"Tembok yang sudah aku bangun tinggi-tinggi kini hancur saat melihatnya terluka karena menolongku. Perasaan yang sudah aku kubur dalam-dalam perlahan muncul kembali."
🌼 Alya🌼
__________
Saat ini Albert dan Alya berada di depan apotek. Alya baru saja membeli obat merah dan kebutuhan lainnya untuk mengobati Albert. Alya mulai mengobati wajah Albert dengan pelan-pelan takut melukai pria itu. Dia begitu serius saat mengoleskan obat merah pada luka Albert.
Sejak tadi senyuman pria itu tak kunjung luntur. Hari ini Albert sangat senang sekali karena setelah sekian lama akhirnya dia bisa berinteraksi lagi dengan Alya. Albert memperhatikan wajah Alya yang terlihat menggemaskan ketika memperlihatkan raut wajahnya yang serius.
"Udah selesai, sekarang buka kaus kamu."
"Udah gak apa-apa, lukanya gak parah kok," ucap Albert yang tentu saja berbohong. Bagaimana mungkin punggungnya baik-baik saja setelah dipukul menggunakan balok. Akan tetapi Albert tak ingin Alya merasa bersalah ketika melihat lukanya.
"Aku yakin luka di punggung kamu lebih parah, ayo cepat buka kaos kamu biar bisa aku obati."
Albert akhirnya menuruti perkataan Alya, dia melepaskan kausnya dan terlihatlah luka pada tubuh pria itu. Tidak hanya bagian punggung yang terkena balok tapi tubuh bagian depannya pun terluka karena pukulan preman itu.
Alya meringis melihat tubuh pria itu penuh dengan luka. Perasaan bersalah semakin menyelimuti hatinya. Jika saja Albert tidak menolongnya mungkin saja pria itu tidak akan terluka seperti sekarang.
Alya kembali mengobati luka-luka yang ada pada tubuh Albert. Albert sesekali meringis pelan saat Alya tak sengaja menekan lukanya. Alya mengobati luka Albert dengan telaten. Setelah itu, Alya mengambil kain kasa untuk membungkus luka pria itu.
"Udah selesai."
"Makasih," kata Albert tersenyum tulus.
Albert kembali memakai kausnya. Netranya melirik pada sekitarnya. Hari sudah semakin gelap. Albert memutuskan untuk segera meninggalkan apotek dan mengantar Alya pulang ke rumah. Orang tua gadis itu pasti khawatir anaknya belum juga tiba di rumah.
"Ayo kita pulang!" Alya mengangguk menuruti perkataan Albert.
Setelah memastikan Alya duduk di atas motornya dengan aman Albert mulai melajukan motornya. Selama di perjalanan keduanya hanya terdiam, ditemani angin malam yang mulai terasa dingin.
Albert memberhentikan motornya ketika sudah sampai di kediaman Agustin. Alya turun dari motor lalu memberikan helm pada Albert.
"Makasih udah antar aku sampai rumah."
"Kalau sudah selesai bersih-bersih langsung istirahat, tubuh kamu pasti lelah."
"Kamu juga," ucap Alya pelan sambil menundukkan kepalanya tak berani menatap mata pria di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA (END)
Teen Fiction"Kamu sebenarnya kenapa? Setiap kali aku mencoba mendekati kamu, kamu selalu bersikap kayak gini." "Karena gue gak suka lo, ngerti?" "Gimana kalau aku jatuh cinta sama kamu," Alya menatap mata Albert. Albert berdecak, "Benar dugaan gue, lo sama aja...