Bab 2 : Hukuman

484 59 3
                                    

Happy Reading.

———————————————

Dania, gadis itu berjalan menuju ruang dosennya itu dengan malas. Sesekali ia menyapa balik mereka yang menyapanya. Tahu sendiri kan kalau Dania itu ramah, humoris, cantik, dan yang paling penting jomblo.

Sesampainya di depan ruang berpintu coklat tua yang terdapat tuliskan 'Alan Emild Satrya S.E.' Dania juga menatap malas pintu tak bersalah itu.

Tok tok tok

"Masuk," sahut Alan dari dalam sana.

Dania mendengus, "Nggak ada kata lain apa? 'Silahkan masuk' kek, 'monggo mlebet' kek, apa kek. Eh ini cuma 'masuk'." Dania menirukan ucapan Alan dengan dilebih-lebihkan. Emm ... menye-menye lebih tepatnya.

Tangan kanannya membuka pintu, lalu menutupnya kembali. "Bapak manggil saya?" tanyanya sopan ketika sudah berdiri di depan meja Alan.

Alan yang sedang mengetik di laptopnya pun mendongak, lalu menaikkan satu alisnya. "Saya?" tanyanya.

Dania menganggukkan kepalanya.

"Siapa yang bilang saya manggil kamu?" tanya Alan bersidekap dada.

"Adik tingkat saya, Pak," jawab Dania masih sabar melihat gaya Dosen di depannya.

"Namanya siapa?"

"Euumm ... siapa ya? Nggak tau. Intinya dia bilang, saya di panggil Bapak," jelas Dania mulai kesal.

"Kamu tidak tahu namanya, tetapi langsung percaya? Kalau dia ada niat jahat sama kamu bagaimana? Kalau dia bla bla bla ...."

Selalu seperti ini, gadis berkardigan rajut itu tersenyum manis, lebih tepatnya dibuat-buat. "Baik, Pak, kalau begitu saya keluar dulu. Permisi."

Baru saja berbalik badan, tetapi suara Dosennya itu mengurungkan niatnya. "Tunggu. Kamu sudah terlanjur di sini, jadi tolong masukkan nilai ini ke laptop saya. Sebagai hukuman buat kamu, karena tadi terlambat di jam pelajaran saya." perintahnya sekaligus menyidir Dania soal terlambat.

Heleh, mau minta tolong aja gengsi. Tadi aja gak mau ngaku kalo dia manggil gue. Dasar! Dania hanya bisa berbicara seperti itu dalam hati. Kalau langsung, auto nilai zonk.

"Ini data nilainya, dan ini laptop saya. Jangan sampai salah lihat nilai, dan jangan sampai laptop saya lecet, walau sedikit. Sudah sana duduk di sofa, jangan di depan saya, mata saya sumpek lihat kamu."

Dania menerima itu dengan mulut yang menggerutu kecil. Lalu mendudukkan dirinya di sofa yang Alan maksud, agak jauh dari meja kerja Alan.

Mata bulatnya melotot ketika melihat data nilai itu, "Buset, kelas ekonomi ada lima, kelas akuntansi ada tujuh. Nih orang mau bunuh gue dengan cara halus?" gumamnya.

"Kerjakan, Dania. Jangan mendumel terus."

Oke sabar, Dania. Setidaknya hanya setengah jam disini, kan dia masih ada kelas.

Gadis itu memulai pekerjaannya, sesekali matanya menyipit karena harus melihat data nilai dan laptop secara bergantian, dan berkali-kali.

Setengah jam kemudian. Dania bangkit dari duduknya dan meregangkan otot tangannya sebentar. Alan yang melihat ada pergerakan pun melirik.

"Mau kemana kamu?"

"Bapak Alan yang terhormat, saya ada kelas. Jadi saya mau masuk kelas, nanti terlambat di marahin, Pak," ucap Dania.

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang