Part ini hanya ada keuwuan Dania dan Farel yang akan membuat kalian baper tapi nggak ada yang tanggung jawab.
Malam pertama><
Happy Reading!!!
———————————————
"SAH."
Suara semua orang yang berada di sana menggema ke seluruh penjuru ballroom hotel. Dania menitikkan air matanya ketika Farel dengan lancarnya mengucap ijab qobul untuk mengikatnya dalam hubungan pernikahan yang sah.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri, boleh ngapa-ngapain, kok," ucap sang penghulu yang disambut teriakan heboh sabahat kedua mempelai.
Sedangkan Dania hanya tersenyum simpul saja, membuat Farel yang melihatnya ikut tersenyum. Tanda mereka bahagia.
"Silakan bertukar cincin. Setelah itu istri mencium punggung tangan suami, dan suami mencium kening istri."
Farel menyerongkan duduknya, menatap Dania dalam. Lalu mengambil tangan kiri istrinya, dan memasangkan cincin emas bergaya simpel di jari manis Dania.
Kini giliran Dania yang mengambil tangan kiri sang suami, dan memasangkan cincin berwarna putih ke jari manis Farel uang ukurannya lebih besar darinya.
Dania melepas tangan kiri Farel, lalu mengambil tangan kanan Farel untuk ia cium. Setelah selesai, Farel tidak melepas tautan tangan mereka. Laki-laki itu kemudian mencium kening Dania cukup lama.
Dania dan Farel diminta untuk mengganti baju pengantin. Dania kini memakai gaun berwarna biru muda, sedangkan Farel memakai setelan jas berwarna biru tua.
Kedua mempelai sudah berdiri di pelaminan, menyalimi tamu undangan yang jumlahnya tidak sedikit. Beberapa menit kemudian, kaki Dania rasanya seperti mati rasa. "Pegel banget kaki gue." Perempuan itu meringis menahan pegal dan juga sakit akibat sepatu heels yang ia kenakan.
Karena merasa sudah menyalimi semua tamu, Farel menuntun Dania untuk duduk di kursi pelaminan. "Mau aku pijit?" tawarnya.
Dania menatap Farel bingung. "Aku?" beonya.
Laki-laki itu mengelus sayang rambut Dania yang disanggul kecil. "Kita, kan, udah nikah. Masa mau lo-gue terus."
"Tapi agak gimana gitu, nggak terbiasa," protes Dania. Ia baru menyadari kalau penggilan kepada Farel masih sedikit kasar. Padahal Farel sekarang sudah menjadi suaminya.
"Nanti terbiasa, Sayang."
Dania mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika melihat senyum Farel, membuat pemuda itu jauh lebih tampan.
"Dann," panggil Farel ketika melihat Dania yang masih diam.
"Ihh, iya-iya," sahut Dania sembari menatap Farel kembali.
Farel menggulum bibirnya agar tidak tertawa. Ia tahu Dania sedang terbawa perasaan. "Baper, ya?" godanya.
"Enggak, ya! Kamu lupa aku itu Not Baperan?" elak Dania.
"Masa, sih?" tanya Farel lagi yang dibalas anggukan kepala oleh Dania. "Nanti aku protes sama perias, masa kasih blush on kamu tebel banget, merah banget itu."
Dengan kesal, Dania mengusap-usap kasar kedua pipinya. Farel memang menyebalkan. Mana ada blush on tebal, ini blushing tahu!
Tangan Farel mengentikan tangan Dania yang masih mengusap-usap pipi chubby perempuan itu. "Kan, tambah merah digosok-gosok gitu."
"Nih, aku sembuhin." Farel melihat ke arah sekitar, aman. Semua orang sedang sibuk sendiri. Laki-laki itu dengan cepat mengecup kedua pipi chubby Dania. Dan yang terakhir mengecup lumayan lama bibir Dania, membuat perempuan itu melototkan matanya terkejut.
* * *
Malam ini adalah malam pertama bagi kedua mempelai. Dania sudah merebahkan tubuhnya di kasur. Sementara Farel masih mandi.
Mereka dan keluarganya menginap satu malam di hotel tempat acara pernikahan mereka tadi, dengan menyewa banyak kamar.
Suara pintu kamar mandi terbuka membuat Dania mengubah posisi rebahannya ke arah balkon hotel, memunggungi Farel.
Farel yang melihat tingkah Dania pun mengerutkan keningnya bingung. Laki-laki itu sekarang mengenakan baju hitam polos dan celana berwarna cream selutut.
"Dann." Farel naik ke atas kasur sembari memanggil istrinya. Namun, tidak ada sahutan dari Dania. Tidak mungkin Dania tidur begitu cepat.
Dania mendengar Farel yang sedang memanggilnya, tetapi ia memejamkan matanya pura-pura tertidur.
"Dania."
Farel menghela nafas pelan. "Nggak baik, loh, tidur munggungi suami. Dosa tau."
Mendengar ucapan Farel, Dania takut dan langsung membuka matanya. "Apa, sih?" sahutnya dengan nada malas.
"Kamu kenapa?" tanya Farel lembut. Posisinya ia duduk di samping Dania yang terbaring membelakanginya.
Masih dalam posisi sama, Dania menggelengkan kepalanya. "Nggak papa."
Farel tidak percaya dengan jawaban Dania. Pasti ada sesuatu. "Kamu kenapa?" tanya lagi.
Karena kesal Farel tak peka juga, Dania bangkit dari tidurannya. "Kamu tanya kenapa? Kamu tadi udah ambil first kiss aku." Ia mengungkit kejadian di pelaminan tadi. Perempuan itu terisak pelan.
Sementara Farel menganga karena jawaban Dania. Jadi itu yang membuat Dania kesal kepadanya? Laki-laki itu memegang bahu istrinya, lalu berkata, "Kita udah sah, jadi nggak dosa, Sayang."
Dania berhenti menangis dan berhenti pula mengusap air matanya. Ia mengerjapkan matanya berulang kali. "Masa, sih?"
Farel terkekeh karena tingkah lucu Dania, lalu ia menarik Dania ke dalam pelukannya. Mengelus pelan rambut pendek Dania, sesekali mengecupnya sayang.
"Jangankan cuma cium bibir. Aku apa-apain kamu juga nggak dosa, Dann. Malah pahala."
Dania menggeleng, lalu melepas pelukan mereka. "A-aku capek, Rel," cicitnya.
"Nolak keinginan suami itu baru dosa. Tapi aku tau kamu capek." Farel tahu kalau Dania belum siap, jadi ia takkan memaksa.
"Eh-eh," pekik Dania pelan ketika Farel mengambil kakinya dan diletakkan di paha laki-laki itu. "Mau ngapain, sih?"
"Kaki kamu sakit, kan? Mau aku pijit." Farel tersenyum manis, dan memulai memijat telapak kaki istrinya.
Diperlakukan seperti itu, Dania tidak bisa menahan senyumnya. "Makasih, Farel. My perfect husband."
TAMAT
Hayoh pikirannya sudah sampai mana mendengar kata 'malam pertama'? Nggak selalu seperti itu ya, banyak hal yang lebih bermanfaat lainnya:) Saling mengenal lebih dalam satu sama lain, contohnya.
Dialognya hanya Dania, Farel, dan bapak penghulu ya guys.
Makasih banyak buat kalian yang udah kawal cerita ini dari Not Baperan pertama sampe sekarang. Lopeee-lopeee buat kalian🤍🤍
Sampai jumpa di cerita aku berikutnya.
Mau sequel nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Baperan 2 [END]
General Fiction[COMPLETED] Hancurnya sebuah hubungan bukan hanya karena orang ketiga. Tetapi sudah hilangnya rasa percaya. Itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan penyebab kandasnya hubungan mereka. Rank #2 rekankerja (17-06-2021) Rank #3 dania (29-09-20...