"Kau dimana?"
"Aku masih ada dipesta. Tapi, aku tidak tau lebih tepatnya ada di titik mana. Bangunan disini terlalu rumit. Kau mungkin tidak akan mudah menemukanku,"Jimin mengacak rabutnya frustasi.
"Baiklah aku mengerti. Kau hanya perlu mengaktifkan GPS mu agar aku bisa memantau keberadaanmu,"
Jimin mengangguk mengerti. Walau Seokjin diseberang panggilannya tidak melihat itu. Pemuda itu lantas melirik kesekitarnya. Disisi kanan dan kiri raganya kini telah berdiri beberapa sosok pria dengan ukuran tubuh tinggi besar tengah berjaga di depan pintu.
"Apa kau menemukannya?"Jimin memelankan suaranya saat beberapa pasang mata pria itu meliriknya.
"Ya. Aku bersama dengan Jungkook saat ini. Aku menemukannya,"jawab Seokjin diseberang panggilan telvonnya.
Jimin mengelus dada. Ada sedikit kelegaan dihatinya. Setidaknya kali ini Jungkook mau menemui teman-temannya. Setelah berbulan-bulan lamanya pemuda itu menghilang seperti sengaja menghindar dari orang-orang terdekatnya.
"Lalu? Apa kau masih bersamanya?"
Suara Seokjin kembali terdengar dan menyadarkan Jimin. Jimin hampir saja lupa jika ia dan Mirae sedang dalam bahaya. Jimin kemudian menarik nafasnya dalam-dalam. Mengingat sikap Mirae yang keras kepala dengan menerima tantangan dari seorang gangster. Kali ini nyawa mereka sedang dipertaruhkan.
"Aku tidak bisa menjelaskan banyak. Tapi, kau harus segera menyakinkannya. Kali ini, aku tidak bisa lagi berbuat banyak untuk bertahan,"ucap Jimin.
Setelah itu Jimin memutuskan panggilan Seokjin. Jimin kemudian kembali kedalam ruangan itu. Ruangan yang diselimuti oleh aroma ganja yang begitu pekat. Jimin benar-benar ingin semua ini segera berakhir.
Jimin melirik Mirae. Gadis itu tengah menghisap batang rokok ditangan kanannya. Sedangkan, ditangan kirinya mengapit beberapa lembaran kartu remi yang ia apit dengan apik disela jemari tangannya.
Jimin menghela nafas kasar. Pemuda itu juga uring-uringan menatap bagaimana Mirae tidak sedikit pun terganggu dengan cedara dipergelangan kakinya. Apakah Mirae berusaha keras menahan rasa sakitnya? Demi terlihat kuat didepan musuhnya?
"Kau yakin bisa menang?"tanya seorang pria jakun dengan sebuah tattoo singa dileher dan juga punggung tangannya. Pria itu duduk diseberang meja.
"Aku kira kau sangat paham jika aku tidak pandai bermain kartu,"sahut Mirae dengan kembali menghisap batang rokok ditangannya.
Gadis itu kemudian menyeringai misterius yang membuat pria diseberang meja itu begitu sangat tertarik untuk menatapnya lama-lama.
"Lalu bagaimana jika kau kalah? Kau tau kan aturan mainnya? The loser must surrender to be enslaved,"kata pria itu menekan.
Mirae hanya mengendikkan kedua bahunya tidak acuh."Deal,"jawab gadis itu tenang.
"Sure?"
Gadis itu kemudian kembali menatap pemuda didepannya dengan tajam.
"Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku. Mr.Jackson,"kata gadis itu dingin dan menekan.
Jackson terkekeh mendengarnya. Tentu ia percaya gadis itu tidak akan pernah mengingkari ucapannya. Namun, Jackson juga tau betul jika Mirae sedang memainkan trik rencana lain yang Jackson sendiri belum menemukannya. Pemuda itu lantas merendahkan punggungnya untuk menatap Mirae dalam jarak yang begitu dekat.
"Tenang saja jika kau kalah aku tidak akan menjadikanmu sebagai seorang budak. Itu terlalu disayangkan untuk gadis sepertimu,"ucap Jackson kemudian mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella or Monster ✔️ [TERBIT]
FanfikceKisah cinta antara dua gangster yang berkorban dalam memerangi kaum terorisme. Kim Mirae Ia menjelma menjadi seorang cinderella untuk menjalani hukuman dari ayahnya. Gadis itu menyimpan banyak misteri dibalik kecantikannya. Baik atau burukkah diriny...