"Rina! Ella! Awas!"
Jleb
Sebuah pisau melayang ke perut dan menancapkan ujungnya hingga titik terdalam.
Pisau itu melayang kearah Lia saat ingin melindungi Della dari serangan papahnya.
"Aurel! Lia! Ular!"
Della memangku kepala Lia di pahanya dengan pandangan yang agak tidak dipercaya.
"Lo... Jangan kegeeran. Gue lakuin ini agar tuntutan papah gue berkurang kalau Lo yang kena bacok bisa tambah lagi hukumannya," ucap Lia yang agak sedikit tersendat-sendat.
"Lia... Maafin papah. Papah sama mamah nggak bermaksud membuat kamu menderita. Kami hanya ingin mendapat pengakuan kalau kamu juga cucu keluarga Caessa bukan hanya Radit."
"Iya pah makasih, ini ambulan nya mana gue capek mau ke rumah sakit," ucap Lia dengan mata yang menahan kantuk.
"Lia, jangan tidur dulu! Lo baik gue tahu Lo yang sering lindungi gue diam-diam kalau Lo baik-baik aja nanti gue akan selalu jadi teman terbaik Lo," raung Auri dengan air mata berlinang.
"Cih! Udah gede jangan nangis. Tapi gue takut juga ke rumah sakit nanti bisa-bisa dibedah pakai pisau," ucap Auri dengan wajah takutnya.
"Lah tadi aja berani sok-sokan mau nyapa pisau sekarang malah takut," cibir Dafa agar Lia selalu tetap terjaga hingga ambulan tiba.
"Lah dari pada elo sama suntikan aja takut! Laki apa bukan! Uhuk! Aduh sakit perut gue darahnya ngalir terus cuy!" Seru Lia dengan memegang perutnya.
"Hiks... hiks..."
Semuanya terdiam mereka mendengar suara tangisan apa tidak salah.
"Siapa yang nangis oyy!" Seru Rendi dengan tangan memegang tangan Queen.
"Iya nakutin aja bege!" Seru Vero.
Setelah diamati dan didengar sekian lama ternyata Rian yang menangis dalam bekapan bundanya.
"Lah! Rian toh ternyata! Lucu juga jadi Rian yang nangis seharusnya kan Lia," celetuk Bian dengan tertawa geli.
"Tuh liat! Malu sama teman-teman kamu! Lepas atuh kang pelukannya," ucap Deon yang menarik-narik tangan Rian.
Wee, woo, Wee, woo
Semuanya pergi mengiringi ambulan itu pergi termasuk kedua orang tua Lia yang didampingi anggota polisi.
***
Mereka semua menunggu dimuka ruangan ICU melihat keadaan Lia yang masih diperiksa oleh dokter.
Ceklek
"Bagaimana keadaan anak saya dok?"
"Maaf ke..."
"NGGAK! NGGAK! NGGAK MUNGKIN! KAK LIA SELAMAT KAN DOK!" Teriak histeris Radit.
"Ehem! Maaf jangan potong omongan saya dulu. Kakak anda sekarang sedang kritis karena kekurangan darah bukan karena k.o. Disini siapa yang memiliki golongan darah AB Rhesus negatif? Rumah sakit kami kehabisan golongan darah ini dan darah ini cukup langka untuk dicari."
Della mengangkat wajahnya ia merasa bersalah dan kebetulan darah mereka sama.
"Saya dok! Saya AB Rhesus negatif!" Seru Della.
"Baik, ikuti saya."
***
Mereka sekarang berada di kantin rumah saki apalagi Della yang baru saja mendonor darah diharuskan makan banyak-banyak, tanpa disuruh Della akan tetap makan banyak.
"Gue nggak nyangka ada cewek yang senekat itu," celetuk Evan dengan menggelengkan kepalanya.
"Orang yang dianggap jahat belum tentu sebenarnya jahat. Ada kalanya itu karena tekanan keluarga, lingkungan dan komentar netizen yang belum tentu benar," ucap Ivan dengan wajah datar andalannya.
"Wah! Bang Ivan bicara banyak!" Seru Kaila dengan menatap Ivan.
Ivan hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku Kaila.
"Wah! Sama adik gue aja senyum mulu," cibir Bian dengan menepuk pelan pundak Ivan.
"Namanya juga lagi bucin bos!" Seru Vero dengan mengangkat alisnya.
"Verodading! Bangsat Lo!"
Penghuni kantin menatap mereka dengan tatapan aneh dan mulai berbisik-bisik.
"Hah? Siapa?" Tanya Vero dengan wajah bengong.
Blam!
Sebuah sepatu melayang ke kepala Vero yang membuatnya terjatuh dari kursi.
"Tai tau nggak Lo! Gara-gara Lo bunda nyuruh gue susul Lo ke rumah sakit," seru Ethan dengan memegang sepatunya yang satu lagi ditangannya.
"Bunda? Bukannya gue udah izin sama bunda," ucap Vero dengan wajah bengong.
"Gengsi tuh Ver! Mungkin adek Lo kira Lo yang kenapa-kenapa. Kayaknya adek Lo denger dari temen nya kan bokap temennya dokter disini," celetuk Bian dengan tertawa kecil.
Yang lain hanya menahan tawa bisa-bisa nanti mereka kena semburan api dari mantan ketos yang satu ini.
"Nggak! Gue... Tahu dari... Sudahlah Lo nggak perlu tau!" Seru Ethan menuju mereka lalu mengambil sepatunya.
"Tsundere!" Seru Vero dengan wajah jahil yang membuat Ethan menggeram kesal.
Mereka tidak tahan lagi dan tertawa terbahak-bahak melihat kedua saudara yang beradu bicara.
***
Halo semuanya 👋🏻
Apa kabar?
Makasih sudah mampir dan baca 😌
Nantikan selalu momen berharga 🙌🏻
Jangan lupa vote dan komen 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Bully vs Good Boy [END] ✓
Teen FictionKirana Fradella Permata merupakan gadis licik yang berkedok wajah cantik. Ia bersekolah di SMA 1 Nusantara, sekolah yang rata-rata berisi anak penjabat dan pengusaha. Della itu cantik, pintar, suka buat orang tersinggung dengan kata pedasnya, licik...