Della menatap dirinya yang sudah mengenakan dress. Ia hanya tersenyum miris tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentang apa yang seharusnya merupakan haknya.
Begitulah penampilan dress yang dipakai oleh Della yang menambah kesan anggun dan dewasa.
"Della! Turun cepat! Kita mau pergi!"
Della menghela nafas berat kali ini apalagi yang harus dirinya lakukan. Hidupnya yang sekarang bagaikan sebuah robot yang berjalan.
Della berjalan menuruni tangga dengan nuansa anggun. Della diajarkan kedua orangtuanya tata krama yang layaknya seorang putri kerajaan.
Setelah itu mereka beranjak pergi ke tujuan.
***
Mereka telah sampai dirumah yang bernuansa Eropa klasik.
Della hanya menatapnya dengan tatapan bingung tetapi wajah yang tetap dikontrol dengan baik.
Della mengiringi kedua orangtuanya dari belakang. Lalu mereka memasuki rumah itu setelah mendapat izin dari sang pemilik yang membuka itu seorang wanita paruh baya yang kira-kira seumuran mamanya.
Della dan kedua orangtuanya ditujukan ke sebuah ruangan yang Della tebak ruang tamu tetapi tembakkannya salah ternyata ini adalah ruang keluarga.
Della mengerutkan keningnya, kenapa harus diruang keluarga bukan ruang tamu?
Saat kedua orangtuanya menatap dirinya Della kembali raut wajahnya seperti semula.
Seusai menunggu sekian lama wanita paruh baya tadi dan pria paruh baya diiringi oleh remaja lelaki yang menundukkan kepalanya.
Setelah Della amati dengan seksama ternyata itu lelaki yang membuatnya emosi seharian penuh.
"Sial! Kenapa harus ada Rian!" Batin Della.
Della menatap Rian dengan teliti sepertinya Rian belum menyadari keberadaan dirinya.
Namun, saat keluarga Rian duduk mata Rian menatap dirinya. Rian sepertinya kelihatan terkejut dengan keberadaannya disini.
"Tante!" Seru Rian.
Della tersenyum masam saat panggilan itu ditujukan kepada dirinya apalagi dihadapkan kepada para orang tua.
"Rian, siapa yang kamu panggil Tante?" Tanya Anjani Putri Viezant atau biasa dikenal Putri.
"Ehm... Bukan siapa-siapa Bun. Maksudnya kak Della," jawab Rian sembari menatap malas Della.
"Kalian sudah kenal?" Tanya Deon Saputra Viezant atau biasa dikenal Deon sembari menatap Della dan Rian bergantian.
Della hanya mengangguk-angguk kepala sebagai respon untuk mengiyakan.
"Maaf ya Putri, anakku memang seperti ini," ucap Ayu.
"Nggak papa, Yu," ucap Putri sembari tersenyum.
Setelah berbincang-bincang tentang kabar. Para orang tua mulai diam dan menatap para anak-anaknya.
"Jadi tujuan kami mengumpulkan kalian berdua untuk mengatakan bahwa hari Minggu kalian akan menikah," tandas Theo yang seperti nada tidak ingin ada bantahan.
"Nikah?" Batin Della.
Della hanya terkekeh kecil lalu menatap kedua orangtuanya. Della tidak bisa menolak karena dirinya dilahirkan untuk menjadi pelengkap keluarga mereka.
"Ada apa Della? Apa ada yang salah?" Tanya Putri sembari tersenyum tulus kepada Della.
"Nggak papa, Tante," jawab Della dengan senyum palsu.
Berbanding balik dengan Rian yang mencoba membujuk kedua orangtuanya untuk membatalkan rencana itu.
"Yah... Rian nggak mau nikah. Rian masih sekolah bagaimana nafkahi kak Della," bujuk Rian sembari menggoyang-goyang tangan ayahnya.
"Sudah tidak bisa dibatalkan Rian, undangannya sudah tersebar. Coba liat calon istri kamu saja diam," ucap Deon.
Rian hanya menghela nafas panjang bagaimana nanti masa depannya.
"Tante Ayu, boleh pinjam kak Della bentar?" Tanya Rian.
"Oh tentu, bawa saja."
***
Rian menarik dirinya menuju ke sebuah tempat yang ternyata adalah taman. Saat sudah sampai Rian melepas tangannya.
"Kenapa Tante terima pernikahan ini? Tante taukan kalau kita masih sekolah," ucap Rian sembari menatap Della.
Della hanya mendengus kesal saat Rian masih saja memanggilnya dengan panggilan Tante dikira dirinya sudah terlalu tua apa. Lalu mendudukkan dirinya di bangku taman.
"Masih aja Lo manggil gue gitu!" Seru Della sembari menatap sinis Rian.
"Gue nggak bisa nolak karena itu perintah dari bonyok gue," lanjut Della sembari memainkan jarinya.
Rian mendengus kesal lalu mendudukkan dirinya di samping Della. Lalu Rian menatap langit-langit yang ditaburi oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip.
"Kenapa kakak nggak coba bujuk?" Tanya Rian dengan menatap malas Della.
"Gue cuman robot mereka, gue nggak bisa bujuk maupun nolak," jawab Della dengan tatapan kosong.
"Hah? Maksudnya?" Tanya Rian yang tidak paham dengan perkataan Della.
Della menatap lama Rian. Hal itu membuat Rian sedikit takut ada apa dengan kakak kelasnya ini.
"Lo nggak perlu tau. Kita akan buat perjanjian nanti. Apa Lo terima?" ucap Della.
Rian tampak berpikir tentang hal ini. Rian harus memikirkan keuntungan dan kerugian bila melakukan perjanjiannya nanti.
"Baiklah, Deal!" Seru Rian sembari mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Della.
***
Helo semuanya 👋🏻
Apa kabar?
Kalian sudah bagi rapot belum? Gimana bagus nggak hasilnya?
Nantikan selalu 🙌🏻
Jangan lupa vote dan komen 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bully vs Good Boy [END] ✓
Teen FictionKirana Fradella Permata merupakan gadis licik yang berkedok wajah cantik. Ia bersekolah di SMA 1 Nusantara, sekolah yang rata-rata berisi anak penjabat dan pengusaha. Della itu cantik, pintar, suka buat orang tersinggung dengan kata pedasnya, licik...