"Ternyata hidup ini tidak seindah seperti yang aku bayangkan. Aku kira kehidupanku akan berjalan dengan begitu indah, namun pada kenyataannya aku harus menelan rasa pahit dan sakit yang membuat aku rasanya ingin menyerah."
☘️Alya☘️
__________
Albert, Arsen, dan Ana tiba di restoran. Seorang pelayan mengarahkan mereka menuju ruangan private yang telah Arsen reservasi jauh-jauh hari. Albert, Arsen, dan Ana duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Keluarga Alya udah di mana?" tanya Arsen pada putranya.
"Mereka sudah berada di daerah sekitar sini, mungkin sebentar lagi sampai."
Ana tersenyum lebar saat melihat Albert yang terlihat gugup. "Kamu tidak perlu cemas, Bunda yakin keluarga Alya akan menyetujui niat baik kamu."
Albert menatap ibunya, sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman tipis. "Semoga."
Pandangan matanya kini beralih menatap cincin dalam kotak berwarna merah di tangannya. Entah kenapa setiap menatap cincin itu perasaan Albert menjadi tak karuan. Albert berharap hari ini tidak ada kejadian buruk yang terjadi.
Sudah sepuluh menit mereka menunggu. Tak lama terdengar suara pintu terbuka, mereka mengalihkan pandangannya menuju sumber suara.
"Selamat ma-"
"-lam," ucap Fani tertegun saat melihat orang di hadapannya.
"Fina!" Ana menatap tamunya terkejut.
"Bunda kok bisa tahu nama Mama sebelumnya?" tanya Alya menatap Ana dan Fani bergantian.
"Kita pergi sekarang!" ujar Fani kepada keluarganya.
Ana segera menghampiri Fani dan menahan pergelangan tangan Fani.
"Tolong dengarkan penjelasan aku dulu Fin, aku bisa jelasin semuanya," mohon Ana.
"Lepas!" Fina menghempaskan tangan Ana.
"Mulai hari ini, kamu tidak boleh berhubungan dengan keluarga mereka lagi."
"Itu gak mungkin terjadi, Albert pacar Alya, Ma."
"Akhiri hubungan kamu sekarang! Mama gak setuju kamu pacaran sama Albert."
"Maksud Tante apa? Saya tidak akan pernah mengakhiri hubungan saya dengan Alya," ucap Albert tidak terima dengan perkataan Fani.
"Saya berbicara dengan anak saya bukan kamu!" Fani menatap tajam Albert. Baru kali ini Fani melayangkan tatapan tidak suka terhadap Albert.
"Kamu boleh benci aku sepuas kamu, tapi aku mohon jangan melampiaskan kemarahan kamu sama anak-anak. Mereka tidak salah apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA (END)
Teen Fiction"Kamu sebenarnya kenapa? Setiap kali aku mencoba mendekati kamu, kamu selalu bersikap kayak gini." "Karena gue gak suka lo, ngerti?" "Gimana kalau aku jatuh cinta sama kamu," Alya menatap mata Albert. Albert berdecak, "Benar dugaan gue, lo sama aja...