Bab 13 : Restoran

326 57 11
                                    

Hayoow, aku come back. Sengaja update malem, karena aku punyanya kuota malem, hiks.

Happy Reading.

———————————————

"Kirain Mbak Kunti."

Dania menoleh, lalu mendengus malas. "Ngapain lo disini?" tanyanya kepada seseorang tadi.

Orang itu duduk di batu samping Dania. "Gue nggak sengaja liat ada orang lari kesini, gue kira siapa," balasnya. Dania hanya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Lo nangis, Dann?" tanya Bagas. Kalian pasti tidak lupa dengan Bagas kan? Kapten basket putra di SMA ATMADJA angkatan Dania.

"Nangis your eyes! Mana ada."

Bagas mengedikan bahunya. "Ya, siapa tau aja, lo lagi galau terus nangis," ucapnya. "Eh, tapi lo kan nggak punya pacar, ya?" tanyanya mencibir Dania.

"Walaupun nih ya gue galau, tapi gue nggak pernah nangis bombay, alay banget." Dania itu anti nangis, waktu putus dengan Farel saja tidak menangis.

Prinsip hidupnya: "Nggak boleh baperan kepada siapapun."

Motto hidupnya: "Cinta boleh, bego jangan. Apalagi di putusin nangis tujuh hari tujuh malam."

"Iya deh, gue percaya."

"Eh, Dann. Lo dateng nggak nanti lusa ke SMA," sambung Bagas.

Dania menoleh, "Ngapain? Ngepet?" tanyanya.

"Ck, itu loh. Pelantikan kapten basket angkatan tahun ini," jelas Bagas.

"Gue heran deh, perasaan kita udah lulus lama deh. Tapi kok di undang terus, ya?" bingung Dania.

"Lo tau, kan, waktu kita yang jadi kapten basket tahun angkatan kita, dapat banyak penghargaan. Pihak sekolah sih penginnya kita kasih wejangan buat mereka."

"Wejangan kek mau nikah aja," cibir Dania. Hari semakin malam, udara pun semakin dingin. Dania menggosokkan telapak tangannya di lengan.

"Dingin?"

Dania mendengus. "Gerah banget, Coyy," jawabnya membuat Bagas tertawa.

"Nggak usah ketawa lo, mirip Kunti aja," ujar Dania.

Bagas melepas jaketnya, dan menyampirkannya di pundak Dania.

"Sok manis lo, kaya adegan di novel yang sering Oliv baca," komentar Dania sembari tersenyum jahil. Dania tuh jujurnya patut di acungi jempol. Dan kalau bicara to the point.

Bagas menghadap Dania sepenuhnya, "Nggak usah geer, dodol. Gue kasian sama lo. Nanti kalo lo mati kedinginan disini, yang ada gue yang jadi tersangka. Kan lo disini sana gue," terangnya.

"Ouh iya, ya." Dania mengangguk-anggukkan kepalanya.

Di ujung danau, Farel berdiri memandang mereka dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia tak mendengar apa yang Dania dan Bagas katakan, tetapi ia melihat mereka tertawa bahagia.

Pemuda itu tersenyum miris. "Bodohnya gue nyamperin lo yang lagi mesra-mesraan sama Bagas. Gue kira lo cemburu waktu Citra mau cium gue."

Setelah bergumam kalimat itu, ia pun berbalik dan menuju ke mobilnya, meninggalkan tempat itu.

Sementara Dania dan Bagas sekarang dalam mode hening. Sampai Bagas bertanya. "Lo mau sampe kapan di sini? Mau gue anterin pulang nggak?" tawarnya.

Dania menggeleng. "Lo balik dulu aja, gue masih mau ketemu penunggu danau," balasnya asal.

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang