Gue takut lo ngulangi kesalahan yang sama untuk ketiga kalinya," sahut Dania lirih.

"Gue janji sama lo, gue nggak akan kayak gitu lagi. Gue masih cinta sama lo, Dann. Lo juga, kan?"

Dania membahasahi bibir bawahnya, ia tidak munafik kalau masih mencintai mantan kekasihnya itu. Dania mengangguk. "I-iya." Sial, kenapa ia malah gagap?

Farel menghampiri Dania, dan membantu Dania berdiri, lalu memeluknya erat. "Makasih, Dann. Gue bener-bener seneng banget." Dagunya ia letakkan di puncak kepala Dania.

Dengan ragu, Dania membalas pelukan Farel. Tetapi lama-lama ia merasa pasokan oksigennya habis. Ia memukul dada Farel pelan. "Gue nggak bisa napas, ukhuk ...."

Farel melepas pelukannya lalu tertawa karena ekspresi wajah Dania.

"Tapi lo janji jangan bikin gue kecewa lagi, loh, Samsudin."

"Siyap laksanakan, Juabedah."

Farel senang akhirnya Dania mau memberikan ia kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Semoga saja ia tidak mengecewakan Dania lagi.

*  *  *

Setelah acara peluk-pelukan, Farel mengajak Dania ke rumahnya. Entah apa tujuan pemuda itu.

"Kok, sepi, sih?"

"Papih sama Mamih keluar kota. Najwa masih kuliah," jawab Farel. Posisi mereka masih berdiri di ruang tamu kalau mau tahu.

"Ini gue nggak di suruh masuk, nih?"

Farel terkekeh, lalu menarik lengan Dania untuk duduk di sofa. Dania menahan tangan Farel ketika pemuda itu ingin menarik kembali.

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang