Bab 29 : Pantai

279 47 3
                                    

Bagian yang kalian anggap menarik, screenshoot dan share di sosial media kalian, guys (Instagram, WhatsApp, Facebook, Twitter, Tik tok, dll.)

T h a n k s , a n d H a p p y R e a d i n g .

————————————————

Suasana di pantai lumayan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang mungkin sengaja melihat sang matahari tenggelam. Karena melihat pemandangan itu di pantai lebih bagus, daripada di tempat biasa.

"Woah, udah lama gue nggak ke pantai," celetuk Dania riang ketika mereka sudah sampai di tempat tujuan.

"Terakhir kali ke sini, kapan?" Farel sengaja duduk di pasir pantai langsung. Dania pun mengikuti pemuda itu, dengan duduk di sampingnya.

"Waktu kuliah semester akhir, deh, kayaknya," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari langit sore.

"Berarti hampir dua tahun, dong?" Farel melirik Dania sekilas, lalu ia mengikuti arah pandang gadis itu.

"Iyalah."

"Ke sini sama siapa?"

Dania menoleh, dan berkata, "Kok lo kaya wartawan, sih! Banyak tanya."

"Emang nggak boleh?"

"Ya boleh, cuma aneh aja gitu, loh," sahutnya. "Gue terakhir ke sini sama Azka. Dia yang ngajak. Gue, sih, ngikut aja."

"Terus?"

Napa, sih, nih anak? Gue panas-panasin, cemburu nggak, ya? batinnya jahil.

"Azka itu orangnya baik, dia sering ngajak gue jalan. Salah satunya ke pantai ini. Gue di traktir es kelapa muda, es krim, dan makanan yang enak-enak. Terus gue sama dia main kejar-kejaran di pinggir pantai. Asik, deh, pokoknya."

"Oh."

Dania tertawa karena respon yang diberikan Farel, sehingga pemuda itu menoleh ke arahnya.

"Tapi masih asikan sama lo, kok." Dania menaik-turunkan alisnya sembari menatap Farel jahil.

"Jangan bahas cowok lain di depan gue, DANIA!" Pemuda itu menekan nama gadis di sampingnya.

"Emang kenapa?" Dania heran, apakah Farel masih menyukainya? Ia masih harus memastikannya terlebih dahulu.

"Gue nggak suka."

Dania menoleh ke kanan, tepat dimana Farel duduk di sebelahnya. "Gue mau nanya. Sebenernya kita ini apa, sih, Rel?"

"Orang," jawab Farel enteng.

"Ma-maksud gue ...." Dania berdehem sejenak, untuk menghilangkan nada bicaranya yang gugup. "Hubungan kita itu apa? Lo kalo nggak serius sama gue, bilang. Supaya gue nggak berharap sama lo. Sorry, kalo kesannya gue-"

"Gue mau bicara, lo mau gue jujur nggak, nih?"

Dania mendengus. "Minta di tampol, ya, lo?!" ujarnya membuat Farel terkekeh pelan.

Pemuda meraih tangan Dania, dan menggenggamnya erat. "Perasaan gue masih sama kayak dulu. Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo. Maaf untuk beberapa tahun yang lalu. Mungkin sekarang gue masih belum bisa kasih lo kepastian, karena gue harus urus masalah gue yang di Malaysia, soal pekerjaan gue, soal Citra. Jadi, tunggu gue ya, gue janji nggak lama. Selesai urusan itu semua, gue mau lamar lo."

"Gue nggak mau dilamar!" Farel terkejut dengan jawaban gadis itu. "Maunya langsung nikah, hehe," sambung Dania dengan cengirannya.

"Boleh." Farel berkata mantap.

Not Baperan 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang