Bab 9 : Ternyata benar?

364 53 7
                                    

Note: Anggap saja Dania berbicara dengan client menggunakan bahasa Melayu.

Happy Reading.

———————————————

"Permisi, maaf saya terlamb—"

Dania terkejut ketika melihat Farel berada di salah satu dari empat orang yang mengikuti meeting hari ini.

Tetapi kenapa dia ada di Malaysia? Dan seingat Dania, ibunya mengatakan kalau clientnya itu bernama Vano. Ah ya, Dania baru ingat kalau nama lengkap pemuda itu, Farel Stevano Raigan.

Damian sekarang menjadi wakil manajer, yang berarti wakilnya Farel, ia bergumam lirih, "Seperti pernah lihat."

Farel melirik sahabat sekaligus wakilnya itu dalam diam. Jangan bilang...

"Itu perempuan yang ada di ponsel kamu kan, Rel?" tanya Damian. Farel tidak menjawab, tetapi memberi isyarat untuknya agar diam.

"Mari, Bu Lita, silahkan duduk," ucap Damian.

Oke, Dann, rileks. Jangan gugup. Anggap aja nggak ada dia, batin Dania menyemangati dirinya sendiri.

Dania duduk di kursi yang sudah disediakan. "Sebelumnya saya mohon maaf, karena Ibu Lita berhalangan hadir, dan saya anaknya yang akan menggantikan beliau."

"No problem. Kita mulai saja meetingnya karena sudah hadir semua," balas Farel profesional.

Dua jam berlalu. "Jadi, apabila perusahaan ini bekerja sama dengan restoran kami, kedua belah pihak akan mendapatkan keuntungan tiga puluh persen lebih besar dari keuntungan utama. Ini berkasnya mohon Pak Far—, emm ... Pak Vano pelajari."

Hampir saja Dania salah sebut nama. Dania paham sekarang, mantannya itu telah mengubah nama panggilannya. Entah apa alasannya.

Ucapan Dania diangguki semua orang yang mengikuti meeting tersebut. Mereka memuji kepandaian Dania, kecuali Farel.

"Kami akan pelajari lebih lanjut, meeting selesai dan di lanjut besok siang. Terimakasih," ujar Farel mengakhiri meeting kali ini.

Dania tersenyum palsu, dalam hati ia menggeram kesal. Ngulur waktu banget sih nih orang, batinnya.

"Bu Dania umur berapa kalau boleh tahu?" tanya Santi—sekretaris Farel.

"Dua puluh tiga tahun."

"Wah, masih muda ya, tapi sudah pandai mengelola restoran. Tadi saya fikir Bu Dania ini umur tujuh belas tahun, loh. Karena wajahnya awet muda," ucap Fira, selaku sekretaris Damian.

Jangan tanya kenapa setiap jabatan ada sekretarisnya, karena setiap perusahaan pasti berbeda.

"Benar itu. Kalau bahasa sekarangnya tuh namanya ... babi face," ujar Santi yang membuat gelak tawa Fira dan Damian.

Bibir Dania berkedut menahan tawa. "Baby face, Bu, astaga," ralatnya.

"Iya itu, bagaimana caranya agar awet muda?" tanya Santi lagi.

Dania tersenyum dan melirik Farel sekilas. "Melupakan masa lalu," jawabnya.

Damian tertawa mendengarnya, "Bu Dania lucu juga ya." Ia juga ikut melirik Farel, merasa curiga dengan gelagat sahabatnya itu.

"Maaf ya, Bu, jadi bercanda seperti ini," ujar Fira merasa tidak enak.

Dania lagi-lagi tersenyum, "Tidak apa-apa, lagian juga meeting sudah selesai. Jadi anggap saja saya teman kalian." Jangan lupakan, kalau Dania ini humble, periang, dan ramah.

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang