~47~

738 36 0
                                    

"Sayangilah mereka ketika masih ada, jangan sampai ketika Tuhan mengambil mereka kamu baru menyadari betapa pentingnya mereka dalam hidup kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayangilah mereka ketika masih ada, jangan sampai ketika Tuhan mengambil mereka kamu baru menyadari betapa pentingnya mereka dalam hidup kamu."


__________

"Kamu kenapa? Sejak dari pagi kamu terus melamun, ada masalah?" tanya Albert menatap kekasihnya dengan tatapan lembut.

Alya menggeleng pelan. "Aku gak kenapa-napa kok," jawabnya dengan senyuman palsu.

Albert menghembuskan napasnya kasar melihat perubahan dari Alya. Biasanya gadis itu selalu tersenyum ceria namun saat ini terlihat tidak ada semangat dari Alya.

"Kamu tau kan aku gak suka sama orang yang suka berbohong."

Alya mengangguk singkat. Air matanya tiba-tiba saja menetes membasahi wajahnya. Albert sangat terkejut saat melihat Alya menangis.

"Kenapa kamu tiba-tiba nangis, hm? Aku minta maaf kalau perkataan aku tadi menyakiti perasaan kamu."

Albert segera membawa Alya ke dalam pelukannya. Tidak ada pemberontakan dari Alya. Gadis itu justru membalas pelukannya begitu erat. Albert mengelus rambut gadisnya dengan penuh sayang.

Saat sudah mulai merasa tenang Alya melepaskan pelukannya. Dia menatap Albert dengan tatapan yang terluka. Albert lekas menghapus air mata pada wajah Alya.

"Udah tenang?" Alya menjawab dengan anggukkan.

"Maaf aku tiba-tiba menangis."

"Kamu gak salah, jadi tidak perlu minta maaf."

"Sekarang apa kamu sudah bisa cerita?"

"Tadi malam aku enggak sengaja melihat Mama nangis dipelukan Papa," ucap Alya memulai ceritanya.

Alya terbangun dari tidurnya karena merasa haus, Alya pergi ke dapur untuk mengambil air minum karena air minum yang berada di dalam kamarnya habis. Ketika Alya selesai minum dan akan kembali lagi ke kamarnya, dia mendengar suara tangisan yang berasal dari kamar orang tuanya. Karena merasa penasaran dia mendekat dan kebetulan pintu kamar orang tuanya tidak tertutup rapat, jadi dia bisa melihat dari celah pintu.

"Kenapa dia tega membunuh Bang Rama, Pa? Kenapa?" ucap Fani yang menangis dalam pelukan Damian. Alya sangat terkejut ketika mendengarnya. Walaupun jaraknya agak jauh tetapi dia masih bisa mendengar ucapan ibunya dengan jelas.

"Om Rama dibunuh?" gumam Alya masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Alya mempertajam pendengarannya dan menyimak pembicaraan orang tuanya dengan seksama.

"Padahal Mama udah menganggap dia kayak saudara sendiri, tapi dengan teganya dia malah membuat Mama kehilangan Bang Rama."

"Apa salah Bang Rama, Pa? Sampai dia-" Fani tak kuasa melanjutkan perkataannya, hatinya begitu sakit ketika mengingat momen saat Rama meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

ALYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang