Bab 30 : Pasar malam

264 45 4
                                    

I'me back for update in part 30.

Syarat sebelum baca!

Screenshoot bagian yang menurut kalian menarik. And share in your sosmed.

Thanks yang udah mau nanggepin permintaanku. Lopyu sekarung😳

H A P P Y R E A D I N G :*

———————————————

"FAREL, STOP!"

Dania terbetur dasboard mobil, saat Farel menginjak rem karena terkejut dengan teriakannya. "Jidat glowing guee ...," gerutunya lirih, tangannya masih aktif mengusap-usap dahinya.

"Sakit?" Farel membuka sealtbelt-nya, dan memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Dania.

Dania tersenyum geram. "Sakit, lah. Masih nanya aja si Bambang!"

Tangan Farel menyingkirkan tangan Dania yang masih berada di dahi gadis itu, dan menggantikannya dengan tangan besarnya untuk mengelus-elus dahi Dania.

"Lagian lo, sih. Kenapa teriak?"

Dania hampir lupa. "Hehe, mampir ke pom bensin, yuk."

Tangan Farel sudah berhenti dari aktivitas sebelumnya. "Bensin mobil gue full, kok," sahutnya.

"Bukan gitu. Gue kayaknya dapet, dan mau ke toilet. Di pom bensin itu ada toilet, dan ada juga minimarket," jelas Dania.

Farel mengangguk kepala mengerti. Lalu ia mengernyit bingung ketika Dania belum beranjak turun. "Kenapa lagi?"

Dania nyengir, sehingga menampakkan lesung di kedua pipinya. "Gini, loh, Farel. Lo ... tolong beli pembalut dong, sekalian beli kiranti."

"Hah?! Gu-gue?"

Dania menganggukkan kepalanya dua kali. "Katanya lo sayang sama gue. Masa gue minta tolong, lo nggak mau!"

"Oke-oke." Farel beranjak keluar dari mobil dan menuju minimarket.

Daripada pusing karena tidak tahu barang itu, lebih baik ia langsung bertanya kepada salah satu pegawai. "Mbak," panggilnya.

"Iya, kenapa, Mas?"

"Saya mau beli pembalut." Farel mati-matian menahan malu, demi Dania.

Pegawai minimarket itu tersenyum geli. Sudah hafal dengan pria seperti Farel ini. Pasti buat pacarnya, atau buat istrinya. Kapan, ya, aku dapat pria seperti mas-mas ini? Batinnya.

"Mbak."

Pegawai perempuan itu tersadar dari halusinasinya. "Eh. Mari, Mas, saya antar." Ia berjalan mendahului Farel.

"Cari yang merek apa, Mas?" tanyanya ketika sudah berada di stand yang Farel cari.

"Apa saja," balas Farel. "Kalau bisa yang paling bagus."

Pegawai itu menggulum bibirnya, menahan tawa. "Ini bagus. Ukuran berapa?"

Farel menggaruk kepala bingung. "Yang paling besar."

Tawa sang pegawai tak bisa ditahan lagi. "Kalau ukuran 'besar' itu popok bayi, Mas." Ia langsung kikuk ketika mendapat tatapan datar Farel. "Ini, Mas, paling panjang. Oh, ya, mau bersayap atau tidak?"

Kepala Farel rasanya mau pecah. Sebegitu ribet, kah, kebutuhan perempuan? "Terserah. Intinya yang paling bagus, mahal, nyaman. Saya tunggu di kasir saja." Pemuda itupun berjalan ke kasir meninggalkan pegawai yang masih memilih barang pesanannya.

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang