Bab 33 : Nasihat

312 50 11
                                    

Aku keasyikan nonton Drakor guys, jadi lupa kalo ada 3 cerita yang belum end, terutama lapak ini😳

Ini kuota udah sekarat, jadi rajin nulis lagi. Hehe.

Chapter akhir-akhir ini sad nggak sih?

Oh ya aku lupa. Chapter 31 itu yang kata "buku-buku tangan" itu bener, jadi bukan typo ya. Bukan "kuku-kuku". Kalian cek di Google aja kalau nggak tau.

Happy Reading.

———————————————

Pagi yang cerah, dengan matahari yang kembali bersinar terang. Semua orang mulai melakukan aktivitasnya masing-masing, termasuk gadis cantik yang tengah duduk di meja rias. Setelah bermake-up ringan, Dania mengambil tas selempangnya lalu melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuruni tangga menuju ruang makan.

"Pagi, sayang."

"Pagi." Dania tersenyum tipis sembari menjawab ucapan ibunya.

Lita melihat itu. Ia tahu Dania pura-pura tegar. Gadis itu masih belum menerima pertunangan yang akan dilaksanakan lusa. Namun ia bisa apa kalau pertunangan itu demi kebaikan putrinya?

"Mau berangkat kerja?"

Gadis itu kini mengangguk sebagai jawaban pertanyaan ayahnya. "Iya." Lalu mendudukkan diri di kursi samping Ara.

"Lagian Kak Dania, kan, udah nggak berangkat kerja hampir seminggu," ujar Ara.

Dania tertawa kecil. Memang benar dirinya tidak berangkat kerja selama lima hari, karena stres memikirkan pertunangan itu.

"Dann, persiapan pert—"

Dania bangkit dari duduknya dan menyela pembicaraan Lita. "Aku udah kenyang. Berangkat dulu, ya. Assalamualaikum." Gadis itu mencium punggung tangan Calvin dan Lita secara bergantian. Lalu menyodorkan tangannya agar Ara mencium punggung tangannya, tangan satunya mengusap pelan rambut sang adik.

"Waalaikumsalam," jawab pasutri itu serta Ara bersamaan. Mereka melihat ke arah Dania sampai gadis itu tak terlihat karena sudah keluar rumah.

Dania memutuskan menggunakan mobil putihnya untuk berangkat ke store-nya. Ia menghela nafas panjang sebelum menginjak pedal mobilnya.

Setelah sampai di depan store-nya, Dania memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Lalu kaki jenjang yang terbalut celana bahan berwarna hitam itu melangkah memasuk store.

"Pagi, Mbak Dania." Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya pun menyapanya ramah, yang dibalas anggukan singkat oleh gadis itu.

Dania terus berjalan menuju ruangannya. Setelah mendudukkan diri di kursi, lagi-lagi ia menghela nafas. "Banyak banget kerjaan gue," keluhnya ketika melihat meja kerjanya penuh dengan dokumen-dokumen.

Daripada terus mengeluh tiada guna, lebih baik ia segera mengerjakan satu persatu kerjaannya yang menggunung akibat dirinya bolos lima hari kerja.

*  *  *

"Dania lagi apa, ya? Kangen gue."

Farel tersenyum membayangkan raut wajah Dania yang random. Kadang ceria, kadang judes, kadang galak, kadang juga absurd. Pemuda itu kini tengah berada di ruangannya, tepatnya di perusahaan milik ayahnya.

Membayangkan wajah cantik Dania membuat Farel ingin segera menemui gadis itu. "Tapi kerjaan gue belum kelar. Besok aja, deh. Gue yakin Dania pasti kangen juga sama gue."

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang