Della melangkah dengan pelan lalu melempar tasnya ke kasur.
"Aduh lelah hayati! Sudah lelah fisik, hati sama kena mental pula," ucap Della lalu merebahkan tubuhnya.
"Kak Ella nggak baik-baik aja?! Apa mau Ian bawa ke psikolog?" Seru Rian yang kelabakan.
"Huh? Lo kenapa sih Ian? Aneh tau nggak," ucap Della terkekeh kecil sembari melirik Rian.
"Tadi kata kak Ella yang kena mental," ujar Rian dengan tatapan polos.
"Bukan beneran kena mental Ian... Itu cuman perumpamaan gue aja," jelas Della yang tersenyum manis karena gemas.
"Oh gitu," ucap Rian dengan mengangguk-angguk kepala.
Setelah itu mereka berdua hanya diam-diam saja, seolah pikiran mereka dalam dunia yang lain.
Della melangkah ke meja belajarnya lalu membaca buku dan kadangkala latihan soal.
"Kak Rina masih ingat nggak sama Genta," celetuk Rian dengan mengangkat alisnya.
Della tertegun dan menghentikan aktivitas menulisnya lalu ia tersenyum tulus menatap Rian.
"Ternyata Genta masih ingat sama kak Rina," ucap Della yang sudah menatap Rian.
"Awalnya Ian juga ragu-ragu kalau kakak itu kak Rina, karena sikap dan sifat kakak sangat berubah jadi sudah ngenalin nya," jelas Rian dengan tersenyum.
"Kita panggilannya Ian sama Ella aja ya, gue nggak mau kenang masa lalu gue," pinta Della dengan menatap langit-langit rumah.
Setelah itu mereka kembali diam kembali, suasana sejuk di sore hari dan angin menerpa wajah mereka melewati jendela.
"Kak Ella nggak mau curhat? Mungkin aja bebannya akan berkurang," saran Rian menatap Della yang sekarang mengunakan kacamata anti radiasi yang semakin menambah kesan imutnya.
"Kalau gue bilang itu bukan salah gue, apa Lo akan percaya?" celetuk Della dengan tatapan nanar.
"Gue selalu percaya sama kakak, karena gue sudah kenal sama kakak dari kecil kakak nggak mungkin lakuin hal itu," ucap Rian lalu memegang lembut tangan Della.
"Tapi gue itu Queen bully, apa Lo tetap percaya?" Tanya Della dengan senyum palsu.
"Gue selalu percaya sama kakak, karena gue tahu kakak cuman membully orang yang jahat," jawab Rian dengan tersenyum.
Della menghela nafas kemudian menatap Rian.
"Dulu gue, Rissa, Riska sama Auri itu sahabat dari SD. Tetapi kalau Riska itu sahabat gue dari TK. Awalnya persahabatan kami baik-baik saja kemudian datanglah Lia. Lia selalu merebut apa yang gue punya dari mainan dan yang lainnya. Sampai suatu saat Lia mau mengambil barang yang sangat berharga bagi gue, karena gue nggak mau nyerahin barang berharga gue dia ngelukai dirinya sendiri. Setelah itu tiba-tiba para sahabat gue datang dan mulai tidak percaya hanya Riska yang percaya sama gue sampai gue pindah ke Banjarmasin karena urusan kerja mama," jelas Della dengan terkekeh lirih.
"Gue nggak mau Lo akan dipengaruhi tuh ular!" Lanjut Della dengan menggeram kesal.
Rian terkekeh kecil kemudian mengacak rambut Della karena gemas melihat Della yang seperti ini untuk pertama kalinya.
"Ihh! Apaan sih berantakan rambut gue!" Seru Della dengan kesal.
"Lah ngapain harus rapi tuh rambut kan kakak nggak kemana-mana," ucap Rian dengan tersenyum jahil yang membuat Della semakin kesal.
kruk, kruk.
Rian menatap perut Della dan wajah Della bergantian.
"Kak Ella nggak mau makan, tuh perut udah minta diisi," ucap Rian dengan wajah bingung.
"Nggak!" Seru Della.
"Kakak yakin? Apa perlu Ian masakin?" Tanya Rian.
"Emang Lo bisa masak?" Tanya Della dengan mengangkat salah satu alisnya.
"Enggak," jawab Rian dengan tatapan polosnya.
"Asu!" Seru Della yang kesal.
Raut wajah Rian mulai berubah menjadi cemberut dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kak Ella ngomong kasar Ian," rengek Rian dengan mata berkaca-kaca.
Della kelabakan lalu segera memeluk Rian dan mengelus-elus pundak Rian.
"Iya-iya ayo kita makan!" Seru Della.
***
Della kini berada di dapur, ia berpikiran memasak yang mudah saja karena dirinya sekarang sedang malas memasak.
Della yang sedang asyik memasak tidak sadar Rian yang menatapnya dengan tatapan lain.
"Kak Ella cantik banget, duh kenapa nih jantung deg-degan," batin Rian.
Rian menatap dalam lalu melangkah mendekati Della. Saat sudah didekat Rian memeluk Della dan meletakkan kepalanya di pundaknya.
"Heh! Ngapain peluk gue! Gue lagi masak elah," Seru Della yang mencoba melepas pelukan Rian.
"Biarin gini dulu," pinta Rian dengan menutup matanya.
"Serah," balas Della dengan melanjutkan kegiatannya.
Kini masakannya sudah jadi Della hanya memasak nasi goreng saja sudah mau ia masakin saja sudah syukur, biasanya ia terlalu malas memasakkan orang lain.
"Enak kak! Makasih loh," ucap Rian dengan tersenyum manis.
"Seharusnya gue yang bilang makasih. Makasih sudah dengerin curhatan gue," ucap Della dengan tersenyum sendu.
***
Halo semuanya 👋🏻
Apa kabar?
Makasih sudah mampir dan baca 😌
Nantikan selalu momen berharga 🙌🏻
Jangan lupa vote dan komen 💖Ket
Genta= Panggilan masa kecil Rian
Ian= Panggilan kesayangan Della
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bully vs Good Boy [END] ✓
Teen FictionKirana Fradella Permata merupakan gadis licik yang berkedok wajah cantik. Ia bersekolah di SMA 1 Nusantara, sekolah yang rata-rata berisi anak penjabat dan pengusaha. Della itu cantik, pintar, suka buat orang tersinggung dengan kata pedasnya, licik...