Della menyantap sarapannya dengan tenang tidak ada Della yang amburadul tetapi sekarang Della yang anggun.
"Kamu belajar yang baik. Jangan bikin keluarga Permata malu!" Seru Theo.
"Baik, pa."
Della bangkit dari kursinya tanpa menghabiskan sarapan paginya.
"Della pamit," ucap Della tidak lupa dengan salam kepada kedua orangtuanya.
***
Saat ini dirinya sudah sampai disekolah menggunakan mobil kesayangannya.
Didepan gerbang Della menatap sebuah anak dan papa yang terlihat harmonis tidak seperti keluarganya. Ia sangat iri melihat anak itu yang sangat dekat kepada orang tuanya.
Della segera meninggalkan gerbang sekolah menuju kelasnya. Della tidak ingin dirinya akan berlarut-larut dalam kesedihan melihat keluarga harmonis itu.
Brak!
Dirinya berjalan menuju kursinya berakhir dengan menelungkup kan kepalanya keatas meja.
Della tidak peduli dengan anggapan orang lain tentang dirinya yang sekarang yang paling penting menghilangkan rasa sedihnya.
Sahabat? Della tidak memilikinya bahkan teman kelas yang akrab pun dirinya tidak punya. Mereka terlalu takut untuk berdekatan dengan dirinya padahal dirinya selalu membantu korban yang dibully dan membalasnya ke pelaku bully.
Dulu dirinya pernah memiliki seorang sahabat yang sangat dia percayai. Namun, dirinya dikhianati dan difitnah sehingga mantan sahabatnya itu tidak mempercayai dirinya lagi.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum anak-anak! Apa kabar?"
"BAIK, BU!" Sahut dari murid kelas.
"Alhamdulillah, kalian hari akan mencari pengertian globalisasi, pengaruh globalisasi dan masing-masing lima contohnya lalu kalian presentasikan hasilnya dimuka kelas,"
"Baik, Bu! Kelompoknya ibu aja yang bagi!" Sahut salah satu siswa.
Ibu guru itu pun membagikan kelompok belajar itu. Kini gilirannya kedapatan kelompok.
"Cindy, Visha, Satria, Dendi dan Della. Sekarang kalian berkumpul ke kelompok masing-masing!"
Della membawa sebuah buku tulis dan kontak pensilnya lalu melangkah pergi ke rekan kelompok.
Della mulai mengerjakan tugas kelompoknya berbanding terbalik dengan rekannya yang hanya diam tidak membantu apapun.
"Kalian kalau mau dapat nilai cepat bantu kerjain! Kalau enggak nama kalian semua nggak gue tulis!" Ketus Della sembari menatap sinis.
Mereka lantas kelabakan segera mendekat dan membantu Della mengerjakannya.
Gini-gini otaknya selalu lancar itu semua karena paksaan kedua orangtuanya untuk belajar nonstop untuk menjadikannya anak yang perfect.
***
Rian sekarang menatap papan tulis saat guru menjelaskan pelajaran favoritnya yaitu matematika.
Rian kadangkala diminta gurunya untuk mengerjakan soal dan menjelaskan jalan kerjanya ke teman sekelasnya seperti sekarang dirinya sudah diminta untuk menjawab pertanyaan.
"Bagus, Rian! Kamu boleh duduk."
Rian melangkah pergi menuju kursinya. Pelajaran yang dijawabnya itu sudah sangat dipahami oleh dirinya karena Rian sudah mempelajarinya lebih awal.
Pembelajaran dikelas Rian terus berlanjut hingga bel istirahat sudah berbunyi.
***
Della menyantap hidangan kantin yang sudah dipesannya sembari menatap para murid dan guru lalu-lalang dihadapannya.
Masakan yang ikan sepat yang dikeringkan lalu dimasak balado yang bisa membuat menggiurkan.
Della yang terlalu sibuk makan tidak menyadari seseorang yang ada dibelakangnya.
"Enak banget ya kak?"
"Ya iyalah! Ikan sepat masak balado memang enak!" Jawab Della lalu membalikkan tubuhnya.
"Cih! Lo lagi! Ngapain?!" Lanjut Della dengan memicingkan matanya.
"Ngegas mulu kak, nggak capek apa tuh tenggorokan. Kita disini numpang duduk," ucap Rian sembari tersenyum.
"Nggak dilain aja! Tuh masih ada yang kosong!" Seru Della sembari menunjuk meja pojok yang masih kosong.
Rian hanya tersenyum lalu menundukkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Della berbisik, "Nggak boleh nolak calon suami loh kak dosa."
Della menatap tajam Ren.
"Dosa apanya! Kita aja belum...," ucap Della tersendat.
"Ish! Serah lah!" Lanjut Della lalu dirinya kembali makan.
Rian hanya tersenyum kecil lalu duduk dan diiringi Radit dengan Rendi.
"Eh Yan. Tuh kakel namanya siapa kenalin dong," bisik Rendi karena yang sebelumnya tidak sempat karena insiden pertengkaran.
"Kak Della, kenalin ini Rendi Farraz Ganendra yang biasa dipanggil Rendi dan ini Ivander Radit Caessa yang biasa dipanggil Radit," ucap Rian sembari menunjuk orang yang dikenalkan.
Kini Della hanya menatap mereka bertiga lalu memperkenalkan dirinya juga.
" Kirana Fradella Permata panggil aja Della tapi jangan lupa sopan santunnya karena dikeluarga gue diajarkan sopan santun yang anggun," sahut Della dengan menatap ketiga remaja tersebut.
"Nggak kayak tuh yang manggil orang sembarangan," lanjut Della sembari menatap Rian.
Rian hanya terkekeh kecil karena merasa dirinya lah yang disindir oleh Della.
"Wait! Nama panjang Lo siapa? Gue taunya cuman Rian," ucap Della sembari menunjuk Rian.
Rian lantas tidak tahu harus tertawa atau menangis. Ia kira Della sudah mengetahui nama lengkapnya.
"Aldrian Gentala Viezant."
Setelah perkenalan sederhana itu tidak ada lagi pembicaraan masing-masing hanya diam dan sibuk dengan kegiatan masing-masing.
***
Sebuah pesan chat masuk ke handphonenya. Pesan itu berisi perintah agar pulang sekolah langsung ke butik untuk mem fitting pakaian pernikahannya.
Pesan itu sudah dipastikan dari bundanya.
Rian mendekati Della dan kembali berbicara berbisik.
"Nanti pulang sekolah kita ke butik Cendana untuk fitting pakaian," bisik Rian lalu kembali duduk dengan tenang.
"Oh oke."
***
Hello guys 👋🏻
Apa kabar?
Nantikan selalu berikutnya 🙌🏻
Jangan lupa vote dan komen 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bully vs Good Boy [END] ✓
Teen FictionKirana Fradella Permata merupakan gadis licik yang berkedok wajah cantik. Ia bersekolah di SMA 1 Nusantara, sekolah yang rata-rata berisi anak penjabat dan pengusaha. Della itu cantik, pintar, suka buat orang tersinggung dengan kata pedasnya, licik...