Bab 14 : Syifa

337 52 7
                                    

Happy Reading.

———————————————

"Kak Dania udah ... nikah?"

Pernyataan Najwa membuat Farel mengalihkan pandangan dari ponselnya. Ia juga harus memastikan, apakah benar Dania sudah menikah?

"Tau dar— ish, siapa sih yang telpon." Dania mengambil ponsel yang berada di tasnya. Melihat usernamenya, seulas senyum terbit di bibir pinknya. Siapa tahu si penelepon ingin mentraktirnya es krim.

"Hallo, kenapa?" tanya Dania ketika telepon sudah terhubung.

"Hallo. Kamu dimana, Dann?" tanya orang yang menelepon Dania.

"Aku di resto, lah."

"Kapan pulang?" tanyanya lagi.

Dania melirik jam yang berada di dalam restoran, pukul 10.45 WIB. "Nanti siang juga pulang. Kenapa, sih? Kangen, ya?" tanya sembari tertawa.

Rizki di seberang sana mendengus. "Bukan gitu. Abang nunggu kamu pulang, soalnya mau minta hostpot."

"Hisss, iya-iya. Tumben nggak berangkat kerja?" heran Dania, biasanya Rizki jam segini masih di kantor.

"Libur, tadi abis kencan sama Inna. Pulang-pulang baru inget kuota abis, mau beli tapi mager."

"Terserah, deh. Tunggu aku pulang satu jam lagi kira-kira. Sabar, ya"

"Yaudah, deh, sambil nunggu kamu, Abang mau tidur dulu. Bye, Adik laknat."

Tut

Dania tak sadar sedari tadi Najwa dan Farel memperhatikannya sedang telepon. Najwa semakin penasaran, kata Farel Dania sudah nikah. Tadi Dania bersama Bagas, dan sekarang ia melihat cincin yang berada di jari manis Dania ketika sedang menelpon.

Apa Dania sudah menikah dengan Bagas?

"Aku-kamu? Siapa, Kak?" Najwa sungguh penasaran. Ia tidak mendengar jelas percakapan Dania dengan Rizki tadi.

"Ouh, tadi tuh—"

Lagi-lagi ucapan Dania di sela. "Maaf, Mbak Dania. Ini saya mau tanya tentang denah. Sudah jadi, gimana menurut, Mbak?"

Dania mengamati denah yang berada di laptop pegawai tadi. "Ini jalannya salah, seharusnya jalan Anggrek, bukan Mawar. Dan ini skalanya harus di hitung lagi."

Pegawai itu mengangguk. "Maaf, Mbak, saya kurang teliti, akan saya perbaiki. Apa ada yang salah lagi?"

Dania menggeleng, lalu memberikan laptop itu sembari berkata. "Tidak ada, itu saja yang salah."

"Ouh iya, Mbak, ada barang yang sampai dan harus segera dicek." Setelah mendapat anggukan dari Dania, Pegawai itu berlalu dari sana.

"Euumm ... Jua, gue mau ke gudang dulu, ya, cek barang. Nanti kita ngobrol lagi, bye," pamit Dania.

Setelah Dania pergi, Najwa menghadap ke arah Farel sepenuhnya. "Fiks, Bang, lo kalah. Mantan aja udah nikah, lo masih asik sama kerjaan. Ckckck, tak patut."

Sedangkan Farel hanya memandang datar adiknya sembari berdecak malas. Karena menurutnya, pekerjaan itu penting, mau makan apa anak istrinya kelak jika ia tak bekerja.

*  *  *

Bangun tidur, mandi, kerja, pulang, makan, tidur. Itu adalah jadwal keseharian yang menurut Dania sangat membosankan.

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang