"Kamu sebenarnya kenapa? Setiap kali aku mencoba mendekati kamu, kamu selalu bersikap kayak gini."
"Karena gue gak suka lo, ngerti?"
"Gimana kalau aku jatuh cinta sama kamu," Alya menatap mata Albert.
Albert berdecak, "Benar dugaan gue, lo sama aja...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lupakan masalalu, buka lembaran baru."
🍁Arham🍁
__________
"Alya kecelakaan," ucap Rafi.
Dua kata itu membuat mereka semua terdiam, mereka tidak bisa mengeluarkan suaranya seakan-akan ada sesuatu yang menghalangi tenggorokan mereka.
"Sekarang dia di mana?" tanya Nichol tak sabaran.
"Dia di gerbang dan-" belum sempat Rafi melanjutkan perkataannya, Nichol langsung berlari.
"Keadaannya parah."
Qaila dan yang lainnya segera menyusul Nichol ke gerbang sekolah. Rafi menghampiri Albert yang terdiam sejak kedatangannya. Rafi menepuk bahu pemuda itu pelan.
"Lo gak ada niatan buat nyusulin mereka juga?"
Albert tersadar dari lamunannya. Pemuda itu langsung berlari menuju gerbang sekolah. Tubuh Albert bergetar hebat ketika melihat kondisi Alya yang kini tergeletak dengan tubuh bersimbah darah. Perasaan bersalah memenuhi relung hatinya.
"Bawa dia ke mobil gue," Nichol menatap Albert tajam.
"Gue tau lo marah sama dia, tapi gue mohon untuk kali ini tahan emosi lo. Alya harus segera di bawa ke rumah sakit sekarang!" ucap Qaila.
Nichol segera membawa tubuh Alya ke dalam mobil Albert. Di dalam mobil hanya ada Nichol, Alya, dan Albert yang menyetir. Albert melajukan mobilnya diatas rata-rata.
"Aku tau kamu kuat, aku yakin kamu bisa bertahan, tolong jangan tinggalin aku," gumam Nichol dengan air mata yang menetes.
"Gue mohon lo bertahan, gue tau lo bisa ngelewatin ini semua," batin Albert.
Albert memberhentikan mobilnya saat tiba di rumah sakit. Albert dan Nichol segera membawa Alya masuk ke dalam.
"Sus, cepat tolong selamatkan sahabat saya," ucap Nichol kepada perawat yang berjaga.
Alya langsung dipindahkan ke brankar. Seorang perawat sibuk menghentikan pendarahan, sedangkan yang lainnya memeriksa denyut nadi dan kondisi Alya.
"Siapkan ruang operasi! Cepat!" perintah seorang dokter kepada para perawat.
Alya segera dibawa ke dalam ruangan operasi karena mengalami pendarahan yang parah.
"Mohon menunggu di luar, operasi akan segera berjalan," ucap salah satu perawat lalu menutup pintu ruang operasi.
Bugh
"Ini semua gara-gara lo!" teriak Nichol menatap tajam Albert.
Albert yang terkena serangan dadakan oleh Nichol hanya diam tak melawan seperti sebelumnya. Kali ini dia merasa memang pantas mendapatkannya. Tak lama kemudian datang lah Qaila beserta yang lainnya. Mereka langsung memisahkan Nichol dari Albert.